Sahabat Beda Dimensi : Si Centil Yang Baik Hati

185 11 4
                                    

Hai semuanya!
Sebelum aku menuliskannya di wattpad,aku yakin setelah ini akan banyak pro dan kontra antar pembaca.

Mungkin banyak dari kalian akan menganggap aku halu, dan aku sudah siap untuk itu! Hehe.

Ini tentang sahabat kecil tak kasat mataku.
Ia lebih senang ku sebut adik ketimbang ku sebut ia teman. Tenang saja, ini bukan kisah horror. Aku hanya akan membagi kisah persahabatan kami disini, walau tak banyak yang bisa ku ceritakan. Ringkasnya saja ya!

Tidak semua makhluk tak kasat mata itu jahat, mereka bahkan bisa menjadi sahabat yang sangat amat menyenangkan ketimbang teman dunia nyatamu.

"Ino,bikinin Bella buku ya?"

"Ino beliin Bella cokelat dong No..."

"Bella kangen dede Lowie..."

"Bella adeknya Ino kan?!!!"

"Ino, ayok ke Nederland!"

"Ih Ino kaya monyet!"

Itulah sedikitnya kalimat yang sering Bella ucapkan padaku.
Bocah belia itu, walau wajahnya polos tapi mulutnya seperti cabe rawit.
Biarpun begitu, aku tetap menyayanginya layaknya adik kandungku sendiri.
Sebenarnya, aku punya beberapa sahabat lain selain Bella. Tapi untuk permulaan,aku hanya akan menceritakan tentang persahabatanku dan Bella. Karena sahabatku yang lain belum siap untuk membagi kisah persahabatan kami.
Diantara yang lain, memang Bella ini yang narsisnya luar biasa!
Kalian mau tau apa lagu kesukaannya?
lagu dari Siti Badriah - Lagi Syantik.
Luar biasa bukan adikku yang satu ini?!
Asal kalian tau, setiap lagu itu ada di tv, maka dia akan teriak heboh minta volume TV dibesarkan!
Ada juga lagu dari Ari Lasso - Hampa.
Setiap dia menyanyikan lagu ini, walaupun dengan tingkah menyebalkan dan suara yang cempreng nan berisik. Tapi aku bisa merasakan bagaimana ia sangat merindukan keluarganya lewat semua lirik yang ia lantunkan.




"Arabella"

Sejak beberapa tahun lalu, dia datang dan masuk kehidupku.
Aku lupa kapan tepatnya dia mulai berdialog denganku. Kaget, bingung, dan sedikit takut awalnya bisa dihadapkan dengan makhluk seperti Bella.

Awalnya, aku kira dia adalah gadis polos yang anggun dan pendiam.
Awalnya, tutur bicaranya sangat halus dan pelan.
Tapi semua ternyata palsu! Dia adalah bocah bawel yang sangat amat tidak bisa diam.
Walau begitu, dia selalu menjagaku dari gangguan makhluk-makhluk jelek dan jahat.
Memang dasar Si Centil Yang Baik Hati.
Kalau tiba-tiba Bella diam, aku yakin pasti ada sesuatu yang sedang ia rasakan.
Arabella atau lebih suka dipanggil Bella, adalah gadis remaja berumur 14 tahun. Tapi aku lebih suka memanggilnya bocah, karna perawakannya yang masih seperti bocah berumur 10 tahun.
Rambutnya cokelat panjang dikepang dua,hidungnya mancung, dan bermata cokelat terang,freckles di sekitar wajahnya menambah kesan bocah Belanda total. Tingginya 10 cm di bawah pundakku, by the way tinggiku 167 cm, bisa kalian bayangkan sendiri kan bagaimana bentukan Bella? Hahaha.
Bella lahir di Belanda, 2 Mei tahun 1930-an. Ayahnya adalah seorang anggota militer Belanda yang ditugaskan membawa pasukan ke Indonesia pada jaman kolonial dulu.
Sebenarnya Bella bukanlah Belanda totok, darah pribumi juga mengalir di tubuhnya, karna ibunya adalah seorang Jawa-Tionghoa yang lama hidup di Belanda.

Nanti akan aku ceritakan bagaimana kisah hidup Bella di masa lalu. Kali ini, aku hanya akan menceritakan kisah persahabatan kami. Sabar yaaa! Hehehe.





"Masak Sup"

Sore itu,aku pulang membawa sayur sup dan ayam gulai. Ini adalah katering harian yang aku pesan pada teman kantorku.Tiba-tiba Bella datang dengan girangnya. "Itu apaan No? buat Bella ya?" tanya nya dengan sumringah.
"Bukan, ini makanan buat Ino. Mau Ino angetin dulu." kataku seraya mempersiapkan peralatan masak.
Setelah aku cicipi ternyata sup tersebut rasanya hambar, sangat amat hambar.
"Bella tau gak ini gimana biar gak hambar?" tanyaku pada Bella yang sedari tadi sibuk memainkan kukunya.
"Ya ditambah garemlah! Masa ditambah air!" jawabnya nyolot. Memang wajahnya ini menyebalkan, ingin rasanya aku menyiramnya dengan air, tapi untungnya aku tidak sejahat itu.
Aku turuti perkataannya, menambahkan garam pada sayur sop ku. Sambil memasak di api kecil, aku tiba-tiba mendengar Bella bersenandung, hanya "hmmm hmmmm hmmm...." seperti nyamuk mau menggigit kulit bayi.
"Bella ngapain sih bell? Ham hem ham hem doang! Mending bagus, berisik iya! Dasar kunyuk." kataku sambil meledeknya.
"Heh! Ino gak tau ya, suara Bella tuh bagus tau! Ino mau denger gak?"
"Ma..." belum sempat aku menjawab, ia sudah menyerobot duluan, "gak usah deh, suara Bella mahal."

Sahabat Beda Dimensi : Si Centil Yang Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang