Chapter 1

46 3 0
                                    

Suatu malam di akhir bulan Oktober, ketika banyak pasang kekasih menghabiskan malam minggunya yang indah, Adel hanya berada didalam kamar kost yang pengap dan sunyi sambil bermain gawainya. Teman kamarnya sedang pulang untuk melepas rindu ke ayah ibunya, tapi biar ada atau tiada teman sekamarnya pun kamar itu terasa hampa. Adel dan teman sekamarnya jarang ngobrol, mereka memang kurang akrab-atau mungkin susah untuk diakrabi. Di luar beberapa teman Adel sedang berbincang keras, tapi Adel enggan ikut menimbrung.

Adel punya hobi baru, ia sedang gandrung bermain game online. Beberapa hari lalu ia melihat temannya Yuyun tengah asyik bermain game sambil mengobrol dengan lawan mainnya. Karena terlihat menyenangkan sepulang kelas ia mencoba mendownload aplikasi game online tersebut. Dan ternyata cukup canggung untuk bicara dengan orang asing dan beberapa dari mereka juga sedikit tidak sopan padanya, jadi sengaja ia matikan mikrofonnya. Hingga pada malam itu ia merasa ingin sekali mengobrol dengan lawan mainnya. Ia nyalakan mikrofonnya, mencoba berdehem beberapa kali tapi tidak ada respon, padahal mereka saling terhubung. Hingga di akhir permainan mereka tidak saling bersuara. Adel mengecek profil lawan mainnya, digeser foto - fotonya dan menemukan foto lawan mainnya dengan seorang wanita. yah mungkin laki - laki ini sudah punya pacar makanya membatasi diri. Adel ingin mengajak main lagi, tapi jadi berasa tidak enak setelah mengecek profil barusan. Dan kalaupun keluar roomchat belum tentu ia menemukan pemain lain yang mau diajak bermain. Dengan sengaja Adel pun bersuara
"Ih.. kok mukanya tua sih"
"Apa?" balas suara diseberang sana. Adel sedikit kaget. pertama karena celetukannya direspon, kedua karena responnya begitu cepat. Jadi apakah sepanjang permainan pria ini menunggunya untuk diajak ngobrol?
"Eh ini mukanya kok kayak lebih tua deh dari umur diprofilnya.. Hayo ini Fake account yaa"
"Oh.. enggak kok. Itu saya yang kanan, yang pake kacamata"
"Oh gitu" Yaa Adel juga tidak peduli sih
"Iya"
"Diem aja sih, lagi liatin pp aku ya" Tanya Adel kepedean
"Engga kok engga"
"Oh kirain abis diem aja, terus juga kamu gak keluar dari roomchat gak ngajak main lagi juga makanya aku kira lagi liatin profil, biasanya kan gitu" maksudnya Adel yang biasanya gitu
"engga. Ini saya nunggu aja kamu ajak main lagi apa engga"
Mereka saling diam
"Mau main lagi gak?" tanya suara diseberang sana
"Umm boleh"
"Mau main apa nih?"
"Terserah deh, ini lagi juga boleh"-di game tersebut memang tersedia berbagai permainan

Mereka lanjut bermain game, kini tidak lagi diam tapi saling berbincang. Nama pria itu Malik tapi dipanggil Dion. Terserah katanya Adel mau panggil apa, tapi berkali - kali Adel meneriaki nama Malik tak sekalipun ia menyaut, yasudah sepakatlah ia panggil pria di seberang sana dengan nama Dion. Ketika mendengar nama lengkapnya jujur Adel bingung bukan main bahkan tidak bisa menemukan alasan kenapa ia dipanggil Dion. Tapi yasudahlah, bodoamat. Apalah arti sebuah nama, pikir Adel yang saat itu tidak tahu kalau ternyata nama inilah yang akan berada di urutan teratas panggilan telfonnya, nama yang akan selau ia rindukan notifikasi pesannya, nama yang akan selalu dia sebut dalam doanya.

Dion berasal dari kota S, tapi kini ia berada dikota M untuk menuntut ilmu. Adel sempat tidak percaya karena jarak kota S dan kota M sangat jauh, bahkan beda pulau. Dion menjelaskan bahwa ia mendapat beasiswa dan tidak bisa menbatalkannya karena akan berimbas pada adik kelasnya nanti, jadi ya dijalani saja katanya. Adel pun sama kini ia sedang berada di tanah perantauan, bedanya kota K yang sedang ditempatinya sekarang hanya sekitar 2 jam atau lebih jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dari kota M tempat asalnya. Tapi biar dekatpun Adel enggan pulang, Adel bahkan tidak merindukan rumahnya, dia menelfon hanya untuk minta ditransfer uang dan kadang sesekali jika ia ingin melihat kucingnya.

Mereka sedang asyik berbincang tentang banyak hal ketika baterai ponsel Adel mulai habis, jadi ia mengambil charger dan segera menghubungkannya ke colokan terdekat. Tapi hal ini membuat percakapan mereka terhambat, suara Adel terdengar putus - putus oleh Dion diseberang sana
"Mau lanjut ngobrol pake WA gak?" Tanya Dion
Adel berpikir keras, haruskah ia memberikan nomor ponselnya. Sejauh ini ia tidak pernah membagikan nomor telfonnya ke sembarang orang di internet, Adel punya pengalaman buruk tentang itu dan tidak mau mengulanginya lagi. Disamping itu, Adel juga tahu biasanya orang - orang yang ditemuinya di internet akan tidak bertahan lama jika pindah media komunikasi.

Tapi pada akhirnya Adel memberikan nomor ponselnya meskipun dengan rasa sedikit takut. Tak lama sebuah pesan datang
"P"
Duh Adel males deh kalo di P gini, tapi yasudahlah
"iya"
"Ini Adel kan? yang tadi main bareng di X"
"iya"
"Mau lanjut ngobrol gak" Tanya pria itu
Ya mau lah batin Adel, tapi jika gampang bilang mau nanti Adel dikira gampangan. Adel ingin menerima ajakan tapi tidak mau bilang mau. Jadilah ia menggantinya dengan kata "Boleh" yang dianggapnya memberi izin untuk pria itu ngobrol bersamanya, dengan begini Adel berharap ia tidak dianggap cewek kesepian yang mau ngobrol dengan siapapun yang ditemuinya di dunia maya.
Mereka berbincang tentang banyak hal, mulai dari anime, film, game, nilau un, hobby, kuliah yang diambil Dion dan banyak lainnya. Dion bercerita banyak tentang dirinya dan teman - temannya serta banyak pengalaman lucunya pengalaman lucunya selama berada di Pondok Pesantren. Adel hanya tertawa kecil mendengar cerita Dion, kadang karna lucu kadang pula hanya untuk merespon ceritanya.
"Berapa nilai mtk pas UN kemarin?" tanya Dion
"45" Jawab Adel santai
"Hah? 45?"
Mendengar respon Dion yang terdengar kaget, Adel jadi hilang santainya. Takut - takut akan diremehkan bahkan dihina atau semacamnya. Tapi mendengar jawaban Dion setelahnya ganti Adel yang kaget
"Saya aja cuma 40, padahal saya ikut OSN"
Tawa Adel pecah, bukan dengan maksud menghina tapi lega saja. Ternyata pikiran aneh - anehnya tidak terbukti
"Tapi emang tuh soalnya beda banget sama yang di buku yang dikasihin itu, udah mah gurunya jarang masuk......"
Dion terus berkeluh kesah tentang ujian kemarin, kemudian berkeluh kesah tentang banyak hal. Kemudian Dion mulai bercerita tentang betapa kudetnya dia yang tidak tahu banyak istilah - istilah populer
"Jadi tuh ya saya pernah ngechat temen saya, terus saya tanya 'Lagi apa?' dia jawab lagi mlager gitu, saya bales 'Wuih rajin amat malem - malem gini bikin pager' pas tau arti kata mager itu males gerak ih malunya minta ampun"
Adel tertawa geli mendengar cerita Dion, bagaimana bisa kata yang sering digunakan anak muda tidak dipahami olehnya
"Udah mah ya, saya itu ngechat cewek"
"Oh" Adel berhenti tertawa
"Itu tadi cerita saya yang saya anggep memalukan, kamu punya cerita yang gitu juga gak? Coba ceritain dong"
"Umh.. apa ya. Malu ah tapi kalo cerita"
"Namanya juga cerita memalukan"
"Jadi kemarin, eh bukan kemarin sih udah agak lama pas aku main kerumah temen aku jatuh didepan cowok yang aku suka, hehe. Pas mau ngundurin motor jalannya licin terus aku kepeleset terus jatuh deh. Yaudah, gitu doang ceritanya"
Diam. Tak ada respon. Apa segitu garingnya cerita Adel? Memang sih namanya cerita memalukan bukan cerita lucu, tapi bukan berarti didiamkan juga kan selama bahkan sehabis cerita.
Pelan, Adel mendengar suara nafas dari ujung sana. Wah jangan - jangan Adel ditinggal tidur. Apa segitu membosankannya cerita Adel sampai pendengarnya langsung tidur?
"Halo? Malik.. Malik.."
Diam, hanya deru nafas
"Malik.. eh Dion. Udah tidur ya?"
Adel mengakhiri panggilannya, mungkin suara Adel terlalu merdu hingga pendengarnya langsung tidur begitu mendengarkan ia bercerita, mungkin Adel punya bakat untuk membacakan dongeng pengantar tidur.

Adel melihat jam di layar ponselnya, ternyata sudah pukul 1 pagi. Benar - benar sudah lewat jam tidur Adel. Sebelum tidur Adel sempat bingung akan menamai kontak Dion dengan nama apa, hingga akhirnya diputuskan bahwa Adel menamai kontaknya dengan nama Malik Dion. Benar - benar bukan sebuah keputusan. Baiklah. Saatnya bagi Adel untuk tidur.

tbc

Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang