Pengkhianatan

8 2 3
                                    


Biarkan penggoda dan pengkhianat bersatu, lalu mereka akan hancur bersama.
-Lisa


Hari ini aku bersekolah seperti biasa. Tapi ada satu kejadian yang sangat menggangguku. Abela, teman satu mejaku. Aku cukup dekat dengannya. Dia perempuan yang manis menurutku, dia cantik, wajahnya juga imut. Dia tipe orang yang pengertian dan perhatian aku cukup menyukainya. Abela   orang yang ramah dan periang, tapi hari ini aku melihatnya menangis terisak. Ada apa?

Aku segera menghampiri meja kami dan merangkul bahunya.

"Abel, kamu kenapa?" Tanyaku pelan kepada Abel.

Isakan dari mulutnya semakin terdengar keras, ada apa sebenarnya? Aku benci melihat orang-orang terdekatku menangis seperti ini.

"Kalo kamu terus nangis kayak gini, aku gak akan tau apa-apa, Abel." Ujarku pelan.

"Mario, Lisa. Dia selingkuh di belakang aku dan dia mutusin aku." Abela akhirnya membuka suara, ucapannya terdengar lirih dan tersirat kekecewaan yang begitu dalam.

"Lisa, apa aku emang gak pantes buat dia? Apa perempuan kayak aku emang pantesnya dibuang? Aku benci Mario!" Abela berkata lirih, dia semakin terisak.

Oh jadi karena itu. Apa kurangnya Abela? Setauku Abela benar benar tulus menyayangi Mario. Abela selalu mengerti segala kesibukan Mario. Walau beberapa kali, aku melihat bahwa Mario tidak memiliki perasaan sebesar rasa Abela untuknya. Dan ternyata memang benar.

Dasar brengsek.

Tidak tau diri.

Manusia seperti itu, memang lebih baik mati.

Aku mencoba menenangkan Abela agar segera berhenti menangis.

"Abel, kamu tau? Gak ada satu orang pun yang berhak ngerendahin dirinya sendiri. Semua manusia itu berharga. Semua orang itu pantas dalam hal apapaun dan untuk apapun."

"Tapi, Lisa. Kalau memang aku pantas, kenapa lagi-lagi harus aku yang ngerasain sakitnya sendirian? Kenapa harus aku Lisa, kenapa!" Abel masih saja menangis.

Perasaan tulus yang Abela berikan justru dibalas pengkhianatan. Benar benar manusia menjijikkan. Benci. Benci. Benci.

Aku membenci orang yang tidak tau diri seperti Mario. Harusnya dia menjaga Abela dengan baik. Harusnya dia bersyukur memiliki pasangan sebaik Abela. Harusnya dia membahagiakan Abela.

"Abel, kamu itu cantik. Diluar sana banyak laki-laki yang lebih baik dari manusia sialan itu. Jadi, tolong berhenti keluarin air mata kamu. Kamu pasti bisa bahagia walau gak sama si brengsek Mario."

Abel menoleh ke arahku, dia tersenyum. Abela berusaha menghentikan tangisnya.

"Lisa, aku cantik?" Abela bertanya riang. Dengan mata yang sembab seperti itu entah kenapa terlihat menyeramkan.

"Hm" Aku menjawab singkat dan mengangguk.

"Apa Mario bakal nyesel karena udah ninggalin aku?" Abela bertanya lagi.

"Pasti." Lagi lagi aku menjawab singkat.

Abela kelihatan sudah lebih baik. Tenang saja Abel, aku pasti akan membuat bajingan itu menyesal seumur hidupnya.

***

Pulang sekolah aku sengaja berdiri di depan mobilku untuk bermain main sebentar. Mataku menangkap sepasang manusia yang sedang tertawa bahagia.

Si brengsek itu. Menjijikkan. Itu adalah Mario. Bagaimana bisa dia tidak terlihat merasa bersalah sama sekali? Bahkan sekarang, dia sedang bersama Liyana yang kutau adalah teman sekelas Mario.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBAGAI PENUNTUN - (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang