Aurum Stella

21 4 0
                                    


Suatu hari, lahirlah seorang anak bernama Wennie Mantiz. Dia anak yang sangat baik hati. Mamanya menjaga dia agar selalu sehat selalu. Hingga pada saat SD kelas 6, dia dibully. Mungkin belum secara fisik. Tapi, itu semua mengganggu psikologis orang. Hidup dengan kebacotan dari teman temannya. Pasti tidak enak kan?

"Ah, aku harus ke kelas 5A untuk mengembalikan buku." Gumam Wennie. "Eh, itu ada buku jatuh. Sebaiknya aku ambil saja." Lanjut Wennie. Dia mengambil buku itu dan menuju ke 5A.

Di 5A, Wennie meletakkan buku yang ia bawa. Kecuali, buku yang bercover merah bertulisan 'Red Book: Aurum Stella'.  "Aku mau baca ini, pasti seru."

Sepulang sekolah, Wennie mengganti bajunya dengan baju rumah yang nyaman dan duduk di kursi belajarnya. "Eh, tunggu. Kok bukunya kosong?! Apa aku harus menggunakan tinta yang dulu pernah Mama gunakan sewaktu dulu? Coba aku gunakan pulpen." Kata Wennie agak panik. Dia pun menulis, "Hai, namaku Wennie. Siapa namamu?" Tulis Wennie dalam buku itu. Tulisan itu langsung memudar dan tak ada jawaban. Namun, ketukan terdengar dari jendela kamarnya. Dia mengahampiri jendela kamar nya dan menengok ke arah bawah dan samping kiri-kanan. "Hallo! Namaku Rosella. Aku berhutang budi padamu karena telah membuka buku itu. Nah sekarang hidupmu penuh peraturan." Kata Rosella, dia berwujud semacam manusia dengan sayap kupu-kupu mengepak di belakang nya. "Tapi, kau akan ketahuan warga." Kata Wennie. "Karena kamu membuka buku itu, disini bukanlah duniamu. Lihat, kereta kuda melaju ke angkasa. Venus terlihat dari kamarmu. Dan pasti Aurora nya indah sekali disini." Jawab Rosella. "maaf? Aurora?" Tanya Wennie. "cahaya yang terbentuk akibat adanya interaksi antara medan magnetik bumi, dengan partikel yang dipancarkan oleh matahari. Itulah yang dinamakan aurora." Jawab Rosella. "Baik, apa peraturan yang harus ku taati?" Tanya Wennie. "Kau tidak boleh mengatakan sumpah atas nama  Dewi Stacia. Hanya para bangsawan yang boleh menggunakan nama tersebut. Lalu, kau hanya boleh kembali ke dunia nyata sebelum 4 hari. Jika kau melanggarnya, there is no fantasy world for you or no real world for you." Jawab Rosella. "Oh iya, jika kamu mau bertemu Yang-Mulia-Dewi-Stacia, pergilah ke kuil Maquella." Lanjut Rosella. Beberapa menit kemudian, Rosella menghilang. Wennie sedikit panik akan hal itu. "Ah, sudahlah. Ayo pergi ke kuil Maquella." Gumam Wennie sambil mengganti pakaian nya dengan dress berwarna biru muda dan topi kesayangan nya. Wennie juga membawa buku merah yang dia temukan tadi. 

Sesampainya di Kuil Maquella, Wennie disambut dengan hangat oleh para elf. Salah satu yang mengalihkan perhatian adalah Elf Pendiam. Ia sempat menyapa Wennie, namun, teman-temannya mengusirnya. Wennie pun mencoba mengalihkan perhatiannya dari Elf Pendiam itu, tapi, percuma. Dia terlalu cantik dan bersinar. Tak lama kemudian, Wennie diajak oleh elf yang bernama Lisa ke ruangan Dewi Stacia. 

Di ruangan Dewi Stacia, Wennie melihat seorang gadis yang mencelupkan kaki nya ke Ofuro. "Hmm, kamu player baru ya?" Tanya gadis itu. "Eh?" Tanya Wennie. "Lupakan saja. My sister will hate you if she sees your dress. Come here, and you will become one of her." Kata gadis itu mengulurkan tangannya. Wennie melangkah menuju gadis itu dan 

GUBRAKKK

"Moeyagi!! Lepaskan dia!" Teriak seorang gadis yang keluar dari pintu yang lain. Sekarang tatapan Wennie kosong, dan dia berada di pelukan Moeyagi. Dewi Stacia menarik tangan Wennie dan segera memberinya rumput yang dibilang Seanyweed. Ia mendorong ke tenggorokan Wennie dan Wennie terbangun dari pingsan nya yang tidak wajar. "Maaf, yang mulia Dewi Stacia!" Seru Wennie. Moeyagi memandang jengkel Dewi Stacia dan memasukkan dirinya ke ofuro itu. "Maafkan adik ku. Aku telah melanggar Daftar Tabu yang membuat kalian merasa tidak aman dengan kuil ini. Kami akan memperbaiki sifat kami." Kata Dewi Stacia sambil membungkuk. 

Segerombolan gadis dengan selendang di lehernya datang. "Mampus deh." Gumam Dewi Stacia. "Saya, Alexa Ketua RedKnight ingin meminta waktu anda sebentar!" Seru gadis berbaju zirah. Kulitnya putih, Rambutnya berwarna hitam dan matanya berwarna coklat muda. Dia tidak memiliki emosi. Dan juga, segerombolan gadis itu juga berbaju zirah. "Baiklah, Alexa." Kata Dewi Stacia menghela nafas. Wennie tak sengaja mendengar obrolan mereka. "Dewi ku, musuh lama kita sudah bangkit. Tentu saja para wanita RedKnight tidak bisa melawannya walaupun secara bersama-sama." Kata Alexa sambil membungkuk. "Moeyagi!" Panggil Dewi Stacia. Namun, Moeyagi tak kunjung muncul. Dewi Stacia melihat ofuro nya. "Gawat, Moeyagi terkurung dalam jiwa musuh kita." Kata Dewi Stacia. "Mione! Tutup gerbang sebelah timur! Panggil ksatria lelaki kita." Perintah Alexa. Gadis berambut pirang pun keluar dari barisan RedKnight. "Dewi Stacia, apakah aku bisa membantu mu?" Tanya Wennie. "Cukup tutup ofuro itu dan jagalah ruang pribadiku. Ambil lah 2 pedang dan pakai baju zirah untuk mu." Jawab Dewi Stacia. "Jangan libatkan adik ku dalam ini!" Seru seorang gadis yang keluar dari barisan RedKnight itu. "Kak Mochi?" Tanya Wennie. "Maaf, Yang Mulia Dewi, saya harus melanggar janji saya. Saya tidak bisa melibatkan adik saya." Kata Mochi dengan wajah sedih. "Saya tidak setuju dengan perkataanmu! KAU INI SUDAH SAYA LANTIK DARI UMUR 7 TAHUN! APAKAH KAMU MASIH SAYANG DENGAN KELUARGAMU YANG SANGAT ANEH?!" Suaranya seperti Moeyagi. Dan suara itu terdengar dari ofuro yang sudah tertutup. Mochi mendekati ofuro itu dan keluarlah sesosok gadis membawa kipas jepang dan berambut panjang. "Tutup mulutmu Stacia, aku sudah memiliki kekuatan yang lebih untukmu." Kata gadis itu. "Bersikap sopan, Stella. Ini kuil Maquella, bukan rumahmu." Jawab Stacia agak ketus. Mochi mengacungkan pedangnya ke arah Stella, gadis itu. "Stacia, aku tak mau mengagetkan para pesuruh Elf mu. Mereka sangatlah menjijikan. Aku akan balik lagi ke ofuro. Lihat saja nanti, ya!" Kata Stella sambil memasukkan diri ke ofuro lagi. Lalu, Elf pendiam masuk ke ruang yang terasa tegang itu. "Dewi Stacia, waktu mereka disini sudah habis." Kata Elf Pendiam itu. "Baiklah Vreyzha, bawa barisan ksatria ini, kecuali Ketua Alexa. Berikan dia 30 menit lagi." Kata Dewi Stacia. "Mari ikuti saya para ksatria." Kata elf pendiam yang bernama Vreyzha. Vreyzha dan barisan ksatria itu keluar dari ruang itu. Wennie menatap buku yang dibawanya. "Berikan aku buku itu!" Kata Alexa. "Tidak mau!" Jerit Wennie. Buku itu pun ditarik oleh Alexa. Dan robek pada halaman 39. "AH, TIDAK!!! KEPALA KU PUSING!!!" Kata Alexa. Wennie mengambil halaman itu dan muncul lah berbagai kalimat. 

"Namun, sang ksatria Alexa meninggal di saat dia menyerang Stella. Bintang bintang terlihat indah, sehingga, Dewi Stacia harus menghukum Stella yang membunuh salah satu prajuritnya. Tanpa disadari, Wennie membantu Alexa saat menyerang Adik Stella, Alice." 

"Alexa!! Untung kamu merobek halaman itu. Jika kamu tidak merobek halaman tersebut, kamu akan mati!!" Kata Wennie dengan bersemangat. "Aku izin keluar dari ruangan ini, Yang mulia. Selamat malam." Kata Wennie. 

Vreyzha membaca buku yang berjudul, Red Book : 꽃 냄새가나요. Wennie menghampiri Vreyzha. "Hai, Vreyzha. Kamu membaca Red Book juga, ya?" Tanya Wennie. "Iya, kamu punya yang Aurum Stella nya?" Tanya Vreyzha. 

DEG

"Jangan pernah mendekati elf pendiam." Kata Lisa sewaktu itu. "Maaf, Vreyzha. Aku akan pergi ke Rosella." Kata Wennie teburu buru. 

Di tempat Rosella, Wennie kaget melihat mayat Rosella yang terkujur kaku. "Rosella!" Teriak Wennie. Mione datang dan menarik baju Wennie. "Ikhlaskan saja. Nanti bangsa Stella tahu bahwa kita berada disini. setetes darah yang mereka berikan, setara dengan kekuatan Bangsa Stacia." Bisik Mione. "Lebih baik kita kembali ke Kuil Maquella. Jika kita terdesak seperti ini, Kehidupan bawah sadarmu akan menjadi aneh. Untuk menyembuhkannya, kau harus mengunjungi Kuil Neverland." Ajak Mione sambil memegang pedangnya yang berlumuran darah. 

Di kuil Maquella, Wennie dan Mione datang dan disambut oleh Lisa. "Wennie, segera berkumpul di Kuil Hananori pukul 7 malam. Kita akan mengadakan rapat. Kamu juga Mione. semua RedKnight akan dipanggil." Kata Lisa. "Bagaimana dengan kau?" Tanya Wennie. "Aku sebagai pelayan Kuil Maquella, akan menyusul kalian." Jawab Lisa. "Tetap hidup, ya, Lisa!" Seru Wennie.

Wennie melangkah keluar dari Kuil Maquella sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum.

Di Kuil Hananori, sudah berkumpul para ksatria laki-laki dan ksatria perempuan. Di depan barisan itu, ada Dewi Stacia yang berpikir keras akan kejadian ini. "Saya Ketua RedKnight laki laki, Leonardo. Akan mengusulkan, bagaimana kita menutup semua gerbang dan memeranginya?" Usul seorang ksatria laki-laki muda yang sangat tampan, Leonardo Best RedKnight No 45. Mione berdiri dan mengacungkan tangan. "Maaf, Tuan Leonardo. Saya sudah menutup gerbang sebelah timur. Tetapi, saya juga sudah mencoba menutup gerbang barat yang dimana itu banyak sekali Bangsa Stella yang berdatangan untuk mengambil alih tahta Yang-Mulia-Dewi-Stacia." Kata Mione. "Apakah ada yang terluka?" Tanya Alexa yang langsung berdiri mengenai hal itu. "Rosella terluka sangat parah sehingga tak bisa diselamatkan." Jawab Mione sambil menunduk. "Hm, bagaimana kita memerangi saja semuanya? Setelah kita perangi, jika ada korban jiwa, kita mundur." Kata Mochi yang berdiri dari duduknya. "Jangan kak!" Seru Wennie. "Jika kakak mengorbankan orang lain demi kita sendiri, itu TIDAK BAIK!!" Teriak Wennie. Muka Leonardo semakin marah karena Wennie membentak Mochi di depan para barisan ksatria. "Cukup Wennie. Kami akan mempertimbangkan usulan itu. Tapi, aku akan mencari menteri kita yang sudah lama hilang." Kata Dewi Stacia. "Siapa itu, Dewi Stacia?" Tanya Alexa. Lisa pun datang ke Kuil Hananori dengan dress merah. Yang menandakan dia adalah menteri yang telah hilang itu. "Perkenalkan, saya Lisa. Pengurus Kuil Maquella dan menteri pertahanan yang telah hilang selama 20 abad." Kata Lisa. 

The Mystery of Red BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang