L.E.A.V.A

4 2 0
                                    

"Wennie!" Panggil Alexa. Wennie menyahut dan menghampiri Alexa. "Kami akan mengantar Dewi Stacia untuk melakukan Brazinge Healer. Apakah kamu mau ikut?" Tanya Alexa. Brazinge Healer adalah tempat beregenerasi untuk para RedKnight juga Dewa Dewi. "Aku mau ikut. Tunggu, bagaimana dengan Claude?" Tanya Wennie. "Claude sudah kami kirimkan ke Brazinge Healer. Jadi, seharusnya dia aman." Jawab Alexa. Mione men- summon kursi roda khusus untuk Dewi Stacia. "Mari duduk disini, yang mulia." Bisik Mione di telinga Dewi Stacia. Saat Alexa hendak membuka portal, Wennie mendorongnya ke belakang dan mengarahkan tangannya ke sebuah dinding. "Alerous De Brazinge Healer." Gumam Wennie. Tiba-tiba, muncul portal berwarna biru terang. "Mochi! Ambil kendali para RedKnight!" Perintah Alexa sambil mendorong kursi roda Dewi Stacia.

SRIING

Wajah Wennie terasa tersiram air. Udaranya sangat sejuk. Angin-angin melambai kepada Dewi Stacia. "Leava!" Panggil Dewi Stacia. Seorang gadis yang berada di langit langit tempat itu, turun dan memberi hormat kepada Dewi Stacia. "Ada apa, yang mulia?" Tanya gadis itu. Dia memakai tanktop putih dan rok hijau. Gadis itu bernama Leava. Dia adalah penjaga tempat itu. "ID card kalian, nona-nona." Kata Leava. Mione dan Alexa memberikan sebuah kartu. "Ah, aku belum punya." Kata Wennie lesu. "Tidak apa-apa. Namamu Wennie, kan?" Tanya Leava. Wennie mengangguk. "Segera dibuat." Seru Leava. "ID card itu akan terkirim di mail mu. Jadi, hari ini kau tidak perlu membawa ID card." Kata Leava. "Leava, di- di belakangmu." Kata Wennie gemetaran. Leava bingung. "Leava! Bantu aku mengontrol ini!" Seru seseorang di pohon. "Aku seperti kenal suara ini." Batin Wennie. "Rafael bukan sih? Coba aku ke atas situ." Lanjut nya.

Wennie melompat ke arah 1 pohon besar dan melihat lubang yang cukup kecil. Tak lama kemudian, muncul seorang bocah kecil memakai jas laboratorium. "Rafael?" Tanya Wennie. Bocah itu menoleh ke arah Wennie. "Bukan kah itu Wennie?" Tanya bocah itu. "Iya ini aku Wennie." Kata Wennie sambil tersenyum. Bocah itu keluar dari lubang itu dan duduk di bangku bawah pohon.

"Wennie, ingat aku?" Tanya bocah itu. "Bu-kannya kamu Rafael?" Tanya Wennie. Rafael mengangguk. "Tapi, nama dunia buku ku adalah Rosementa. Bisa dipanggil Metha." Kata Rafael. Tanpa sadar, Wennie memeluk Rafael dan menceritakan pengalamannya diculik oleh Ras Stella. "Aku ikut bersedih." Kata Rafael. "Tapi, yang paling spesial adalah darahku tidak tercampur oleh darah Stacia." Seru Wennie bersemangat. Rafael terbelalak. "Ka- kamu." Gumamnya. "Kamu adalah keturunan terakhir Dewa Synthesis!" Seru Rafael. "Apa? Synthesis?" Tanya Wennie bingung. "Aku akan menjelaskannya lewat temanku." Kata Rafael. Ia bangkit dan pergi ke arah pohon.

Tak lama kemudian, Rafael datang membawa Leava. "Ini, turunan terakhir Dewa Synthesis." Kata Rafael. Leava terbelalak. "Dengar, ini penting. Beberapa hari yang lalu, DarkVestaKnight sudah muncul. Mereka mengetahui keberadaan seorang turunan terakhir Dewa Synthesis. Tidak, Dewi Synthesis." Jelas Leava tiba-tiba. "De- Dewi Synthesis? Aku?" Tanya Wennie bingung. "Iya, kau harus membuat turunan dengan seorang Trainee di ForthEast. Dan aku akan membantumu bertahan hidup. Aku akan menyerahkan seluruh nyawaku untukmu. Tapi, makanlah Rosemary Memories ini." Jelas Leava sambil memberikan sebuah daun yang berkilauan. Wennie memakannya dan kepalanya pusing tiba-tiba. 

"Ayah! aku ingin mendengarkan musik!!" Pinta seorang gadis kecil memakai topi bundar di taman bersama seorang pria. "Baiklah. Dengarkanlah lagu dari ibumu." Kata Pria itu. Tiba-tiba, angin meniup rambut gadis kecil itu. Angin itu sekilas terdengar seperti sebuah melodi yang indah. Namun, angin itu berhenti ketika seorang wanita datang. Dia mengambil ayah gadis itu. "Ugh, sepertinya aku sudah masuk ke memori ini." Gumam Wennie sambil memegang kepalanya yang sangat pusing. Ia menghampiri gadis kecil itu. "Hey, namamu siapa?" Tanya Wennie dan menunduk di depan gadis itu. "Namaku Leah, aku keturunan dewa Rokkie Brooks II." Jawab gadis kecil itu. "Baiklah, Leah. Sekarang aku akan membantu mu." Kata Wennie sambil menggandeng Leah. 

20 menit kemudian, Leah berhenti. Ia melihat seorang bocah laki-laki tampan yang sedang duduk di bawah pohon. "Siapa itu?" Tanya Wennie. Leah membuang nafas. "Dia Synthesis. Dia baik, ramah, jujur dan tentu saja.."

"Sixpack, uhuk!" Lanjut Leah.

"Oh iya, aku kesini juga ingin menemuinya. Jadi, makasih ya!" Lanjut Leah lagi. Ia mencium pipi Wennie dan berlari ke arah bocah laki laki itu. 

UGH

"Kepalaku... serasa dipalu." Gumam Wennie. Ia melihat sekitar dan tiba-tiba, seorang lelaki yang tadi ia temui pun menghampirinya. "Selamat datang di dunia ini, Wennie  Martiz Synthesis." Kata lelaki itu. "Eh, papa?" Tanya Wennie. "Iya, ayo kita temui Mama." Jawab Synthesis sambil menggendong Wennie. "Kenapa Dewa Synthesis bisa menggendongku? Eh? badanku jadi kayak batita!!" Batin Wennie. 

"Mama!" Sapa Synthesis. "Eh? dapur?" Tanya Wennie. "Waah, Wennie udah bisa ngomong dapur!" Seru Mama yang terlihat seperti Leah. Ia menyibak poni Wennie. "Mama, mau makan!" Seru Wennie yang tingkahnya kayak batita. "Hmm, hari ini makan salmon ya!" Seru Papa. 

TOK TOK TOK

Suara ketokan pintu terdengar. Synthesis dan Leah kaget dan bingung. "Mama pegang Wennie dulu, ya!" Kata Synthesis sambil memberikan Wennie kepada Leah. 

Synthesis membuka pintu rumah nya dan ia melihat seorang perempuan dan seorang lelaki yang membawa senjata api. "Dewa Synthesis!" Panggil seorang perempuan itu. "Apa, Fleana?" Tanya Synthesis bosan. "Anda harus pergi ke atas awan sekarang!" Perintah Fleana. "Hah? Kamu nyuruh aku?" Tanya Synthesis dengan nada sedikit tinggi. "Maaf, kami harus melakukannya secara paksa." Kata laki-laki itu. "JA... JANGAN REAMUS!" Bentak Synthesis saat laki laki itu mulai masuk rumah secara paksa. "FLEANA! MASUK LEWAT JENDELA!" Seru Reamus. Fleana bergerak gesit ke jendela di lantai 2. "Ja.. jangan!" Kata Synthesis lemah. 

Di lantai 2, Leah menidurkan Wennie. "Angkat tanganmu, Leah!" Seru Fleana. Leah bangkit dari rebahannya. "Apa masalahmu sekarang?" Tanya Leah. "Aku ingin membawa anakmu, Leah." Jawab Fleana. "Ng, nggak! Jangan!" Seru Leah. "Ini demi dunia ini, Leah. Kaulah Dewi Pencipta Gunung Crosant. Kau harus tanggung jawab!" Seru Fleana sambil bergerak cepat mengambil Bayi Wennie yang tertidur pulas. Fleana langsung menembak Leah dengan senjatanya. 

DORR

Fleana turun ke lantai 1 dan menembak Synthesis. "Ah, jangan bawa.. anakku." 

BRUK

SRIING

"Jadi, bagaimana?" Tanya seorang gadis yang terlihat buram di mata Wennie. Ternyata itu adalah Leava. "Banyak yang aku ingat. Tapi, aku memiliki janji Synthesis." Jawab Wennie. "Benar, selama ini, kau memiliki sebuah kemampuan yang dimana kamu bisa meregenerasi sesukamu dan kamu bisa menyuruh seseorang tanpa harus mengambil resikonya." Jelas Leava panjang lebar. "Tunggu, lebih baik kita latih skill Wennie." Kata Rafael yang tiba-tiba menghampiri Wennie. "Skill?" Tanya Wennie bingung. "Kamu punya banyak skill, khususnya Oroelium Sliacis Protection, Wearlm De Quantumn, Astheorum Take, dan, Hikari o atae, gōsei " Jawab Rafael. "Ah, kenapa kamu tau tentang aku?" Tanya Wennie. "Aku tidak mau membantu sahabatku ke jalan yang tidak benar. Maka dari itu, aku berusaha mengetahui segalanya." Jawab Rafael. "Ah, Rafael, Nagisa akan segera datang. Tolong kamu mengondisikan Wennie, ya!" Seru Leava. "Nagisa? Kayak pernah dengar nama itu." Gumam Wennie. "Ah, dia adalah putra dari Dewa Thermesis. Tapi sekarang, dia telah menjadi seorang Thermesis." Jawab Rafael.

Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Wennie.

"Eh?"

"Tuan Nagisa, apa kabar?" Sapa Rafael. "Huh? Inikah putri Dewa Synthesis?" Tanya Nagisa. Tampangnya seperti bocah playboy. "Huh, aku juga punya nama!" Seru Wennie. "Kau begitu cantik dewiku. Tapi, kamu takkan menjadi Dewa yang akan menguasai dunia ini." Kata Nagisa sambil mengangkat dagu Wennie dan mendekatkan ke wajahnya. Pipi Wennie memerah seperti tomat. "Hallo! Leava datang!!" Seru Leava yang sedang berlari dari bangku tempat itu. "Leava-chan, aku ingin membawa gadis ini boleh?" Tanya Nagisa. "Hmm, gimana ya? Boleh!" Jawab Leava dengan cepat. Nagisa menarik tangan Wennie dan membawanya ke portal.

T.b.c

The Mystery of Red BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang