2

19 1 0
                                    

Dan bukan maksudku

karena penyesalan itu ada di akhir. aku tahu itu? kau pikir aku bodoh! kalau adanya diawal mah bukan penyesalan, tapi pendaftaran.

Dan bukan maksudku, melukaimu

"Bang, lentera tahun depan jadi ya bang?" lentera membuka pembicaraan sambil mengendarai motor matik, dengan membawa abangnya dibelakang ehem lebih tepatnya ia sedang pulang kerja dan dijemput abangnya sekalian latihan naik motor katanya biar nggak nyusahin??

"Jadi opo?" Tanya gemma bingung

"Jadi lanjut sekolah tahun depan" jelas lentera dengan suara pelan nyaris hilang, tak terdengar

"Opo aku nggak denger Ter!" Tegas gemma saat mendapati adiknya itu bergumam hal yang tidak jelas, terlalu lirih. Lantaran saat ini suara motor dan angin begitu menganggu pembicaraan mereka itu

"Aku jadi sekolah ya tahun depan!" Tegas lentera sambil fokus pada jalanan yang menurun, terjal

"Sekolah apa? Nggak! Sekarang kau wes dewasa wes Gedhe. Nggak usah seng-seng. Kasihan sama bunda ayah" tolak tegas gemma seakan meruntuhkan harapan yang telah lentera junjung tinggi

"Tapi kau sudah janji bang, kemarin bahkan kau yang menjanjikan itu" suara lentera sakit hati

"Udah nggak usah mikir yang aneh-aneh, fokus kerjo aja. Golek duet nggak ngerepotin orang tua wae. Kalau kau punya uang sekolah dimana pun terserah kamu" gemma semakin tegas

"Abang juga mau mikir hidup Abang sendiri! Kau sudah besar. Nggak mungkin Abang mikir dan ngurusi hidupmu terus. Abang juga punya kehidupan lain!" Tegasnya lagi

"Mikir dong dek? Jangan hanya nuruti angan-anganmu saja. Dipake utekmu (otakmu) orang tuamu itu sudah tua dan nggak punya-"

"Tapi kau janji bang kau janji" lirih lentera sakit, ia juga selalu berfikir. Kenapa ia dikatai seperti itu! Sakit bang, aku berpikir dengan hati bang, aku wanita! bukan seperti Abang!

"Kenapa kau bohong bang, apalah di dunia ini memang hanya lentera sendirian, lentera juga butuh penumpang bang, lentera rapuh dan kenapa semua nggak ada yang mau denger lentera. Lentera bukan pendiam sungguh. Lentera hanya takut, kalian semua jauh kalau lentera ungkapin apa yang ada di hati lentera. Lentera takut bang. Masa depan itu apa bang? Banyak uang itu untuk apa?" Tanya lentera lirih tak terdengar. Yang selanjutnya ia hanya penahan perih di hati, bahkan suara abangya yang menjelaskan hal-hal lain yang mungkin dapat membuat hatinya jauh lebih sakit pun ia hiraukan. Telinganya seolah tuli, kedua pandanganya pun menganut oleh liquit bening yang saat ini terasa perih di matanya

"Kau bohong bang, lentera kecewa!"

Apakah harus aku korbankan kehidupanku yang bahkan sudah hancur dari dulu ini bang? Hilang kewarasanku! Lelah ragaku! Penat pikiranku! Sampai yang terbesit dalam pikiranku hanya 1 PULANG! Aku mau pulang! Kumohon tunjukan jalan pulang padaku? Kumohon! Aku lelah, capek, sedih, semuanya tolong tunjukan jalan pulang ya? Jalan pulang yang indah, yang membuatku bahagia dan tersenyum, ya ya jalan pulangnya ada dimana? Aku cari kok nggak ketemu-temu ya. Susah banget deh. Em siapa pun kumohon Carikan jalan untukku pulang oke, cariin ya ya. Kumohon!?
.
.
.
.
.

"Abang, Abang Yogi gendong ya ya" peryataan lentera dengan semangat dan tatapan polosnya

"Nggak mau kamu berat dek Abang nggak kuat" alasan Yogi

" tapi tela tu lingan ya bang, kan tela masih kecil" sahutnya

"Hah ya udah mau kemana sini Abang Gendong" pasrah Yogi sambil jongkok dan merentangkan tangannya lebar-lebar hingga lentera pun langsung berlari dan menubruk tubuh abangnya itu dengan girang

"Hola, ayo kita pelgi let's go, kita pelgi cari pakdhe terto"

" lho bapak lagi ke sawah nggak ada dirumah tera, Abang nggak mau ah, di sana panas kamu nanti malah kepanasan"

"Tapi tela mau nyusul nde" miringnya dengan wajah sedih

"Hah oke ayo tapi tera nggak boleh ngerengek minta pulang ya" bujuknya pasrah

"Iya tela anak baik, ndak akan ngeyengek" janji modus plus akal bulus tera berhasil yes, ikut ke kebun ada banyak buah, waa tera nggak sabar batin laknat tera😂

"Oke ayo, kita ke kebun tapi tera nanti jalan sendiri oke"

" oke" sahut tera 45
.
.
.
.l
.
.
Perjalanan ke kebun tidaklah singkat dan mudah, karena mereka harus melewati banyak jalan dan juga rintangan. Kadang kalau Yogi harus rela mengedong lentera yang memang sebenarnya berat namun lentera tidak mau dikatai berat itu memanglah berat. Mereka harus melewati sawah sungai kecil dengan jembatan akar pohon, ya memang begitulah jika mau ke kebun penuh rintangan dan tantangan. Namun untuk si bandel lentera dia malah tampak santai dan happy-happy saja, karena yang susah adalah Yogi😂

"Kenapa nggak ajak gemma saja sih?" tanya  Yogi to the poin dengan lentera, saking lelah mengendong bocah gbul itu sekaligus gemas, mencubit pipi bakpaunya dosa nggak sih? Batin Yogi gemas sendiri

"Kalena bang gemma itu galak bang, tela takut dimalahi sama bang gema, ndak kaya bang Yogi yang baik sama tela" kata tera menjelaskan dan menenggelamkan kepalanya ke cengkruk leher Yogi semakin dalam, memeluk abangnya itu erat ya walau hanya sepupu namun hubungan mereka sangat dekat karena tera adalah adik paling bungsu di keluarga besar mereka untuk saat itu. Yogi yang mendengar dan merasakan gerakan spontan dari tera pun tak dapat menahan senyum lembut di bibirnya

"Kamu marah sama gemma?" tebak Yogi dan sepertinya benar kini ia mendapatkan tatapan penuh dari tera, ah bertapa menggemaskannya adiknya ini, lihatlah bibirnya yang sudah nyumik alias kecil dan menggemaskan itu semakin maju beberapa Senti, dengan mata yang melotot namun malah terlihat lucu, hampir membuatnya menyemburkan tawa namun segera ia tahan. melihat adiknya yang sepertinya mau melayangkan protes kepadanya

"Siapa biyang tela malah, tela olangnyakan baik hati ndak pelnah malah-malah, nanti malah tela tua" kata tera sok tahu dengan wjah yang dibuat sok paham

"Ptf begitu ya? Trus kenapa tadi nggak ajak gemma saja HM, tadi gemma kan ada di kamar Abang?" tawa geli Yogi mulai terdengar

"Ci csiapa juga yang tau kalau bang gemma ada dikamar Abang ups" kata tera segera menutup mulut

" ooh ceritanya tadi cari gemma trus mau diajak ke sawah tapi nggak tau dimana gemmanya ya?" perjelas Yogi dengan wajah mengoda

" iiih lentela nggak suka Abang jahat" tangis lentera

" eeh jangan nangis dong adik abang, lihat nih kita sudah sampai kebun lho" alih Yogi lihai. Seolah melupakan persoalan yang tadi kini lentera segera meronta minta diturunkan dari gendongan Yogi dan langsung berlari ketika netranya bertemu dengan sosok yang ia cari

"Pakdhe" teriaknya keras sambil berlari kencang walau sedikit susah karena jalan kebun memang bergelombang

"Hati-hati tera" teriak Yogi dari belakang sambil berlari mengejar  bocil yang sudah lebih dulu kabur itu

Masa kecil adalah masa yang sungguh indah bahkan sangat merindu jika dikenang!
.
.
.
.
.
TBC
Yuk ikuti kisah lentera sampai habis, jangan lupa vomet ya teman-teman nanti akan aku usahain update cepet kalau vometnya banyak Yaya😅😅😅😍😍 i love you gaes
Sory banyak typo bertebaran karena aku males ngoreksi dari awal hehe by by

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

aku ada namun tak adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang