Chapter 3

9 1 0
                                    

Hari senin adalah hari tersibuk dari 6 hari lainnya. Tidak ada yang bisa menghindar dari melelahkannya hari senin, termasuk Adel. Adel berangkat pagi sekali setiap hari senin karena ada kelas pagi, kemudian kembali ke kost untuk istirahat sebentar sebelum menghadiri kelas tambahannya hingga menjelang sore. Jadwal Adel tidak berhenti sampai disitu, nanti malam sehabis isya akan ada jadwal pertemuan malam. Benar – benar lelah, tapi Adel menyukainya. Tidak melakukan apa – apa hanya akan membuatnya dihantui pikiran aneh – aneh dan berakhir dengan suasan biru.

Adel mengambil ponselnya, ia ingat ada pesan dari Dion yang belum dibalasnya tadi saat dikelas. Seperti biasa Dion bertanya apa yang sedang dilakukannya, sudah makan belum, dan sebagainya. Adel bercerita tadi pagi ia bangung kesiangan sampai – sampai tidak sempat mengahafal New Concept. Dion bertanya apakah bukunya basah, tentu saja tidak. Adel sudah ahli tentang hal ini
"Eh tadi malam kok gadimatiin telfonnya pas aku ketiduran?"
"Soalnya saya juga tidur"
"Lah bukannya aku tidur duluan ya semalem, emang aku tidur jam berapa semalem?"
"Iya kamu tidur duluan. Terus abis itu saya ngomong seuatu ke kamu banyak sampe saya ketiduran juga"
"Ngomong apa?"
"Rahasia"
"Ih aku penasaran pake banget. kasih tau dong"
"Ya saya cuma bilang kalo saya nyaman sama kamu terus bilang perasaan saya ke kamu tuh kayak gimana"
"Perasaan kayak gimana"
"Ya gitu deh"
"Ih dasar kamu"

Setelah itu Dion ingin menelfon, tapi Adel bilang nanti saja karena masih ada kelas lagi sebentar lagi. Adel keluar dari kost setelahnya. Adel bertanya – tanya perasaan apa yang dimiliki Dion. Nyaman seperti apa yang ia rasakan. Atau jangan – jangan Dion jatuh hati padanya, tapi rasanya tidak mungkin karena Dion bahkan belum pernah melihat wajah Adel. Adel membuamh jauh – jauh pikiran itu. Adel tak mau terlalu berharap, tak mau sakit hati lagi.

Sepulang dari agenda malamnya Adel menerima telfon dari Dion. Sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Dion bertanya tentang agendanya, Adel bilang malamnya begitu melelahkan. Dion kemudian berbicara banyak, Adel yang memang sedang lelah menanggapi dengan singkat, bahkan nyaris tertidur beberapa kali.
Dion memanggil namanya beberapa kali, Adel mendengarnya dan berniat untuk menjawab panggilan itu, tapi membuka mulut rasanya malas sekali. Seeprtinya Adel harus tidur, baru ia ingin membuka mulut Dion mengatakan sesuatu.
"Adel.. Adel. Udah tidur ya? kamu pasti capek seharian ini"
Iya capek banget—batin Adel
"Kamu tau, saya ngerasa nyaman sama kamu. Padahal kita baru kenal, tapi rasanya kayak ketemu temen lama. Obrolan kita nyambung saya suka ngobrol sama kamu. lebih tepatnya saya suka sama kamu"
Adel sedikit kaget. Adel tersenyum, tidak tahu apa yang dirasakannya. Adel hanya tersenyum bahkan nyaris tertawa. omg ini bukan prank kan? Apakah Dion tau Adel belum tidur dan sengaja mengerjainya
"Adel.. saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu. I love you"
Tawa Adel pecah. Adel sudah sering mendengar kalimat 'i love you' di film – film yang ia tonton atau mungkin teman – teman sebayanya, tapi Adel benar – benar tidak merasakan apa – apa saat mendengar kalimat tersebut dari mereka. Adel bahkan tertawa keras sekali, bukan dengan maksud merendahkan tapi rasanya aneh dan sedikit lucu. Ini bukan salah Adel. Otaknyalah yang mebuat Adel seperti itu
"Ih.. jadi kamu daritadi pura – pura tidur? ah jadi malu deh"
"engga kok engga, tadi emang udah mau tidur tapi kamu kayak mau ngomong sesuatu jadi aku dengerin dulu eh taunya... hahaha"
"Duh.. malu!!!"
"eh Tapi yang barusan beneran?"
"Tau deh"
"Yah.. Dion kok ngambek sih. Aku beneran gak pura – pura tidur tau"

Beberapa menit setelah itu teman sekamar Adel pulang, mereka melanjutkan obrolan sambil berbisik. Namun topik mereka sudah berbeda. Dion bilang tidak mau membahasnya. Adelpun menunda tidurnya sebentar.

Adel bangun dengan sumringah. Semalam seorang laki – laki menyatakan perasaannya kepada Adel. Ini benar – benar menakjubkan. Untuk pertama kalinya seseorang menyukainya sebagai seorang wanita. Lebih – lebih orang itu sesempurna Dion. Iya, benar. Bagi Adel itu Dion adalah sosok yang ia damba – dambakan sejak dibangku sma.

Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang