Depression

8 3 6
                                    

Hari ini semua orang disibukkan dengan berita Licya yang sudah hilang selama tiga hari. Orangtua nya melaporkan hilangnya Licya ke pihak yang berwajib. Aku masa bodoh saja, tidak perduli. Tidak akan ada yang bisa menemukan jasad tidak berguna itu.

Saat jam istirahat lagi lagi aku pergi ke taman untuk sekedar duduk menikmati angin sepoi-sepoi. Aku mengedarkan pandanganku, sedetik setelah nya senyuman indah terbit di wajahku.

Aluna. Dia adik kelasku. Ah, sudah lama sekali aku tidak melihat raut wajah yang putus asa. Akhirnya setelah sekian lama aku mencari cari sosok yang dapat ku tuntun. Wajah Aluna sangat jelas memancarkan aura tidak ingin hidup. Dia... sudah jatuh terlalu dalam. Aluna depresi. Bagus, aku suka ini.

Aku bangkit dari dudukku dan berjalan menghampiri Aluna yang sedang menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

"Al, kenapa melamun?" Aku menepuk bahunya pelan dan duduk di sampingnya.

"Eh, kak Lisa." Aluna tersadar dari lamunannya dia tersenyum. Senyum yang memancarkan keputus-asaan.

Aku tersenyum, akhirnya ada yang bisa aku tuntun lagi. "Kalo kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aku."

"Kakak jangan deket-deket aku. Nanti dikatain aneh sama orang-orang." Aluna menjawab sambil tersenyum miris.

"Gak mungkin. Emangnya kenapa?" Aku bertanya ingin tahu.

"Aku kan, emang sedikit beda sama orang-orang. Aku kadang suka ngomong sendiri,  tiba-tiba nangis, ketawa sendiri padahal gak ada sesuatu yang lucu." Aluna menjelaskan.

"Kamu, gila, ya?" Aku bertanya tenang.

Aluna menatapku lekat. Aku tersenyum manis. Aluna mengangguk.

"Orang-orang bilang aku gila. Tapi aku ngerasa aku normal aja. Apa yang salah, kan? Aku cuma agak sedikit berbeda."

Aluna membela dirinya. Dasar bodoh. Sudah jelas jelas mental nya terganggu, tapi dia masih menganggap dirinya manusia normal. Benar-benar wanita gila. Sepertinya aku akan sedikit kewalahan menghadapi tingkah tidak waras Aluna.

"Padahal, kamu emang gila. Mental kamu terganggu. Kamu itu gak normal, Aluna." Aku berkata tenang sambil tersenyum.

"Aku normal. Bener-bener normal!" Aluna berkata dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

Aku menggeleng, "manusia normal mana yang suka ngomong sendirian? Kamu terlalu berhalusinasi. Manusia normal gak pernah ketawa dan tiba-tiba nangis tanpa ada penyebab nya."

Aluna terhenyak, "Tapi aku gak gila kak Lisa." dia berkata sambil menunduk.

Aku tersenyum, tidak sesulit yang aku pikirkan. Aluna mudah di hasut. "Kamu gila, Aluna. Sebenernya keberadaan kamu cuma jadi beban untuk orang-orang."

"Iya, kan?"

"Tapi mama, papa gak pernah bilang kalo mereka terbebani sama aku."

"Mereka gak pernah bilang apa yang mereka rasain karena takut kamu makin hancur. Kamu tau Aluna? Kejujuran yang pahit lebih baik daripada kebohongan yang manis."

"Mereka bisa aja jujur tapi orang tua kamu lebih milih diam dan pura pura baik-baik aja di depan kamu. Padahal, mungkin aja mereka udah muak sama kamu."

"Mereka pasti malu punya anak yang gak waras.."

"Enggak, mamah sama papah aku gak kayak gitu!" Aluna berkata, raut wajahnya menunjukkan kesakitan dan jurang keputus asaan.

Aluna menangis, "Kalo mamah papah kayak gitu mereka pasti gak bakal nahan aku waktu aku mau lompat dari balkon kamar aku, kan?"

Oh pernah ingin bunuh diri ternyata? Aku menyunggingkan senyuman manis.

"Mereka cuma pura-pura nahan kamu. Aslinya mereka seneng kalo kamu mati, artinya mereka gak punya beban lagi. Mereka gak harus nanggung malu karena anak satu satunya yang mereka punya malah punya gangguan mental kayak kamu."

"Aku kayak gini udah dari kecil." Aluna berkata seolah memberi tau kondisinya yang memprihatinkan.

"Kak Lisa, apa orang tua aku bakal seneng kalo aku gak ada?" Aluna bertanya, pertanyaan bodoh. Orang tua mana yang bahagia jika anaknya tiada?

Tapi, aku sudah lama tidak menuntun seseorang, mungkin Aluna bisa aku tuntun daripada dia hidup penuh dengan penderitaan dan dianggap aneh oleh orang-orang di sekitarnya.

"Mungkin aja mereka seneng. Kalo kamu gak ada mereka bisa ambil anak dari panti sebagai ganti kamu. Dan yang pasti seorang anak yang beneran normal. Bukan kayak kamu."

"Apa aku lebih baik mati? Sebenernya aku benci diri aku sendiri. Aku juga gak mau kayak gini."

"Hm kamu emang lebih baik mati aja. Jangan selalu buat orang lain susah, Aluna.  Kamu emang bener bener gak ada gunanya."

"Orang-orang yang punya gangguan mental kayak kamu bisa apa? Keberadaan kamu gak berharga, gak ada yang bisa nerima kamu disini, kan?"

"Kak Lisa, kalo aku gak ada apa kakak mau gantiin aku sebagai anak mereka?" Aku tertawa dalam hati. Aluna memang sudah gila.

"Mana mungkin, kan? Ntar aku dikira gila juga kayak kamu. Aku udah bahagia sama keluarga aku yang sekarang." Aku tersenyum.

"Aku mau pulang," Aluna tiba tiba berdiri dan berlari meninggalkan aku.

Ah, aku tidak sabar. Pertunjukan apa lagi yang akan ada nanti? Pasti akan seru.

Sore hari sepulang sekolah saat aku ingin pulang ke rumah, kecelakaan yang ada di jalan tol membuat kemacetan.

Aku turun dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Aku tersenyum saat melihat tubuh Aluna bersimbah darah di tengah jalan.

Aku bertanya kepada salah seorang pejalan kaki.

"Ada apa?"

"Dia sengaja nabrakin dirinya sendiri ke truk yang lewat." Si pejalan kaki menjawab.

Sudah aku duga. Akhirnya aku kembali menuntut seseorang lagi. Aku kembali ke dalam mobil dengan semangat yang bertambah. Hobiku memang benar benar istimewa. Aku senang karena ada yang berhasil aku tuntun lagi.

Sebenarnya seseorang hanya perlu mencintai dirinya sendiri. Mengganggap diri sendiri berharga dan berguna adalah cara menjalani hidup yang sesungguhnya.

Aku menjalankan mobilku kembali saat jalanan kembali normal, ada ambulance yang datang dan memasukkan tubuh Aluna ke dalam kantung jenazah.








Hai haiii

Kangen gak sama Lisa?

Kalo mau tau Lisa ini dia Visualnya

Kalo mau tau Lisa ini dia Visualnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

She is cute but psycho haha

Iya gak iya gak?

Okedeh see u on the next chapter!❤️

Sankyu,🦄

Salam sayang,

NLF❣️

SEBAGAI PENUNTUN - (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang