Mereka yang butuh bantuan.

38 8 6
                                    

Hari ini aku bersekolah seperti biasanya. Disekolah, aku memiliki banyak teman. Karena aku tidak pernah membeda-bedakan semua orang.

Semua manusia itu sama saja, lemah dan tidak berguna. Satu satunya yang membuatku tertarik adalah mereka yang memiliki masalah mental. Teman temanku bilang itu depresi.

Suatu hari aku duduk di dekat gudang belakang sekolah. Tempat yang jarang di datangi oleh murid di sekolahku. Entah kenapa aku suka berada disini.

Namun, aku dikagetkan oleh suara keras yang mengganggu pendengaran. Aku menoleh ke sumber suara, tampak seorang lelaki tampan dan merupakan siswa kebanggan di sekolahku. Dia adalah Axel.

Dari wajahnya dapat kulihat dia sedang mengalami banyak masalah. Aku tersenyum senang. Berdiri dari tempatku dan menghampiri Axel.

Axel terlonjak kaget saat aku menepuk sebelah pundaknya. Dia ingin marah, namun karena melihatku tersenyum dia malah ikut tersenyum juga, aneh.

"Lisa?" ujarnya.

"Kamu ngapain disini, Axel?"

"Gak apa-apa," Jawabnya, namun dapat kulihat kebohongan yang terpancar dari matanya.

"Kalo ada masalah, kamu bisa cerita sama aku." Aku tersenyum menenangkan.

"Apa boleh? Gue cerita tentang masalah gue ke lo?"

"Boleh aja," Jawabku senang hati.

Axel pun bercerita tentang masalah yang dia alami. Aku tepat sasaran. Dia sedang berada di ambang batas kesadarannya. Masalah yang dia hadapi terlalu berat, menurutnya. Orangtuanya bercerai dan pacarnya memutuskan hubungan mereka berdua.

Dia bercerita padaku dua hari yang lalu Axel sempat ingin memotong nadinya dengan silet saat di dalam kamar sendirian. Usaha nya gagal karena ketahuan oleh ibunya.

Axel bercerita dengan wajah yang tidak bersemangat. Raut putus asa sangat jelas berada disana. Aku pun merasa kasihan. Akan aku coba untuk menuntunnya.

"Axel kamu tau? Dari cerita yang kamu bilang, aku tau kamu itu berharga tapi sama sekali gak berguna." Aku berbicara dengan tenang.

"Gue, emang gak berguna." Jawabnya lirih.

"Semua orang yang kamu sayang udah ngecewain kamu, kan?"

Axel mengangguk.

"Mereka itu sama sekali gak pernah perduli sama keadaan kamu. Artinya kamu emang gak penting ada disini." Aku menjelaskan sambil tersenyum.

"Gue emang bener bener gak berharga."

Ini saatnya pikirku.

"Jadi, apa yang harusnya kamu lakuin sekarang?"

"Mati. Buat apa gue disini kalo gak ada yang hargai gue sama sekali?" Dia berbicara, wajahnya tampak sangat kacau.

Aku menganggukkan kepala. "Hm, harusnya kamu emang mati dari dulu aja."

Setelah mengatakan itu aku yakin akan ada pertunjukan setelah ini. Aku pun berjalan meninggalkan Axel begitu saja yang kian putus asa di tempatnya. Aku tersenyum senang.

Aku kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pembelajaran. Dua jam berlalu, ada suara benda jatuh yang lumayan keras buktinya sampai terdengar ke dalam kelasku yang berada di lantai dua. Aku bersekolah di sekolah yang cukup elite dengan empat lantai.

Tak berapa lama setelah suara benda jatuh itu, murid yang sedang melaksanakan jam olahraga teriak sangat keras. Akupun keluar dari kelas untuk melihat apa yang terjadi. Aku menatap dari balkon didepan kelasku.

SEBAGAI PENUNTUN - (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang