06.

929 198 28
                                    

Winwin masih mengusap punggung Taeyong yang sesenggukan, sementara Chitt sendiri hanya memijat dahinya kebingungan.

"Masa iya sih lo ga inget siapa bapaknya? Make sense ga sih, Win?" Tanya Chitta sambil melemparkan pandangannya pada Winwin.

Winwin yang sedaritadi sedang mengusap punggung Taeyong sembari memijatnya pelan, menatap Chitta dan Taeyong bergantian, ia merasa bingung harus menjawab apa.

"Yong, inget - inget lagi deh bentukan bapak dari si jabang bayi kaya apaan! Ga percaya gue lo ga inget, kecuali kalo kecelakaan," omel Chitta yang hanya membuat tangis Taeyong semakin mengeras.

Karena Taeyong semakin merasa tertekan, ia bangkit dari duduknya dan langsung meninggalkan Winwin dan Chitta. Keduanya hanya bisa melongo melihat tingkah Taeyong.

Selama dalam perjalanan pulang, Taeyong hanya meraung menangis sambil menyetir, dan tak lupa ia berkali - kali mencoba menelfon Jaehyun, namun tidak ada satu panggilan pun yang terjawab olehnya.

Taeyong hampir saja membuang ponselnya keluar jendela mobil karena frustasi akan Jaehyun yang tidak kunjung mengangkat telfonnya, namun ketika Jaehyun mengangkatnya, Taeyong membatalkan niatnya, dan kembali menutup kaca jendela mobil rapat - rapat.

"Halo?!" Tanya Jaehyun dengan suara tinggi, diikuti dengan suara riuh pesta sebagai backsoundnya.

"Jae.. aku hamil.." rintih Taeyong pelan.

"Hah? Apa?"

"Aku hamil, Jae.."

"Apa? Apa? Ga kedengeran nih rame banget."

Taeyong mulai kesal namun ia masih mencoba untuk menyampaikan berita besar itu pada Jaehyun, "aku hamil, Jae!"

"Hah? Hamil?"

Perlahan air mata Taeyong menetes kembali membasahi pipinya ketika Jaehyun mengulang kalimat hamil.

"Jae, jadi aku harus gimana?"

"Ini siapa ya?"

Sontak Taeyong langsung membanting ponselnya ke arah jok belakang mobil, ia begitu kesal dengan Jaehyun yang tidak menanggapi serius panggilannya. Sambil meremat stir mobil, ia menginjak gas dalam - dalam untuk segera sampai dirumah.

Hangyul menggelengkan kepalanya ketika melihat sang kakak sudah terkapar lemas pada sofa yang berada di diskotik, "lagi - lagi wasted kaya gini!" Keluh Hangyul sambil membopong tubuh Jaehyun keluar dari diskotik menuju parkiran.

Jaehyun hanya meracau tak jelas karena saking mabuknya, belum lagi ia merasa mual, Hangyul langsung menjatuhkan tubuh Jaehyun pada jok belakang, dengan sebal ia terpaksa harus menyetir, walaupun keadaan Hangyul pun sedang tipsy tipis.

Sesampainya di rumah, Taeyong tak berani menghampiri sang ayah seperti biasanya. Walaupun, Yunho tampak begitu tenang menyantap makan malamnya diruang makan. Taeyong langsung berlari menuju kamarnya tanpa menatap sang ayah sedikitpun. Taeyong mengunci kamarnya rapat - rapat, lalu ia menjatuhkan tubuhnya pada kasur lalu memeluk bantalnya dengan erat dan kembali menangis, sambil memukul - mukul perut ratanya, ia meraung dan menangis. Sayup - sayup Yunho mendengar suara tangis sang anak dari kamarnya, batinnya ikut tergores tak menyangka Taeyong akan hamil di luar nikah.

---

"Dokter Taeyong hamil?!" Seru Yuta dan Johnny berbarengan.

Chitta mengangguk, namun ia masih tampak kebingungan,"tapi dia ga inget siapa bapaknya."

"Kecelakaan?" Selah Yuta tak sabaran.

"Itu dia yang gue gatau, Yut. Tiba - tiba aja orangnya slonong boy pulang, pas gue tanya kaya gitu!"

Johnny menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "ternyata orang yang imejnya se bubbly dokter Taeyong bisa kayak gitu."

Winwin menoyor kepala Johnny dengan keras, "jangan ngomong gitu! Kasian dokter Taeyong lagi kena musibah!"

Keesokan paginya ketika Winwin hendak praktek, ia melihat ruang praktik Taeyong masih gelap, dan tak lama seorang staff memasangkan tulisan "cuti praktek" di depan pintu.

Winwin menghela nafasnya panjang, entah mengapa ia ikut terpukul dengan keadaan Taeyong, yang sudah menjadi sosok panutannya.

"Loh? Dokter Taeyong kok cuti?!" Seru  Jaehyun yang baru saja melihat tulisan pengumuman.

"Gue kira lo udah tau Jae, karena lo deket sama dokter Taeyong," ucap Winwin pada Jaehyun.

"Tau apaan, Win?"

"Dokter Taeyong kan hamil," jawab Winwin enteng.

Keringat dingin tiba - tiba terasa pada sekujur tubuh Jaehyun, ia tiba - tiba mematung menatap Winwin.

"Lo sakit?" Potong Winwin.

Sambil meneguk ludahnya, ia menggelengkan kepalanya pelan. Ia berjalan terhuyung meninggalkan Winwin menuju ruang praktiknya.

Selama jam kerjanya, Jaehyun kehilangan fokusnya. Terlebih Taeyong memblokir segala akses Jaehyun untuk menghubunginya. Satu - satunya cara Jaehyun untuk bisa berbicara dengan Taeyong hanyalah datang kerumahnya.

Sudah hari biasa Jaehyun tidak kompeten sebagai dokter, ditambah dengan beratnya pikiran ia hari ini, semakin saja kacau kinerjanya. Hingga ada pasien yang mengeluh karena hanya diberi obat warung setah lama - lama mengantri untuk diperiksa dokter Jaehyun.






Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Life As a (real) DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang