Part. 12

20 11 8
                                    

Pagi ini Jeje berangkat sekolah dengan tergesa-gesa. Ia takut tidak punya waktu untuk mengerjakan tugas di sekolah sebelum bel masuk. Ketika sampai pada meja makan, ia hanya melihat Mama, Adnan, Adrian, dan Raja, tidak ada sang Papa.

"Pagi semua. Papa kemana?" Jeje mencium pipi satu persatu kecuali Raja.

"Papa udah berangkat kerja." Jawab Adnan.

"Berangkat pagi-pagi?? Barusan aja pulang dari dinas. Udah sibuk lagi." Jeje merengut kesal. "Eh ini kenapa lo ada disini?" Jeje menunjuk Raja yang tenang melahap makanannya.

"Emang kenapa? Gak boleh gitu gue makan disini. Mama Linda aja gak ngelarang." Sewot Raja bermaksud menggoda Jeje.

"Ish! Gue tanya baik-baik ya. Lo kok sewot gitu!" Jeje melotot kepada Raja.

Mama Linda yang jengah melihat pertengkaran kecil itu segera melerai. "Udah-udah jangan ribut waktu makan. Segera habiskan makanan kalian, nanti telat."

Mendengar kata telat. Jeje hanya mengambil roti tawar dan segera berdiri sembari menggendong tasnya.  "Aku berangkat duluan. Kak Adnan ayo cepetan!" Jeje menarik lengan Kakaknya yang sedang minum.

"Aduh Jeje. Kamu gak lihat Kakak lagi minum." Tegur Adnan.

"Kenapa buru-buru gitu sih dek." Ucap Mama Linda.

"Emm itu... aku... ada piket. Iya ada piket. Jadi harus berangkat pagi." Jeje menyembunyikan alasan ia berangkat pagi-pagi sekali. Ia takut kakaknya marah kalau tau ia tidak mengerjakan tugas. Ia mengalihkan kegugupannya dengan makan rotinya.

Raja yang paham pun segera beranjak dari duduknya. "Sini berangkat sama gue."

Jeje yang tak punya pilihan lain pun mengiyakan ajakan Raja.

Sesampainya di depan motor Raja. Jeje menyuruh Raja mengebut. Raja yang sudah memakai helm hanya mengangguk kecil.

Perjalanan ke sekolah hanya di isi oleh suara bising kendaraan. Tak terasa mereka sudah sampai di sekolah yang masih sepi.

Raja yang melihat Jeje berjalan dengan terburu-buru hanya tertawa kecil. Ia cukup terhibur dengan kelakuan Jeje di pagi hari.

Ia mengikuti langkah Jeje yang memasuki kelas mereka. Tak heran apabila kelas masih sepi belum ada yang datang.

"Je gue tau lo buru-buru berangkat karena belum ngerjain tugas kan." Ucap Raja.

"Iya! Dan ini salah lo!" Sewot Jeje.

"Lah kok jadi salah gue, yang belom ngerjain tugas kan elo. Kenapa gue yang salah." Balas Raja merasa tak terima.

"Ya lo sih, gak kasih gue contekan. Misal kalau lo kasih kan gue gak perlu buru-buru ke sekolah gini. Si Wincha belum dateng lagi. Gue lihat siapa dong!" Histeris Jeje dengan lebay.

Setelah meletakkan tasnya di meja. Ia merogoh tas untuk mengambil buku Kimianya. Pergerakannya terhenti, lantaran buku yang di carinya tidak ada.

"Loh buku kimia gue kemana? Kok gak ada. Perasaan udah gue masukin deh tadi malam. Sial bener hidup gue hari ini." Jeje menelungkup kan kepalanya di meja.

Raja yang melihat itu hanya tertawa tertahan. Ia menghampiri Jeje sembari membawa buku yang sedang dicari Jeje. Ia menepuk pelan kepala Jeje dengan buku.

Jeje pun mendongak. Raut muka yang tadi sedih terganti menjadi terkejut senang begitu melihat bukunya ada di tangan Raja.

"Huaaa buku gue. Kok bisa ada di lo Ja?" Jeje memeluk bukunya.

"Ketinggalan ogeb! Mangkanya jangan pelupa jadi orang." Raja menyentil pelan jidat jenong Jeje.

Jeje hanya meringis mendengar gerutuan Raja.

About Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang