Dua

314 64 50
                                    

[Dua]

Selamat membaca.....

****

Aku ingin berdamai dengan hati, mengikhlaskan setiap detik pertemuan yang telah terjadi. Tapi, akankah kita bertemu kembali?

----- Nakeisha Sabina -----

****

Waktu menunjukan pukul dua sore. Keisha yang baru saja terbangun dari tidurnya segera beranjak dari sofa. Tertidur selama satu jam lebih membuat Keisha lupa belum mengemasi barang-barangnya. Kalau bukan dering suara berkali - kali dari ponselnya agaknya gadis itu tidak bangun secepat itu.

Kosong, Keisha tak menemukan Fajar dan Fanya disetiap sudut rumah. Yang ditemukannya hanyalah barang-barang yang pindahkan secara asal diruang tamu. Termasuk koper, tas, dan barang miliknya.

Tak kunjung ketemu, Keisha lantas keluar rumah. Disana dirinya juga tak menemukan mobil Fanya yang terpakir. Saat ia sampai dirumah ini, Fanya memarkirkannya dihalaman depan. Dan sekarang halamannya kosong, tak ada keberadaan mobil didepan matanya.

Mereka kemana?

Terpaksa Keisha mengangkat barang-barangnya sendiri. Melakukannya dengan mandiri tanpa embel-embel bantuan orang lain sudah hal yang lumrah bagi Keisha. Sudah hal yang biasa melakukan sesuatu dengan seorang diri baginya.

Dengan hati-hati Keisha mengangkat salah satu kardus yang tertumpuk. Berat, satu kata untuk medeskripsikannya. Berbeda hal saat ia membawa tas sebelumnya, kali ini berulang kali Keisha menurunkannya karena keberatan. Badannya tak cukup kuat untuk mengangkat kardus itu ke lantai atas.

Perlahan namun pasti, Keisha berhasil juga mengangkat kardus itu hingga sampai di pintu kamarnya. Namun, pandangan gadis itu terhalangi oleh kardus membuatnya tak bisa melihat kalau ada beberapa balok kayu dihadapannya. Keisha yang tak menyadarinya seketika jatuh tersungkur ke lantai. Barang-barang yang ada dalam kardus juga ikut jatuh berserakan.

Posisi jatuhnya jauh dari kata anggun. Kalau Fanya ada disini, Keisha yakin Fanya pasti mengejeknya dan mengatakan ia manusia ceroboh.

Tak mau berlama-lama, Keisha segera bangkit berdiri. "Duh, bikin ribet aja," gerutu Keisha. Satu per satu gadis itu memungut barang-barangnya yang jatuh berhamburan. Saat memasukan barang-barang itu ke kardus kembali, Keisha seketika terdiam.

Matanya terkunci melihat Kamera DSLR yang dipegangnya. Melihat kamera ini pikirannya tiba-tiba melayang ke kejadian dua tahun yang lalu. Kejadian yang membuat Keisha selalu dihantui rasa penasaran hingga sekarang. Juga kejadian yang membuat Keisha frustasi ketika teringat.

Setiap mengingatnya, guratan peristiwa kelam itu seolah menari-nari dikepala Keisha. Otaknya terasa dipenuhi bayangan kejadian yang terus berontak memaksanya. Mengejek dan menyindirnya bahwa ia lah akar dari kecelakaan itu.

Bukan hal yang mudah untuk melupakannya. Tidak akan, apalagi ini kejadian yang menyangkut nyawa seseorang. Ketika nyawanya terselamatkan, dirinya harus bersiap akan selalu dibayangi penyesalan dan rasa bersalah. Berutang budi jadi suatu hal yang wajar, ketika hatinya masih berfungsi dengan benar.

Setetes cairan bening meluncur dipipi Keisha. Hatinya bergemuruh sakit menandakan ia masih punya hati nurani. Rasa pesimis meanggap kalau kondisi laki-laki itu baik-baik saja selalu muncul ketika mengingat darah yang bergelempangan saat kejadian. Hantaman perasaan bersalahnya makin memupuk ketika ketidaktahuannya selama ini atas nasib sang korban.

Teka Teki Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang