prolog

21 3 0
                                    

Mataku menatap bingung dengan suasana yang ada di sekitarku. Kenapa keluargaku seakan dibedakan? Bun, kenapa bunda nggak ngobrol- sama bibi? Ayah, ayah kok diam aja. Itu paman-paman semua pada gobrol lho?. Abang-abang adek ikut main ya ya?

"Lihat tuh anak, pencicilan"

"Nggak pernah dididik sih buk?"

"Kalau saya sih punya anak kaya gitu malu!"

Kenapa? Apa salah lentera, kenapa tatapan mata mereka menghujani lentera? Bunda, ayah, Abang lentera takut. Lentera bingung harus ngapain, tolong lentera.

"Apaaain sih, nggangu saja, sana"

"Makanya, jadi orang itu yang pemberani. Nggak malu-malu terus. Kamu malu-maluin banget sih"

Cukup! Lentera nggak kuat. Ayah, Bunda, Abang tolong lentera!

"Saya itu perempuan, selama saya belum menikah saya adalah tanggungan keluarga! Saya butuh dorongan, tolong Ayah, Bunda, Abang kasih lentera saran. Lentera bukan boneka yang hanya terus dipajang dirumah. Selama bisa makan, tidur, nafas udah cukup"

"Makanya jadi orang jangan ngerepotin"

"Kalau pun bisa, lentera juga nggak bakalan minta tolong ke Abang untuk nganterin lentera kemana pun bang, lentera emang nggak becus dan cuma bisa ngerepotin. Lentera tahu bang. Lentera nggak sekuat mbak Ayuk, lentera juga nggak bisa naik motor seperti nur. Tapi lentera juga manusia Abang!"

"Udah, lentera capek banget, ya Allah lentera capek, peluk lentera ya Rabb. Karena nggak ada satupun yang meluk lentera saat ini, lentera pengen ikut engkau aja Rabb. Lentera nggak ada pegangan. Lentera capek. Capek banget!!!"

aku ada namun tak adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang