Ikatan Synthesis dan Thermesis

3 1 0
                                    

"Ah, tanganku sakit, Nagisa!" Seru Wennie yang mencoba memberontak. "Masuk ke mobilku!" Perintah Nagisa. Wennie menuruti perintahnya agar tidak terjadi konflik. Nagisa pun masuk ke mobil itu dan mulai menyetirnya.

"Apakah kamu tahu ikatan Synthesis dan Thermesis?" Tanya Nagisa. "Aku.. tidak tahu." Jawab Wennie. Nagisa menghela nafas berat. "Synthesis dan Thermesis adalah ras yang paling kuat selain Stacia juga Stella. Mereka memiliki tradisi khusus yang dimana, seorang gadis ras Synthesis harus memberi seorang lelaki ras Thermesis darah segar. Jika tidak, kedua ras akan punah." Jelas Nagisa panjang lebar. "Apa adakah ras lain yang kuat selain ras Thermesis dan Synthesis?" Tanya Wennie. "Ada, ras Melbone dan ras Yukomuai." Jawab Nagisa. "Kadang, hanya orang Jepang yang dapat masuk ke ras Yukomuai." Lanjut Nagisa. "Ah, Nagisa juga dari luar dunia ini?" Tanya Wennie penasaran. "Iya. Tapi sayangnya, aku tidak sehebat ras Thermesis pada umumnya." Jawab Nagisa sambil menghela nafas. "Thermesis ya?" Gumam Wennie. Nagisa memberhentikan mobilnya di sebuah rumah mewah. "Silahkan turun." Kata Nagisa. 

"Eh, mobilnya di parkirin di situ saja?" Tanya Wennie sambil menyilangkan tangannya di perut. "Iya, nanti akan dipindahkan." Jawab Nagisa sambil memakaikan jaket kepada Wennie. "Eh, makasih." Gumam Wennie. Nagisa menuntun Wennie ke pintu rumah itu. Ia membuka pintu itu dan disambut oleh beberapa pelayan. Seorang gadis berpakaian formal berlari mengejar Nagisa. "Tuan!" Panggil gadis itu. Nagisa menoleh ke gadis itu. "Ah, Nona Synthesis! Selamat datang." Sapa gadis itu. "Berisik, Echy. Synthesis harus istirahat." Jawab Nagisa ketus. "Mari saya antarkan Nona!" Seru gadis pelayan itu, Echy. "Wennie, ikutlah bersama Echy. Dia akan mengantarmu ke salah satu kamar." Bisik Nagisa. Echy menarik tangan Wennie dan berlari ke lantai 2. "HEY, JANGAN MENARIKNYA!" Bentak Nagisa yang masih terdengar ketika Wennie tiba di salah satu kamar mewah. 

Wennie menghempaskan dirinya di kasur kamar itu. "Ah~ Empuk banget. Dia Dewa Thermesis ke 5, ya. Sedangkan aku Dewi Synthesis pertama. Besok kita harus pergi ke kerajaan Reamesis." Gumam Wennie. Tak lama kemudian, Wennie tertidur pulas. 

Keesokan harinya, terdengar suara ketokan pintu secara terus menerus. 

TOK TOK TOK

"Nona, sudah pagi!" 

Wennie bangun dan menguap. "Ah, jam 7 pagi." Batin Wennie. "Echy, aku segera kesana." Seru Wennie. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan memakai sendal  rumahnya. Wennie mengikat rambut pendeknya dan membuka pintu kamarnya. Di depan pintu itu, ada seorang lelaki tampan yang lumayan tinggi. 

"Eh?"

Pipi Wennie memerah semerah tomat. Lelaki itu memegang tangan Wennie. "Tuan Nagisa sedang keluar rumah. Jadi, Echy sudah menyiapkan sarapan." Kata lelaki itu sambil menyium tangan Wennie. Sekilas Wennie melihat nametag yang tertempel di bajunya. "Ano, kamu siapa?" Tanya Wennie. Lelaki itu tersenyum. "Namaku Rei Riina, pelayan di rumah ini." Jawab lelaki yang bernama Rei itu. "Aku akan pergi ke ruang makan. Tapi, aku nggak tau dimana." Kata Wennie. "Sini aku tunjukkin!" Seru Rei sambil menarik tangan Wennie dengan lembut. 

Di ruang makan, ada 2 orang gadis dan 3 orang lelaki yang sedang menyantap makanannya. Seorang diantara mereka lebih tua. "Mungkin mereka seorang Kepala Pelayan disini." Pikir Wennie. "Perkenalkan, mereka adalah keturunan Neyuolop. Ras paling terkenal dan jenius. Ah, mereka juga dikenal sebagai organisasi pencari ras Stella." Kata Rei. Seseorang berdiri dan berjalan menghampiri Wennie. "Wennie, namaku Thermesis. Aku adalah Dewa Thermesis." Kata seseorang itu. Wennie kaget. Mukanya yang tidak keriput dan memiliki rambut panjang mengingatkan dia kepada seseorang, Stacia. Wennie hanya tersenyum ramah dan duduk di meja makan itu.

"Baiklah, kami ingin memberi tahu Dewi Synthesis akan ikatan kita." Kata seorang gadis. "Namaku Xioluva Thermesis Grandiene, bisa dipanggil Louva." Lanjut gadis itu, Louva. Mereka hanya membahas tentang ras Thermesis. Tapi, tiba-tiba, seorang lelaki yang lebih tampan dari Rei berdeham sedikit keras. "Synthesis adalah ras Rheamesis." Kata lelaki itu. "Hoi, Selva! Jangan bilang sekarang!" Bisik seorang lelaki di samping Selva. "Huh? Buat apa kita menyembunyikan semua itu dari dia. Toh, kalau kita juga menyembunyikan darinya kita pasti bakal kena masalah." Lanjut Selva. "Maksudmu?" Tanya Wennie sedikit bingung. Louva menelan ludahnya dan membuka mulutnya. "Rheamesis dan Synthesis adalah musuh bebuyutan. Tapi, ingat saja. Rheamesis lah yang membuat Synthesis." Jawab Louva. "Jadi, kumohon, menikahlah dengan tuan muda." Seru Rei. "A-apa?" Tanya Wennie kaget. "Ini terlalu dini! Lagian hanya itu yang bisa dilakukan?!" Bentak Wennie. Selva melempar buku tebal yang sangat familiar. "Huh? RedBook : The first time?" Tanya Wennie. "Buka dan baca!" Bentak Selva. Wennie mengangguk. Ia membuka halaman pertama dengan gemetaran. Tiba-tiba, Louva menjauhkan bukunya dari Wennie.

"HEH!"

Suara bentakan Selva terdengar sampai aula depan. Tempat dimana Nagisa sedang berbicara dengan seorang elf, Lisa. 

Di tempat Wennie, pintu terbuka sangat pelan. Di belakang sana terlihat seorang lelaki yang dimana itu adalah Nagisa. "Duh, Rei! Sudah beberapa kali kubilang jangan biarkan Wennie bertemu dengan mereka!" Bentak Nagisa pada Rei. Rei hanya menyibak rambutnya dan menundukkan kepalanya. "Sudahlah! Aku akan mencari tahu semuanya sendiri!" Seru Wennie. "Ja-jangan, itu berbahaya." Kata Nagisa sambil merebut buku RedBook itu. "Kau tidak punya wewenang untuk melawan ras Synthesis." Kata Selva sambil memainkan nintendo nya. "Ck, baiklah. Buka dan baca semuanya." Kata Nagisa pasrah. "Tapi, kembalilah dengan selamat." Lanjutnya. Wennie tersenyum. Ia mengambil buku di tangan Nagisa dan membuka halaman pertama. Tapi, aneh sekali. Dia tidak dibawa masuk ke dunia buku itu. "The fu*k?" Gumam Selva yang tidak lagi mempedulikan game nya. Louva menghampiri Wennie dan menepuk bahunya pelan. "Sudahlah, Wennie. Aku akan meneliti terlebih dahulu tentang masalah ini." Kata Louva lembut. "Ah, kakak! Aku sudah menemukannya!" Kata seorang lelaki dan seorang perempuan. "Ada masalah apa, Gemini?" Tanya Louva. "Dia belum siap menerimanya. Jika kita terus mengandalkan dia, kita tidak akan mendapatkan hasil apapun." Jawab si kembar itu, Gemini. "Ano, bagaimana agar aku siap untuk masuk ke dalam buku itu?" Tanya Wennie. "Cukup kau tahu masa lalu mu dengan ras Thermesis." Jawab Gemini. "Sini, aku pegang tangan mu." Kata Thermesis. Wennie mendekatkan tangannya ke tangan Thermesis. 

Wennie terjatuh di lantai. Membuat bunyi yang sangatlah keras. Gadis yang pernah ia lihat di memori sebelumnya muncul. 

"Le-Leah?" Tanya Wennie sambil merapikan pakaiannya. "Oh, Thermesis!!" Panggil Leah sambil menghampiri seorang lelaki berambut panjang terurai. "Hey, jangan peluk dia, Leah." Kata seorang lelaki yang dia lihat saat pertama kali melihat Leah. Mereka hanya bertumbuh sedikit saja. "Synthesis, boleh ya aku main dengannya!" Pinta Leah sambil mendekatkan wajahnya ke Synthesis. "Tidak! Sebanyak apapun permintaanmu untuk bermain dengannya, dia akan menghasutmu." Jawab Synthesis. "Hehh, bolehlah pacarmu main denganku sekali." Kata Thermesis. "Nggak boleh, aku harus menjaganya. Sedangkan kamu, lakukanlah tugas sebagai Calon Dewa Thermesis. Kita punya darah yang sama, tapi, kedudukan kita beda jauh." Kata Synthesis. Ia pergi meninggalkan Thermesis di lorong itu. "Hey, Thermesis." Panggil seseorang di ujung lorong. Ia adalah seorang putri raja Christaline, Vyonnalatte Anastacia. "Ah, aku lupa kamu, Anastacia!" Seru Thermesis menghampiri Anastacia. "Darahmu memang sama dengan Synthesis. Tapi, sifatmu lebih pantas daripada Synthesis." Bisik Anastacia sambil menyibak poni Thermesis. Ia kemudian menggandeng tangan Thermesis yang gemetaran dan mengajaknya pergi ke taman kerajaan. 

Hosh Hosh

"Bagaimana?!" Seru Nagisa yang paling heboh. "Aku tak menemukan apa-apa." Jawab Wennie memegang kepalanya. "Berarti ikatan Synthesis dan Thermesis adalah darah dan kedudukannya?!" Seru Wennie tiba-tiba. "exactly, Martiz." Jawab Thermesis. "Tapi, setelah di cek dengan ras Synthesis yang tersisa, tak ada yang cocok. Kedudukan kita adalah ikatannya." Lanjutnya. "Kumohon, kalian harus menikah!" Kata Louva. "Ini terlalu cepat! Aku tak bisa seenaknya saja." Tolak Wennie. "Sudahlah, Louva! Kita butuh dia bukanlah untuk dinikahi!" Bentak Nagisa. "Ayo antar kamu sampai ke Brazinge Healer. Aku sudah memberi tahu Dewi Stacia dan Mione." Kata Nagisa agak putus asa. Mereka diam di perapian dan merogoh plastik di kantong atas perapian itu. "Ini, cukup telan pil ini. Itu akan membuatmu teleport ke tempat yang ingin kau tuju." Kata Nagisa sambil memegang pil. Wennie pun memeluk Nagisa dan langsung meminum pil itu. 

Wennie membuka mata dan ia berada di tempat yang sama, Brazinge Healer. "Wennie! Stacia sudah sehat seperti dulu lagi!" Seru Mione. "Kamu sepertinya bukan Mione yang ku kenal." Bisik Wennie. Mione itu langsung mundur dari Wennie dan mengacungkan pedangnya. Wennie menodongkan pisau yang dibawa kemanapun dia berada. "Kami membutuhkan darahmu, Wennie Synthesis Martiz." Bisik Mione. "Seseorang merasuki Mione." Itulah kata-kata yang terlintas di benak Wennie.

To be countinued

The Mystery of Red BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang