(13) Grocery Shopping-1

919 69 44
                                    

Aku melihat tangan kami yang bertautan sambil berjalan bersisian. Senang rasanya bisa jalan berdua setelah menjadi sepasang kekasih.

Tapi, tindakan kami menarik perhatian orang-orang yang lalu-lalang. Padahal hanya berpegangan tangan.

Aku menghela napas. Perlahan menarik tangannya yang masih menggenggam tanganku.

"Jungsoo, kita menarik perhatian orang." Aku melihatnya yang masih memandang lurus ke arah depan sambil tersenyum cerah sekali.

"Aku tidak peduli. Yang jelas aku merasa senang akhirnya bisa benar-benar berkencan denganmu." Pipiku merona mendengar jawabannya. Dia yang tidak peduli anggapan orang seperti ini membuatku tersentuh.

"Tapi kalau memang kamu enggak nyaman, enggak apa. Aku akan lepas." Kini matanya melihat ke arahku. Dan aku menghindari tatapan matanya, lebih tertarik melihat jalanan aspal yang kami tapaki. Aku dilema sebenarnya. Di satu sisi aku tidak mau melepaskan tangan besarnya yang hangat dari tanganku, tapi di sisi lain aku merasa risi dengan tatapan orang-orang yang mendiskriminasi kami.

Dengan ragu, aku menganggukkan kepalaku.

Jungsoo yang melihat jawabanku, melepaskan genggaman tangannya dan ganti mengacak rambutku. Aku melongo melihat ke arahnya.

"Kenapa?"

"Untuk meyakinkanmu kalau aku tidak marah," jawabnya enteng.

"Tapi aku seperti dianggap anak kecil olehmu kalau kamu kayak gitu." Aku mengerucutkan bibir. Kalau dia seperti itu karena menunjukkan rasa sayangnya, aku tidak masalah, justru senang. Tapi kalau anggapanku benar, aku tidak terima. Aku dan dia hanya terpaut beberapa hari. Tidak mungkin aku se-childish itu.

"Tentu saja tidak, sayang. Itu bentuk rasa sayangku padamu. Enggak mungkin aku menciummu di sini, kan?" Ingin rasanya aku menjitak atau memukulnya. Tapi... Aku senang mendengarnya berkata seperti itu.

Aku sedang melihat-lihat sekeliling, saat mataku tertuju ke arah toko buku. Jadi ingat kalau aku berpacaran dengan novelis.

"Jungsoo." Aku mengalihkan pandangan untuk menatapnya, bertepatan saat dia juga menatapku. Hahay. Artinya kami jodoh kan?

"Hm?"

"Kabar novelmu gimana?"

"Aah." Dia kembali melihat ke arah depan sambil tersenyum kecil.

"Beberapa bulan lagi mungkin kamu akan menemukannya di toko buku." Mataku berbinar mendengarnya. Nanti kan kalau terkenal atau jadi best seller, aku bisa sombong ke orang-orang kalau dia pacarku. Hahaha.

"Sungguh? Judulnya apa?"

"Belum ditentukan. Editor dan penerbit masih ingin lihat dulu bagaimana keseluruhan ceritaku." Aku hanya menggumam saja menanggapinya. Mau menanggapi pun aku tidak tau bagaimana prosesnya sampai suatu buku terbit.

"Jadi bagaimana aku mencari bukumu?"

"Mudah. Aku memakai pen name Leeteuk." Aku melihat ke arahnya yang masih dengan setia melihat ke arah depan. Namun seulas senyum sedih sekilas terlihat di wajahnya. Satu hal yang kembali aku tau tentangnya, dia orang yang lebih memilih menyimpan kesedihan, kegundahan, masalah, dan lainnya seorang diri sepertinya. Atau dia hanya masih belum bisa menceritakan itu semua padaku?

"Leeteuk? Spesial?"

"Yap. Panggilan kecilku dari eomma." Seulas senyum lembut terpatri di wajahnya. Hanya melihat senyumnya saja, aku sudah merasa dia begitu menyayangi eommanya.

"Sekarang eommamu di mana? Tidak mungkin ikut tinggal di apartemennya Kangin-ssi kan?" Jungsoo tertawa pelan.

"Tidak, Chullie. Eomma dan noona di Paris"

Moira (Μοιρα) [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang