CHAPTER 1 : First Sight.

1.5K 191 80
                                    

°°°

Author pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author pov.

Suara riuhnya kafetaria menemani percakapan Kim Sohyun dan sahabatnya. Ramainya kafetaria di jam makan siang tidak merobohkan niat mereka untuk membicarakan hal penting itu.

Ah, atau hanya Jang Jungwoo yang menganggap hal ini penting, karena sejak tadi Sohyun tidak mendengarkannya sedikitpun.

"Kau dengarkan? Ayolahhh."

Sohyun memandang sahabatnya itu dengan malas. Tidak bisakah lelaki itu membiarkan dirinya tenang sebentar saja? Setidaknya di jam makan siang ini?

"Ayo pergi liburan, aku sudah muak membaca buku-buku ini." ucap Jungwoo dengan mata memelasnya, tidak lupa sedikit mengerucutkan bibirnya, berharap Sohyun akan luluh dan menyetujui permintaannya.

Tapi percuma, justru pukulan kecil di kepalanya yang ia dapat.

"Berhenti mengeluh, sifat mu tidak berubah meski sudah menjadi mahasiswa."

Sohyun meletakkan kembali sendoknya, selera makannya sudah hilang karena menceramahi Jungwoo. Dirinya berniat  untuk pergi darisana dan kembali ke perpustakaan, namun saat Jungwoo memperlihatkan sebuah foto dari ponselnya, Sohyun hanya bisa terdiam sambil mengagumi foto itu di dalam hati.

"Bagus bukan? Ayolahhh."

Sohyun seperti tersihir, foto pemandangan itu membuatnya mengangguk setuju dengan cepat.

Dan ya, anggukan kecil itu berujung menempatkan dirinya di dalam pesawat yang sedang membelah awan itu.


°°°


Sohyun pov.

Mataku berbinar melihat gumpalan awan yang terlihat terang dari luar kaca pesawat yang sedang aku tumpangi. Sangat terang, bahkan seperti tidak terjadi apapun dibawah sana. Padahal seingatku, sebelum aku naik ke pesawat ini kota Seoul dipenuhi dengan salju putih yang begitu indah. Menutupi jalanan disertai dengan hawa dingin yang menusuk.

Ya, kedaan benar-benar terbalik di atas sini.

Mataku beralih melirik seorang lelaki yang sedang tertidur dengan pulasnya disamping ku. Mulutnya yang sedikit terbuka dan suara dengkur yang cukup terdengar sudah menjelaskan bahwa Jang Jungwoo, sahabatku itu benar-benar kelelahan sekarang.

Aku tidak memaksanya untuk berlibur, dialah yang memaksaku.

Tiba-tiba saja ia mendatangiku dan mengatakan ingin berlibur ke Kanada. Benar-benar pria yang tidak jelas.

Awalnya tentu saja aku menolak. Ada banyak hal yang harus kupertimbangkan. Pertama, biaya ke Kanada tidaklah murah dan aku bukanlah orang kaya raya yang bisa menghamburkan uang. Kedua, lebih baik kami mengejar mata kuliah daripada berlibur tanpa alasan yang jelas.

Sweet Encounter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang