Bara

147 9 0
                                    

"Orang yang akan melindungimu selain keluargamu adalah sahabatmu."

🍂🍂🍂

"Alergi lo, kambuh?" Tanya Bara dengan sangat amat dingin.

Aku masih diam tidak bergeming. Karna aku tahu dia akan marah karna hal ini.

"Jawab, Qila!"

Dia tidak membentakku, akan tetapi ntahlah nadanya yang dingin seperti ini selalu membuatku lebih merasa sesak.

"Iya." Aku menjawabnya dengan lirih.

"Kenapa bisa?"

"Ya, bisa lah. Ada kupu-kupu dateng deketin gue, dan ya alhasil alergi gue kambuh." Aku berusaha menjawab sesantai mungkin untuk mencairkan suasana.

Dia menarikku untuk duduk di kursi ruang tamu. Lalu dia mengeluarkan salep dari saku jaketnya yang biasa aku pakai bila alergiku kambuh. Dia memang selalu membawanya kemana-mana untuk berjaga-jaga.

Dia mulai mengoleskan salep itu. "Kenapa bisa dia gak lindungin lo?"

"Dia gak tau, dan dia juga gak salah. Gue gak kasih tau dia."

"Lo suka sama dia?"

"Iya."

Bara memejamkan matanya sejenak. "Gue gak pernah percaya dia bisa ngelindungin lo. Gue juga gak pernah suka sama dia."

"Kenapa?"

"Karna dia gak baik buat lo."

"Iya alesannya apa? Gak mungkin kan lo tiba-tiba gak suka sama orang."

Bara menghela napas berat. "Gue tau sesuatu tentang dia."

"Tentang apa?"

"Gue gak bisa ngomong sekarang. Tapi gue minta sama lo, jangan terlalu dalem suka sama dia. Kalo bisa, lo lupain ajalah dia. Gue gak mau lo patah hati karna dia."

Aku menggeleng pelan. "Gue gak bisa."

"Kenapa gak bisa? Lo tau gak, rasanya jadi gue yang selalu takut lo kenapa-napa. Jadi gue yang selalu ngerasa gagal, kalo gue gak bisa lindungin lo. Jadi gue yang..." Bara memilih untuk menggantungkan ucapannya.

"Yang apa?" Sergahku cepat karna penasaran.

Bara meletakan salep di meja, lalu dia mengusap wajahnya frustasi. "Gue males debat lagi. Apalagi sama elo."

Dia hendak berlalu pergi, akan tetapi aku menahan tangannya. "Kenapa?"

"Gak setiap kata 'kenapa' punya jawaban karena." Dia lalu berlalu pergi.

🍂🍂🍂

Tiga hari berlalu sangat monoton setelah perdebatan aku dengan Bara. Kami tidak musuhan, bahkan dia masih duduk di sampingku tanpa bertukar tempat duduk dengan Alfin atau pun Alfan. Akan tetapi komunikasi antara kami lumayan berkurang, tak ada ledekan apalagi guyonan. Yang ada hanya pembicaraan yang ringan serta formal.

Apa ini yang disebut perang dingin? Aku rasa tidak, karna kami masih berkomunikasi walaupun lumayan berkurang. Mendekati perang dingin? Mungkin iya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EZAQILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang