1. Pemandangan indah.

93 21 36
                                    

"Rein, udah dua hari ya elo sekolah disini." Ujar Alin yang baru selesai memakai lipstik. Dia melirik teman barunya.

"Iyayah. Rasanya baru kemarin." Jawab Reina yang sedang sibuk merapikan tatanan rambutnya sambil bercermin dikaca jendela.

"Kalo punya masalah, baru tuh bakal kerasa." Ujar Meysa yang duduk disebelah Alin dengan mata yang terus terfokus pada buku. Membacanya dalam diam.

  Sekarang di kelas 11 IPA-2 hanya tersisa mereka bertiga. Karna murid lainnya di kelas sudah membubarkan diri dari 15 menit lalu.

"Ishh doainnya jelek banget... eh, eh, mau kemana mereka?" Tanya Reina heran saat melihat banyak siswa berjalan ke arah yang sama. Saling berbisik-bisik. Terdengar seperti lebah berdengung.

Alin berdiri, mendongak melihat para siswa itu sesaat. Lalu kembali duduk. "Palingan mau nontonin PANGERAN KITA ditembak." Ucapnya sambil memperhatikan penampilannya dicermin kecil yang digenggam tangan kirinya.

"Pangeran kita? Ditembak?" Reina menaikan sebelah alis, menatap Alin yang kini tersenyum.

"Huum. Ditembak. Jdoorr." Alin membuat jari jempol dan telunjuknya membentuk pistol dan bergaya sedang menembak seseorang.

"Ih jahatnya.. kasihan dong. Iyakan Mey?"

Meysa yang sedang tersenyum karna bacaan novelnya terlalu malas untuk mengalihkan pandangan atau menjawab ribet, "Huum."

Alin tertawa, "Iya mati kalo ditembak pake pistol. Ini kan ditembak pake lope lope."

Reina mengerutkan kening sedetik, lalu saat dia tahu maksud Alin dia menjawab, "Oohhhh."

"Mau lihat gak?" Tawaran dari Alin langsung diangguki oleh Reina.

"Meysa, lo mau ikut gak?"

  Tak ada jawaban. Mereka memperhatikan Meysa yang sedang senyum-senyum sendiri dengan pandangan yang masih tertuju pada buku setebal dua jari.

Alin memberi isyarat pada Reina lewat gerakan mulut tanpa suara. Satu.. dua.. tiga. "MEYYYSSAAAA." Pekikan keras dari Reina dan Alin membuat Meysa terhentak kaget. Dadanya naik turun karna terkejut. Meysa memutar bola. Harusnya dia tahu jika...

Alin + Reina = Kericuhan.

Tak pernah bisa membuatnya bersantai untuk menikmati membaca novel romantis favoritnya.

Dengan segala kejahilan dan paksaan akhirnya Meysa menyerah. Dia berjalan diapit Alin yang sedang membawa tas ransel milik Meysa dan Reina yang sedang menjauhkan buku setebal dua jari itu dari tangan Meysa yang terus berusaha menggapainya.

Mereka sampai di lapangan outdoor sekolah. Memilih berdiri diatas kursi supaya bisa melihat dengan jelas pemandangan yang sangat lebay. Matahari sedang bersinar terik siang menjelang sore ini. Reina merasa tubuhnya gerah karna kepanasan, tapi tekadnya untuk melihat apa yang terjadi membuatnya sedikit mengusir rasa gerah. Meysa duduk di kursi. Cemberut, karna  Reina enggan mengembalikan bukunya sebelum Reina bisa melihat 'pemandangan' itu. Ditambah dukungan dari Alin, membuat Reina semakin kuat akan tekadnya.

Seorang cewek menangis terisak, berlutut dan memegang tangan kiri si cowok yang berusaha untuk pergi. Suasana disini hening, sampai mereka bisa mendengar percakapan cewek dan cowok itu. Beberapa siswa bahkan ada yang mengabadikan lewat kamera ponsel. 

Sayap Sayap CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang