#3

9 1 0
                                    


Zrashh
   Zrashh

Hujan membasahi tubuhku, ini baru pertama kali ada hujan setelah selama ini tidak turun turun.

Hujan seperti rintihan air mata, makanya orang bilang "hujan di luar basah di pipi". Ya, itu adalah quotes anak bucin (budak cinta).

Siang itu aku di buat heran apakah hujan tau hatiku sedang menangis?.

                                       ~

"Assalamu'alaikum Bi"
"Waalaikum salam non".

Aku menarus tas dan duduk di sofa, sebari menempelkan telapak tanganku ke jidat ku.

"Non di meja makan bibi sudah siapkan makan siang, apa mau bibi antarkan kemari?" Kata bibi yang penuh perhatian.

"Gak usah lah bi, aku gak laper"
"Yaudah terserah non".

Drrt
   Drrt

"Hayo non handphone nya bunyi terus, dari siapa tu? Ganteng gak?" Bibi berbicara sambil menertawakan aku.

"Apasi bibi, gak mungkin ada yang suka sama aku" kata ku.

"Non cantik gini masa gak ada yang suka", aku tersenyum lebar.

Faktanya, memang benar apa yang di bilang kak Tesa bunda emang gak punya waktu dan hanyalah bibi yang selalu bikin hatiku hangat kembali.

"Bi aku ke kamar ya" ucapku tersenyum lalu pergi ke kamar.

Aku Menggantungkan tas ku ke paku dan melemparkan tubuhku ke kasur.

Pakk
   Pakk

Tamparan keras menghantap pipi Kak Tesa, dari siapa lagi kalau bukan dari bunda.

"Kamu bukan anak saya, saya gak punya anak yang punya anak" bunda berteriak sambil menangis dan terus mengulang kata "kamu bukan anak saya", "kamu bukan anak saya".

Aku geram mendengar perdebatan mereka, entah apa yang mereka debatkan. Aku pun membuka lebar jendela kamar ku dan duduk di jendelanya.

Gorden jendelanya sengaja tak aku buka agar mereka tidak melihat aku sedang duduk disini.

Aku mangkin tak merasa nyaman akan perdebatan mereka, aku pun mencoba merangkak ke atas genting rumah. Aku merangkak dan hampir sampai apa yang aku dapatkan.

"AAAAAAA" terdengar suara kak Tesa

Aku melihat mama yang menangis sedih, raut wajahnya antara ingin marah,sedih,dan menyesal.

Aku melihat kak Tesa yang sudah terbaring di atas rumput halaman rumah. Aku hanya bisa memeluk lutut ku di genting rumah sambil meneteskan air mata.

"Liaaaa"
"Lia bangun sayang. Bunda udah pulang bawa ramen ni, level nya level terakhir. Ini ramen favorit kamu kan? Ayuk kita makan bareng"

Terdengar suara Bunda, aku bergegas bangun dan melihat bunda yang sedang duduk membangunkan ku.

"Syukurlah hanya mimpi" benakku berkata.

Aku bangun, lalu memeluk bunda sambil menangis dan berkata "bunda kenapa biarin Kak Tesa pergi? Gimana kalau Kak Tesa bunuh diri?" Ucapku.

Bunda melepaskan pelukkanku dan memegang pundakku dan berkata "Kak Tesa perlu menyendiri dulu lia, biarkan kakak mu itu berfikir apa yang merasuki nya sampai bisa seperti ini".

"Emang ada apa dengan Kak Tesa? Kak Tesa bakal pulang lagi kan?" Ucapku sambil menunduk.

"Nanti juga kamu tahu lia, iya Kak Tesa pasti pulang dengan dirinya yang baik" bundakku memelukku.

"Yuk kita makan ramennya, hapuslah air matamu kita makan bareng bibi. Bunda belikan satu untuk bibi" bundaku menghapus air mata di pipiku.

—————————————————————

:)










I'M WASTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang