Satu

321 87 91
                                    

[Satu]

Selamat Membaca....

****

"Yang mana, sih rumahnya?"

Untuk kesekian kalinya Keisha bertanya pada perempuan berambut sebahu yang tengah mengemudikan mobil. Namun, kesekian kali itu juga perempuan bernama Fanya itu memilih diam, tak ada niatan menjawab pertanyaan tidak berbobot dari Keisha. Pertanyaan basa-basi itu tak seperlunya ditanyakan. Ujung-ujungnya juga mereka pasti sampai ke lokasi yang dituju.

Nyampe aja belum, mana mau kelihatan rumahnya.

Ingin sekali Fanya mengeluarkan suaranya. Tapi, urung dilakukannya. Itu berarti sama saja dia meladeni Keisha. Buang-buang suara saja pikirnya.

"Rumahnya dimana, kak?" Keisha menoleh sesaat, berharap Fanya merespon dirinya. Tetapi, sekali lagi tak ada balasan didapatnya.

"Kak, dimana?" Lagi-lagi Keisha bertanya. Tak kapok-kapok menanyakannya berulang-ulang. Kepalanya celangak-celinguk memerhatikan rumah-rumah yang berjejer rapi disamping kiri kanannya.

"Dimana, sih?"

Bosan, mendengar pertanyaan yang sama keluar dari mulut Keisha. Dengan tatapan kilatnya, Fanya seketika menoleh, "Sekali lagi lo nanya gitu, gue keluarin lo dari mobil!!"

Tidak peduli dengan ancaman Fanya, Keisha justru makin menjadi-jadi. "Kak, dimana sih?" Gadis itu makin gencar menanyakannya berulang kali. Bahkan, volume suaranya makin keras melebihi sebelumnya.

Beberapa detik Fanya masih bisa bersabar, membiarkan Keisha yang tampak kebingungan dengan wajah polosnya. Namun, Kesabarannya perlahan hilang saat Keisha akan menyebutkan kata-kata yang tak ingin didengarnya sama sekali.

"Kak ...," jeda Keisha iseng dengan senyum cemoohnya.

Sukses, singa yang diam pun akan bangun sebentar lagi.

Tau apa yang dikatakan Keisha selanjutnya, Fanya seketika menepikan mobilnya dipinggir jalan. Emosinya mulai terpancing. Tampak dari raut wajahnya yang kini merah padam. Badannya sudah cukup lelah seharian ini.

Keisha mulai was-was ketika Fanya beranjak keluar mobil. Feeling-nya sudah tak enak. Tak berlangsung lama, pintu mobil disamping Keisha terbuka dengan kasar dari luar. Fanya yang daritadi hanya bungkam, kini berdiri disamping pintu mobil dengan tatapan tajamnya. "Keluar, nggak!"

"Dih, apa-apaan??"

"Keluar sendiri atau gue yang paksa!!"

"Nggak dua-duanya." Keisha menolak mentah-mentah. Gadis itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, menghindari wajah sangar Fanya. "Gitu aja kok sewot. Seriusan ba-"

"MAKANYA DIAM!! JANGAN BERISIK!" bentak Fanya lantang. Keisha yang awalnya mengoceh pelan, sejenak terdiam mendengarnya. Jantungnya menciut mendengar bentakan Fanya. Syukur saja suasana jalanan sepi. Kalau tidak, sudah malu pasti Keisha dibuatnya.

"Paham, nggak?" Butuh beberapa detik untuk Keisha mencernanya.

"Iya, paham," gumam Keisha pelan. "Jadi orang tuh jangan-jangan kelewat serius. Bercanda sedikit aja, udah kayak mau ngajak berantem."

"Diam!" perintah Fanya bersamaan dengan mesin mobil yang dihidupkan. Satu kata yang sukses membuat Keisha duduk manis ditempatnya. Benar-benar membosankan. Kalau tau begini ia tidak akan ikut Fanya saja tadi.

Teka Teki Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang