Bersin

33 4 1
                                    


   "Assalamualaikum, assalamualaikum, assalamualaikum... INOOOOOO!" teriak bocah tengil bernama Bella.
"Walaikumsalam. Apaan sih berisik amat!" kataku menjawab salamnya.
"Bella baru pulang main dari lapangan lho No" ujarnya dengan wajah ceria.
Aku tidak menjawabnya, karna sedang fokus dengan masakanku. Baru kali ini aku mendengarnya mengucapkan salam, biasanya dia akan langsung masuk rumah dan berteriak seperti monyet hutan.
  "Ino masak apa?" tanya Bella sambil menengok ke wajan.
"Masak paru balado. Awas ah nanti muka Bella Ino masak sekalian mau?!" kataku seraya menyuruhnya minggir karna menghalangi pergerakanku.
"Sembarangan aja! Ino pikir Bella apaan hah?! Itu bukan paru balado No, tapi cabe diparuin hahahahaha." ujarnya diselingi tawanya yang menyebalkan. Memang bocah ini tiap hari selalu menghina apapun yang aku lakukan.
Tiba-tiba gatal menyerang hidungku. Aku segera membalikan badan agar tak mengenai masakanku, lalu "ASSSIOOO!!!!" suara bersinku begitu menggema. Bella yang  ada disampingku sontak saja menghinaku lagi "Ih Ino babi! Ngagetin Bella aja. Mana muka bersihnya jelek banget lagi kaya beruk!" katanya dengan wajah kesal, ingin rasanya aku mendorongnya sampai masuk ke wajan, tapi tak sempat aku lakukan karna aku harus bersin lagi "Asssiooo! Assioooo!".
Bella si bocah sialan ini, langsung menghindar dengan wajah seolah jijik.

"Ih Ino nih kaya monyet lho, nebarin virus aja!  Males ah Bella disini nanti ketularan jelek kaya Ino." katanya sambil berlalu meninggalkan aku dengan wajahku yang memerah karna bersin.

Bocah menyebalkan itu, biarpun tiap hari membuatku kesal tapi memang ucapannya terkadang benar. Aku coba mempraktekkan ekspresi wajahku saat bersin di depan kaca, dan benar saja wajahku memang sangat jelek sekali!

Sahabat Beda Dimensi : Si Centil Yang Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang