Siang itu Beam sama sekali tidak menyahut waktu Forth tanya ingin makan apa. Walau memegang ponsel, tapi mata calon Dokter itu menatap Awang
"Mikirin apa sih?" Forth duduk di sebelah Beam, sebelum mematikan tv. Sepertinya akan jadi pembicaraan serius.
"Duit gue abis gara-gara kemaren ganti ban."
"Eh iya. Duit aku juga tipis, kemaren modif motor." Forth memeluk bahu pacarnya kencang, entah apa maksudnya "Puasa nih?"
Beam berdecak "Kita kan bisa makan hemat, nggak usah nongkrong, jajan..."
"Kurangi beli kondom dan lube..."
"Ngaco!" Beam menabok paha Forth. Maksudnya safe sex is a must.
Forth nyengir "Ya biar lebih hemat sih masak sendiri aja. Tapi kita nggak bisa masak."
"Kita?" Beam balik bertanya dengan nada sombong.
"Iya aku kan cuma bisa yang simple. Kamu bisa masak yang masak beneran?" Forth terlalu excited bertanya, tubuhnya sampai mundur ke pinggiran sofa.
Beam mengangguk, sok misterius.
"Kalo gitu masakin aku aja..."
"Emang pengin makan apa? Asal nggak aneh-aneh sih..." Kali ini Beam menjawab santai.
Forth bingung. Ia sampai tergagap di tempat. Ditawari akan dimasakkan? Ini di luar ekspektasi pacaran yang selama ini ia jalani. Kalau saja Beam tidak ada kelas sore, rasanya ia tidak ingin melepas dekapan pada pacarnya itu.
.
.
.
Besok siangnya selesai kelas pagi, Beam menjemput Forth di FT. Preman Teknik itu senyum-senyum sepanjang jalan ke swalayan membeli bahan masakan."Kenapa senyum-senyum nggak jelas sih?"
"Beam, i love you. You know?"
"It doesn't explain your creepy smile."
"Nggak kebayang tau, bakal dimasakin kamu."
Beam sempat berpikir sebelum menjawab "Eunmm... Kan elu juga sering masakin gue."
"Beneran, aku boleh milih menu?"
Tanya Forth, Beam mengangguk "Mau sup ayam...""Sure thing." Beam mengangguk santai. Baginya itu mudah.
.
.
Di swalayan, Forth terus mengekor di belakang pacarnya. Ia beberapa kali mengarahkan kamera ponsel, memfoto. Niatnya candid, tapi ketahuan."Nggak usah aneh-aneh deh..." Keluh Beam.
"Iya deh, nggak lagi-lagi." Forth memasukkan lagi ponsel ke saku celana, tapi merencanakan sesuatu
..
Sampai di condo Forth, anak Teknik itu mengeluarkan apron dari laci lemari. Masih terlihat baru "Pake deh, daripada baju kamu kotor. Ini dibeliin ibu waktu pindahan dulu." Ucapnya.Beam menurut, langsung mengikatkan di pinggang.
"Kok dipake gitu?"
"Ya terus?" Beam balik tanya, bingung.
"Ya kamu nggak usah pake baju lah..."
Forth dilempar kentang.
.
.
.
Ternyata Beam lumayan jago menggunakan pisau dapur. latihan untuk menjadi dokter bedah, mungkin.Forth berdiri di samping pacarnya, membantu mencuci dan memotong sayuran, tanpa protes sama sekali. Apalagi bibirnya, tidak ada tombol off untuk menghentikan cengiran sepertinya.
"Enak?" Tanya Beam ketika masakan sudah jadi. Mereka duduk lesehan di depan tv, walau tidak dinyalakan.
Forth menyendok lagi sekali sebelum manjawab "Enak..."
"Bagus deh..." Beam mulai makan hasil masakannya.
"Beam, nikah yuk..."
Beam berhenti mengunyah,, ia menatap Forth heran "We are just 22... Bahkan belum lulus kuliah."
"Iya nggak sekarang ato Minggu depan. Pokoknya nanti kamu nikah sama aku."
"Ya we'll see..." Jawab Beam menggedik bahu. Toh ia tidak membantah.
.
.
.
Beam ada kelas sore, makanya harus kembali ke kampus. Forth yang tadinya mencuci piring di belakang, tiba-tiba menghampiri Beam dengan ponsel di tangan.Beam yang sedang memakai sepatu, mendongak, melihat Forth ternyata video call dengan seseorang yang tidak jelas wajahnya di layar.
"..Beam mau balik ke kampus. Nggak tau deh, nanti nginep nggak."
"Tadi kan udah dimasakin, apa nggak cukup?" Ucap Beam bangkit dari bangku.
"Iya... Enak tadi."
Beam baru jelas melihat wajah di ponsel Forth, seorang wanita. Ia pernah melihat foto wanita itu, tapi tidak ingat siapa.
"Itu siapa yang video call?" Tanya Beam tepat saat Forth mematikan menyudahi telpon.
"Ibu." Singkat jawaban Forth bisa mambuat Beam tercengang.
"Kok nggak bilang?"
"Tadi aku udah bilang dia, kamu Dateng masakin sup ayam."
Beam makin tercengang "Bukan itu maksudnya... Harusnya kamu nggak bilang gitu malah..."
Forh tertawa, keras "Lucu banget..." Ia sampai memegangi perut.
"Apaan sih. Kok malah ketawa..." Beam protes setengah merengek.
"Kamu kalo panik langsung switch pake 'aku-kamu'" Jelas Forth, masih tertawa. Beam makin cemberut "Ibuku kan tau kamu udah lama."
"ih sumpah ngeselin maksimal." Beam mengambil tas di sofa, lalu melangkah cepat ke pintu.
Forth lebih cepat menarik bahu pacarnya lalu dipepet ke tembok. Ia menyibak rambut di kening itu sebelum dikecup "Hati-hati ya..."
Beam mengangguk.
.
.
..
.
.
End
.
.
.
Paveldome yang pacaran, gue yang merana panas dingin gak konsen kerja.
Fic ini sengaja diketik sebelum vlog mereka out, daripada makin gak bisa ngetiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bazaar || Forthbeam
FanfictionBehind The Scene Of Paveldome real event. But in 2moons2 universe... . . .