3. (per) mainan

2.5K 153 59
                                    


_______________

Luhan memandangi arloji kepunyaan Sehun saat dia membuka laci meja nakas dikamarnya. Masih ingat kalau jam tersebut tertinggal waktu Sehun pertama kali mengunjunginya.

Ada niat sebenarnya ingin mengembalikan, namun pria itu sudah mewanti-wantinya untuk menunggu kedatanganya lagi siang nanti, seperti yang dia minta saat sarapan tadi.

"aku suka sofa merahmu Luhan"

Luhan seketika memejamkan matanya. Fikiranya berkelana kemana-mana dan dia resah sendiri. Dipandanginya lagi jam tersebut, lalu memakainya.

"Bagaimana bisa pas padaku? " ujarnya.

Lay hanya memandanginya yang berdiri di ambang pintu kamar. "Jam baru Lu? " tanyanya. Luhan yang sedikit kaget membalikkan badanya.

"Oh...ini bu-"

"Aku tahu kau suka jam tangan, jadi tidak heran kau memilikinya, bukankah itu mahal? " tanya Lay menyela Luhan.

"I-iya, ini lumayan mahal" jawabnya kikuk. "Ya Sudah, aku akan kembali ke Apartemen, xiexie sudah mengizinkanku dan juga Sehun menginap, dia tadi berpesan kepadaku, akan mengajakmu makan malam sebagai ucapan terimakasih, dan aku memberikan nomor ponselmu, kau tidak keberatan bukan? " jelas Lay.

"Tidak masalah Lay, tapi bolehkah aku bertanya satu hal? " tanya Luhan. Lay menganggukkan kepalanya.

"Apakah Sehun memiliki kekasih? " tanyanya. Lay mengerutkan dahinya. "Apa tujuanmu bertanya seperti itu Luhan? Jangan katakan kalau kau-"

" Tidak" Luhan menggeleng cepat. "Aku tidak naksir padanya, hanya saja dia terlihat seperti pria yang tidak mau terikat pada suatu hubungan khusus" lanjutnya.

Kali ini Lay tertawa dan justru Luhan yang menatapnya heran. "Jadi kau fikir aku akan mengatakan kalau kau akan naksir padanya? " tanya Lay. "Memangnya tidak ya" jawab Luhan.

Lay menghampirinya dan tersenyum menggelikan kepadanya. "Meskipun aku sering menggodamu, tapi bukan berarti aku akan berkata seperti itu padamu Luhan, kau benar, Sehun bukanlah pria yang nyaman pada hubungan yang spesial, dia penggila kerja, kadang aku berfikir, apa gunanya semua kekayaanya itu, kalau tidak ada seseorang yang spesial untuk dia bagi, walau kenyataanya dia bukanlah orang yang mau berbagi" jelas Lay.

Luhan tidak yakin dengan apa yang sahabatnya itu katakan. "Mungkinkah Sehun hanya berkencan satu malam dengan seseorang lalu malam berikutnya seseorang itu bukan lagi orang yang sama?" tanyanya.

"Setahuku, Sehun sedikit agresif soal kencan, maksudku, dia selektif walau hanya sekali dia pakai, tapi aku tidak terlalu memahaminya, dia sangat rahasia Luhan" jawab Lay.

Dan untuk satu itu Luhan membenarkan. Baginya Sehun itu ibarat dokumen kepunyaan Kim Jongin yang dia kembalikan waktu itu, sesuatu yang sederhana, tapi sulit untuk di mengerti.

"Kau beruntung Luhan" ujar Lay tiba-tiba.

"Maksudmu? " tanyanya.

"Kyungsoo tidak menikam mu saat kau mencubit pipinya, kau orang pertama yang melakukanya, aku sendiri bahkan tidak berani menyentuhnya" jawab Lay.

(not) one night stand  (HunHan) "END"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang