2. Rindu

45 22 27
                                    

Komentar kritik dan sarannya aku tunggu guys.. dan kalo kalian suka cerita ini, yuk klik bintangnya.

  Selalu menjadi gula yang dikelilingi semut. Samudera Biru. Satu nama penuh makna yang mampu membuat banyak cewek terpana. Tapi Biru tak pernah mau menjalin hubungan dengan cewek lain. Ia menunggu ... terus menunggu dalam diam dan menjadikan sebuah harapan sebagai penyemangatnya untuk hidup.

Dia menunggu teman SMP yang telah mengisi hatinya selama bertahun-tahun. Bahkan saat cewek itu pergi, cintanya tak juga menghilang, karna semakin hari. Rasa itu kian membuncah didalam dada.

Dan kini, cewek itu sedang berada beberapa meter didepannya. Jantungnya berdegup menggila. Dia sangat merindukan cewek itu.

Dengan langkah pasti, perlahan Biru mendekati Reina.

Begitu Biru hendak menyapa, Reina mengambil ponselnya yang baru berbunyi.

"Ya. Lin."

"Oh.. sekarang? Oke. Gue kesana sekarang."

Biru mencoba menunggu Reina berbicara dengan penelepon.

"Woy!! Ngapain lo disini?" Sapa Gio sambil menyenggol lengan Biru.

Biru menoleh. "Euh. Enggak ada."

"Yaudah yuk kita maen basket."

"Enggak ah. Laen kali aja."

"Anak-anak Pertiwi pada nantangin tuh. Kalo lo gak ikut, nanti tim kita kalah dong."

"Apa? Anak Pertiwi!!?"

Reina yang tidak tahu keberadaan Biru langsung melenggang pergi setelah memasukan ponselnya kedalam tas.

"Iye. Kuy lah." Gio menggandeng lengan Biru. Menyeretnya agar mengikuti langkah Gio.

Biru melihat punggung Reina yang menjauh. Ah, mungkin lain kali. Batinnya.

  *****

Reina menuju ke parkiran sesuai yang Alin katakan ditelepon tadi. Mereka berniat menjenguk Meysa yang tidak masuk sekolah hari ini.

Reina tidak tahu apa yang terjadi dengan Meysa, karna kemarin ia tidak sekolah karna sakit perut.

Begitu sampai ke rumah Meysa, mereka disambut oleh pembantu yang lebih mirip nenek-nenek. "Siang Bi Mae, Meysa-nya ada?" Alin bertanya ramah.

"Ada Non. Di kamarnya." Pembantu bernama Bi Mae itu memperhatikan Reina. Membuat Reina merasa risih dan bingung. Gak pernah apa lihat cewek cantik?

"Kenalin Bi. Ini temen baru Aku sama Meysa. Ayo kenalan Rein." Alin menyenggol lengan Reina yang masih bingung. Apa penting banget kenalan sama pembantu?

Dari pada mati karna pegal terlalu lama berdiri, Reina akhirnya memperkenalkan diri. Lalu Alin menuntun jalan menuju kamar Meysa.

Reina memperhatikan rumah Meysa. Rumah yang besar tapi tetap lebih besar rumah Reina. Rumah yang terdiri dari tiga lantai ini terlihat klasik dengan cat berwarna putih gading berpadu dengan hijau tosca.. Banyak pot-pot besar yang disimpan disudut ruangan. Hiasan-hiasan kecil diatas meja berkilau seperti permata. Dan diatasnya, sebuah foto keluarga sangat besar terpangpang. Meysa bersama seorang cowok terlihat lebih tua darinya sedang dipeluk bahagia oleh orangtuanya. Reina iri. Ia mengingat ibunya. Keluarganya yang ia harapkan bahagia kini telah hancur. Kapan dia bisa merasa kebahagiaan seperti Meysa?

"Rein, coba kalo kita maleman dikit mainnya. Pasti bisa ketemu deh sama kakaknya Meysa yang ganteng luar biasa. Lo belum ketemu kan sama doi. Mau lihat gak?" Alin menghentikan langkah saat sadar tak ada jawaban dari Reina. Alin menoleh melihat Reina yang sedang mendongak melihat foto figura besar keluarga Meysa.

Sayap Sayap CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang