Tugas

97 8 4
                                    

"Sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati, pasti akan mendapat balasan yang tak pernah bisa disadari."

🍂🍂🍂

Dertttt Dertttt

Handponeku yang ada di kolong meja bergetar. Aku lupa memode pesawatkan handpone ku. Dan parahnya bergetar saat kelas sedang sepi, hanya ada satu suara yaitu suara Pak Gandi yang sedang menerangkan.

"Suara apa itu?" Tanya beliau.

Aku menatap Bara,  Alfan,  dan Alfin untuk membantu. Syukurlah mereka mengerti.

"Derttt, derttt. Derttt, derttt." Alfin memulai dramanya.

"Suara adik saya, Pak. Katanya lidahnya lagi sariawan, jadi suka kelu." Alfan mengarang.

"Emang bisa?"

"Bisa, Pak. Saya pernah membaca di buku siapa gitu, Pak. Itu berguna untuk relaksasi dan terapi." Bara ikutan ngibul.

"Jangan bohong, kamu Bara. Kamu gak bisa bohongin bapak. Kamu kan gak suka baca buku." Ucap Pak Gandi.

Deg. Yang diucapkan Pak Gandi ada benarnya juga. Detak jantungku semakin berdetak, karna takut ketahuan atau lebih parah dirampas.

Keringat dingin sudah bercucuran di dahiku ketika Pak Gandi mendekati bangku ku. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi sesudahnya.

Saat kami sedang tegang-tegangnya. Alfin membuang gas alias kentut sambil mulutnya menciptakan suara seperti geratan handpone. Derttt Derttt Derttt

Otomatis kami menutup hidung, supaya bau seperti telor busuk yang bersumber dari kentut Alfin tidak terlalu tercium.

"Suara apa itu? Dan bau apa ini?" Tanya Pak Gandi yang masih saja menutup hidungnya.

Alfin menunjukan senyum tanpa dosanya. "Tadi saya kentut, Pak. Dan suara barusan dan tadi yang bapak dengar adalah suara mulut saya untuk menyamarkan suara kentut saya." Alfin ngeles.

Mendengar perkataan Alfin barusan, sontak teman-teman sekelasku tertawa. Tidak terkecuali aku. Malah aku yang paling keras dan paling puas dalam tertawa. Alfin menatapku sebal. Aku mengerti dia marah, dan aku memutuskan untuk berhenti tertawa dan menahannya.

"Jorok banget kamu Alfin. Bau banget lagi. Udah ah 5 menit lagi istirahat. Bapak keluar duluan ya." Kata Pak Gandi sambil pergi meninggalkan kami dengan kebauan yang HQQ.

Aku menghembuskan nafas lega setelah Pak Gandi keluar kelas. Syukur alhamdulillah. Batinku.

Sebagian banyak teman-teman sekelasku langsung keluar kelas. Karna mereka mulai mual-mual mencium bau kentut si Alfin.

"Sialan lo, Qil. Udah gue bantuin juga." Protes Alfin.

"Ye... Maaf. Gue geli soalnya, jadi pengen ketawa mulu." Ucapku dengan sisa-sisa ketawa.

Bara dan Alfin terkekeh melihat tingkah kami berdua.

Bara menatap handponeku. "Notip apaan, Qil? Sampe kita harus ngibul gini."

"Gak tau nih, gue buka ya."

Aku membuka aplikasi chat yang ada di handponeku. Dan membuka roomchat grup organisasi pecinta alam. Ada pesan dari nomer yang tidak kusimpan disana. Tapi aku bisa memastikan bahwa itu dari kakak kelasku yang menjabat sebagai ketua organisasi. Ya, dia kak Nico.

EZAQILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang