Chapter 4

9 1 1
                                    

Hari itu tidak ada kabar dari Dion sama sekali. Adel bertanya - tanya kemana perginya Dion. Hari ini hari libur, jadi seharusnya Dion tidak sedang kuliah. Mungkin Dion sedang sibuk dan akan menghubunginya malam nanti saat sudah longgar. Adel mencoba menyibukkan diri, menjalani kesehariannya seperti biasanya.

Saat malam, Dion tak kunjung menghubunginya. Adel berniat menghubunginya duluan tapi takut akan mengganggu Dion, barangkali memang alasannya tidak menghubungi Adel karena terlalu banyak tugas dan tidak sempat. Adel juga tidak terlalu berharap karena memang sejauh ini hubungan mereka juga sebatas teman, meskipun Dion mengatakan suka padanya bisa jadi perasaannya berubah. Laki - laki itu makhluk visual, tidak mungkin jika Dion tidak memandang fisik Adel. Kalau Dion memang ingin meninggalkannya lebih baik sekarang, daripada nanti Dion meninggalkannya setelah melihatnya secara langsung, sepertinya rasanya akan lebih menyakitkan.

Iseng, Adel mengecek last seen Dion. Adel benar – benar cari mati. Last seen Dion baru saja diupdate, tapi bahkan menghubunginya saja tidak. Adel merasa sedih, padahal biasanya Dion selalu menyempatkan waktu untuk menghubunginya. Adel harus berhenti berharap.
Mungkin tidak seharusnya Adel menganggap serius hubungan ini. Adel bukan sekali duakali berkenalan didunia maya. Sebagian dari mereka ada yang tertarik dengan kepribadian Adel sebelum akhirnya meninggalkannya karena bertemu gadis yang lebih menarik atau yang paling parah adalah ketika mereka melihat Adel dan merasa wajahnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

Siang itu ketika harapan Adel sudah layu, Adel menerima pesan dari Dion. Adel bertanya kenapa Dion tidak menghubungi dirinya sama sekali. Dion bilang kemarin ia pergi kepantai bersama teman – temannya.

"Aku kira kamu pergi"

"Aku gak pergi. Aku masih disini"

"Abisnya kamu tiba – tiba gak ngehubungin aku"

"Kangen ya?"

"IYA"

"Duh jadi ngerasa bersalah, maaf"

"Kenapa gitu"

"Ya aku udah buat anak orang kangen. Kan aku jadi ngerasa bersalah. Malamnya aku mau telfon kamu, tapi aku capek banget jadi gajadi, besok aja. Ini aja baru bangun"

"Belum mandi dong?"

"Udah kok, kemarin sore"

"Ih berarti belum mandi. Mandi ih sekarang"

"Nanti aja. Mau telfon dulu, aku kangen soalnya"

"Kangen siapa"

"Ya kamulah, siapa lagi. Boleh ya aku telfon sekarang"

"Boleh"

Mereka saling terhubung dalam panggilan telfon. Banyak yang mereka obrolkan, padahal baru sehari saja tidak telfonan.

"Del.. mau lihat fotonya gak? Pantainya bagus loh"

"Coba sini mana"

Dion mengirimkan sebuah foto. Hal yang pertama ia lihat adalah laut ditengah deretan bukit atau mungkin pegunungan, sangat indah. Taoi ada yang lebih indah yaitu Dion yang sedang berdiri disana, menghadap kelautan sambil memasukkan kedua tangannya kesaku celana. Badan Dion bagus, berbeda dengan yang ia bayangkan. Wajahnya tetap sama, lebih tampan dan tidak tampak tua. Adel memandanginya terus menerus, bertanya – tanya apakah dengan sosok Dion yang sesempurna ini dirinya akan tetap menyukai Adel yang biasa saja ini. Bahkan mungkin bukan biasa, secara kasar Adel ini jelek. Memikirkannya membuat Adel sedih.

Tapi rasa sedih itu kemudian sirna ketika Dion menjanjkkannya untuk melakukan panggilan video dekat – dekat ini. Adel tidak berharap banyak, harus pasrah. Kalau setelah ini Dion meninggalkannya karena fisiknya, yasudah biarlah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Digital LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang