two

202 27 5
                                    

"Tuan putri, makanlah." Scarlet, pelayan pribadi sekaligus sahabat Putri Marinette membawa sepiring makanan.

"Aku kenyang!" Marinette menjerit, masih memegangi jarinya yang dipasangi cincin emas berukir rumit.

Cincin pertunangannya dengan Pangeran Yuta.

"Mari! Ratusan tentara sudah dikerahkan untuk mencari sang pangeran dan membunuh para android. Tunggu dan sabarlah!" Scarlet meninggikan suaranya.

"Tapi, tapi--"

"Mari, tenanglah. Bukan hanya Yuta saja yang menghilang. Pangeran-pangeran lain juga." Winwin, komandan tentara kerajaan, berkata dengan bijak. Terlepas dari usianya yang baru 17 tahun, kekuatan dan kecerdasannya memang tidak bisa dipungkiri lagi.

"Masa bodoh, minggir kalian! Aku akan kembali ke distrik 39 hari ini, tanpa diketahui siapapun!" Mari menanggalkan gaun putrinya, menyisakan sebuah gaun simpel berwarna merah muda pucat.

"Pelayan! Siapkan tiket kereta, baju-baju dan persenjataanku! Aku akan pergi ke distrik 39 untuk mencari Pangeran Yuta!"

Scarlet dan Winwin saling bertatapan, kemudian menggeleng serempak.

Dalam hitungan menit, lima koper yang berisi baju-baju sang putri telah tersusun rapi. Tiket kereta juga didapatkan dengan mudah, maklum, orang penting.

"Pak, tukar tempat dong! Aku mau dekat jendela!" Mari mengguncang pundak seorang pengawal yang hanya bisa pasrah.

"Seru banget ya bisa bepergian kayak orang biasa, kayaknya nggak ada yang kenal aku, yakan?"

Para pengawal menghela nafas. Beberapa mata sudah menatap ke arah mereka. Putri ini memang kelewat berisik.

"Bu, ibu mau ke distrik 39 juga?" Mari sudah menyapa penumpang di seberangnya. Ibu-ibu paruh baya itu hanya mengangguk sambil tersenyum ramah.

"Pangeran Mark juga berada di sana kan? Aku ingin melamar kerja di pesawat kalian, sekalian menempuh hidup baru setelah kematian suamiku."

Mari melanjutkan percakapannya dengan ibu-ibu itu sampai suara pengumuman terdengar kencang.

"Kereta telah sampai di distrik 39. Bagi para penumpang yang akan turun dimohon mengecek barang bawaan masing-masing."

"Yey! Ayo turun! Aku nggak sabar mau ketemu Mark!" Mari mengguncang bahu pengawal yang duduk di sebelahnya.

Kelima pengawal tertatih-tatih mengikuti cara berjalan Mari yang penuh antusiasme dan bersegera menyetop taksi hover. Kemudinya otomatis dan bisa menampung sampai 12 orang, hanya saja harganya mahal.

Ya bukan masalah besar untuk Mari.

Sementara itu, Renjun dan Chenle sedang sibuk merapikan ruang depan. Mereka ditolak di dapur, hasil masakan mereka dimaki habis-habisan oleh koki kepala. Entah apa yang dilakukan Haechan pada Pangeran Mark, mereka tetap sukses diterima sebagai petugas kebersihan.

Bel pintu utama kapal berbunyi. Aneh, sejak tadi tamu-tamu penting saja datang lewat pintu selatan.

"MARK!" teriakan cempreng itu menggelegar.

"Orang gila ya?" Chenle berkomentar.

"Memangnya di depan nggak ada penjaga?" Renjun mengerinyit.

"Berarti dia hebat banget bisa melewati semuanya!" Chenle berapi-api.

"MARK! SOMBONG BANGET SIH SAMA KEMBARAN SENDIRI!"

Dream RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang