- BERUBAH-

5 0 0
                                    

Terkadang kita suka menilai apa yang hanya kita lihat sekilas.

                             ******

Kekesalanku belum reda, meski sudah berhari-hari yang lalu..tetapi aku masih saja mengingat cengirannya yang menyebalkan. Setiap kali aku melihatnya rasa kesalku muncul.
Yup, sepertinya aku bukanlah orang yang mudah melupakan sesesuatu, apalagi hal yang membuatku kesal.
Saat melihatnya melintas di depanku, rasanya pengen kutonjok. Tapi yah, apa boleh buat.. aku ga berani, lah dia kan cowok, aku cewek.  Kalau dia balas nonjok aku balik gimana? Dengan kondisi dan ukuran badanku saat ini, jelas aku tidak sebanding dengannya.
Cari mati namanya. Jadi, aku hanya bisa memendam kekesalan.

Aku berdiri di pojok ruangan sambil membereskan barang-barang. Dan kuperhatikan para mbak2 berdiri merapat di pojok berseberangan denganku. Biasanya orang kalau berkumpul dan berbisik, kira-kira ngapain? Yah itu, bener.. bergosip. Ngomonging orang, uda jadi rahasia umum.
Aku tetap berdiri di tempatku. Tapi aku tidak menyangkal kalau aku berusaha sekuat tenaga, akal dan pikiranku untuk fokus, berusaha mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Ayo Mandy, konsentrasi, fokus, panjangin telinga loe, bayangin telinga loe tuh memanjang sampai ke sono.. harus bisa denger apa yang mereka bahas..kali aja mereka lagi ngomongin elo.." bisik batinku.

Aku berdiri menunduk, pura-pura fokus dengan pekerjaanku.. berusaha untuk tampak tidak peduli pada mereka. Aku berusaha konsentrasi, memicingkan mata, sampai jidatku berkerut, kubayangkan telingaku mulai memanjang, kukumpulkan segenap tenaga untuk menjangkau mereka...kubayangkan telingaku semakin dekat dengan mereka... dan..stop..ok pas..sepertinya udah cukup..terdengat bisik-bisik..
"Iya kata kakak sih dia udah ga punya orang tua sejak kecil gitu sih, dan sekarang ngekos gitu.." ucap salah seorang dari mereka.. yang kudengar dan kuyakini sebagai suara Diah.
"Ok fix. Mereka bukan bicarain kamu lho Mandy, jadi udah..ga usa d lanjutin lagi.. mundur..mundur." batinku.
Kubayangkan telingaku kembali mundur perlahan , kembali ke posisi dimana seharusnya..

Tetapi,...

"Eh, bentar deh. Kan mereka uda jelas bukan omongin kamu yah, berarti ga ada hubungannya sama kamu, jadi yah gapapa kalau kamu cuma dengerin aja, kali aja memang ada hal penting. Lagian dengerin aja ga dosa, telinga kan emang diciptain buat mendengar.. udah gapapa lanjut aja..penasaran juga nih." Kudengar batinku yang lain nyerocos.
Benar kata orang, selalu ada malaikat dan iblid di dalam hati kita.. yang suka buat kita bimbang.. dan sekarang mungkin mereka lagi berperang di dalam batinku..
Yang pertama tadi berarti si malaikat dong, nah yang terakhir ini iblis kayaknya nih... sedikit tergoda, karna jujur rasa penasaran membuatku ingin tahu lebih.

"Masa bodoh dengan kalian berdua." Umpatku pada batinku sambil kuletakkan pekerjaanku dan bergegas bergabung dengan para mbak2. Aku tidak ingin terlihat kalau aku tertarik dengan pembicaraan mereka..
Helllooow! Mau nimbrung juga ada caranya...yang cakep dong.
Jadi aku berjalan mendekati mereka sambil pura-pura mengambil spray pembersih kaca yang letaknya tidak jauh dari mereka.
"Ada apa sih kak? Serius banget...si boss ngomel yah?" Tanyaku pura-pura tidak tahu, sambil tanganku memutar-mutar tutup botol spray.. ( sungguh akupun tidak tahu apa yang aku lakukan kepada botol spray tersebut.)

Mereka melihat ke arahku..dan aku pura-pura sibuk mengurus botol spray yang kupegang tanpa tahu harus kuapakan botol itu. Hanya sebagai pengalihan.
"Itu lho Mandy, tadi dengar dari kakak ( boss ), si Tio itu ternyata dari kecil ud ga ada orangtua , orangtuanya meninggal. Jadi dia cuma sama kakak dan adik perempuannya, kasihan yah." Kata Diah.
Aku hanya diam, ntah itu karna terdiam atau karna aku enggan berkomentar. Yang jelas pikiranku seketika bersatu dengan hatiku, menerawang jauh.
Kali ini aku membenarkan ke-kepo-anku. Ga selamanya kepo itu ga bagus. Karna kepo ku..aku jadi tau sebuah kenyataan baru. Gimana tadi kalau aku ga tau , mungkin aku akan terus memendam rasa kesal pada Tio.
Rasa kesal karna hal sepele yang mungkin seharusnya ga perlu sejak awal.

Seketika kurasakan hatiku berubah, perasaanku lebih ringan. Hatiku dipenuhi rasa syukur, karna keluargaku masih lengkap. Dan perasaan lain datang menghinggapi..
Yup, rasa bersalah..karna aku ud kesal ke Tio selama beberapa hari. Aku rasa tidak perlu meminta maaf, toh kemarin dia juga ga minta maaf atas cengirannya yang terkesan mengejekku. Tapi setidaknya aku tau harus ngapain next time..yang jelas.. rasa kesalku padanya terhapus bersih seketika.. dan tergantikan dengan rasa simpati, bukan rasa kasihan. Catat itu yah!

Sekali lagi, aku mendapat pelajaran baru, bagaimana egoku berkuasa atas diriku, dan bagaimana rasa simpatiku mengalahkan egoku.

Hati ga pernah salah, dia juga ga akan mengarahkan kita untuk melakukan hal yang salah.. yang penting kita mengijinkan dia berbicara pada kita dan mendengarkannya.. dan..kemungkinan dia tidak akan salah.

                            *****

Catat itu! Cuma rasa simpati!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IF I COULD TURN BACK TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang