Hujan

43 10 0
                                    

  Malam itu hujan lebat mengguyur hampir seluruh wilayah kota Jakarta.
Hujan amat deras ternyata membuat Bella dan yang lainnya mengungsi ke kamarku. Padahal mereka sudah aku berikan ruangan sendiri di tempat tinggalku.
"Ngeri No hujannya, Bella takut." ujarnya.
Asal kalian tau, padahal biasanya setiap hujan, si Centil ini sangat bahagia dan langsung berlari keluar untuk bermain hujan. Namun berbeda dengan hujan tengah malam ini, tak hanya hujan namun diselingi dengan angin yang cukup kencang.
"Kenapa Bell? Takut anyut ya kamu?!  Hahahaha" tawaku sembari meledeknya.
Aku memperhatikan Bella yang hanya duduk di pojokan lemariku. Ia duduk di atas puzzle dengan polosnya, kulitnya yang pucat ditambah ekspresinya yang ketakutan, membuatku justru ingin melempar bocah ini ke tengah hujan badai. Tapi tenang guys!  Aku tidak sejahat itu pada makhluk rese ini.
"No, kalo ujan gini kita gak bakal kebanjiran kan?" tanyanya pelan.
"Ya enggaklah Bell!  Amit-amit." jawabku dengan nada kesal karna mendengar pertanyaan polosnya.
"Bella takut tau No, Bella gak bisa tidur kalo hujannya deres banget begini." ujarnya masih dengan wajah polos nan menyebalkan itu.
"Ya udah Bella diem disitu aja, Ino mau tidur." jawabku sembari membalikan badan.
Kali ini posisiku membelakangi Bella.
Lalu terdengar suara "Duaartttt...!!!"
Bella kaget, dan teriak "Inooo!!!!!" ia murka.
Kalian tau kenapa? Iya! Aku kentut guys.

  Bella yang amat murka karna terpapar nuklir dari lambungku, akhirnya memaki ku "Ino babi! Dasar bangke! Ih Ino nih kaya beruk! INO MONYEEEET!!!" teriaknya kesal, suaranya melengking mengalahkan suara hujan.
Memang benar-benar mulut comberan.
Akhirnya malam itu aku tutup dengan meminta maaf pada bocah Belanda tengil bernama Bella. Lalu ku tinggalkan ia tidur.

Suara kentutku merdu kan Bell? Hahahaha.

Sahabat Beda Dimensi : Si Centil Yang Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang