(9) What's Wrong?

803 77 15
                                    

Seorang pria tengah berkutat dengan laptop di depannya di ruang tamu salah satu apartemen. Sesekali, dirinya bersenandung kecil bahkan tertawa atau tersenyum sendiri. Sang roommate yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan hyungnya yang sedang dilanda asmara.

"Hyung."

"Hm?"

"Umurmu berapa sekarang?" Jungsoo menoleh, melihat Kangin yang sedang menatapnya juga dari tempatnya duduk di sofa, tidak jauh darinya. Senyumnya berubah menjadi cengiran lebar saat mendengar pertanyaan dongsaengnya.

"Aigoo, kau lupa umur hyungmu sendiri? Atau kau-"

"Tidak, aku hanya ingin memastikan bahwa umurmu itu sudah memasuki kategori tua, bukan remaja." Refleks, Jungsoo langsung melemparkan bantal sofa yang ada di belakangnya ke arah Kangin. Sedangkan yang dilempar ganti menampilkan cengiran lebarnya dan tertawa pelan.

"Kayak yang nggak pernah jatuh cinta aja kamu," gumamnya. Sebenarnya, setelah Kangin berkata seperti itu padanya, dia sadar bahwa tindakannya memang sedikit konyol dan out of control. Tapi mau bagaimana lagi. Dirinya benar-benar sedang bahagia sekarang karena sang pujaan hati ternyata memberikan "sinyal" juga padanya. Terbukti dari intensitas komunikasi dan pertemuan keduanya yang jauh lebih sering semenjak dirinya sembuh beberapa minggu lalu.

Namun belakangan ini, mereka lebih banyak bertukar kabar lewat ponsel karena pekerjaan Heechul sedang hectic. Sebelumnya pria cantik itu sudah mewanti-wantinya agar tidak ngambek karena pesannya yang mungkin tidak bisa dibalas langsung oleh Heechul. Walaupun merasa sedih dan kesepian, tapi dia tahu dirinya tidak boleh egois. Dia tidak mau berubah menjadi sosok yang menyebalkan di mata Heechul dan akhirnya malah dijauhi. Termasuk dirinya mungkin memilih untuk tidak menceritakan latar belakangnya untuk saat ini.

Lebih baik menunggu saat yang tepat saja nanti.

"Hyung." Jungsoo kembali menoleh ke arah Kangin. Sedikit-banyak, dia berharap dalam hatinya bahwa Kangin tidak berniat untuk menggodanya kembali.

"Handphonemu bergetar terus dari tadi. Mungkin saja Heechul-hyung menelepon," ujarnya sambil menunjuk ponsel Jungsoo di atas coffee table dengan dagunya.

Berpikir mungkin saja perkataan Kangin benar, dirinya mengambil handphonenya yang berada di dekat laptopnya. Namun tak sampai sedetik kemudian, dia menyelipkan handphonenya di antara bantal sofa yang ada di belakangnya. Kangin yang melihat tindakan aneh Jungsoo, mengernyitkan dahinya.

"Hyung?" Jungsoo tidak menjawab. Dirinya memfokuskan diri ke laptopnya dengan jemarinya yang kembali menari di atas keyboard, mengetikkan sesuatu dengan cepat. Bibirnya juga tak henti bergumam pelan dan terus-menerus seperti sedang merapal mantra.

"Hyung?" panggil Kangin sedikit lebih keras, namun tidak ada jawaban juga. Dengan cepat dia menghampiri Jungsoo dan duduk di sebelahnya. Dari jarak sedekat ini, Kangin melihat tangan Jungsoo yang gemetar dan napasnya yang kian pendek. Dia mengambil napas dan membuangnya perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Walaupun ini sudah entah yang ke berapa kalinya dia melihat dan membantu Jungsoo saat dirinya seperti ini, tapi tetap saja membuatnya panik juga. 

Sedikit menggunakan tenaga, Kangin mencengkram bahu Jungsoo, memaksanya untuk memutar badan dan melihatnya.

"Hyung, lihat aku." Jungsoo menurutinya, melihatnya tepat di mata. Kangin bisa melihat bagaimana sorot matanya penuh ketakutan,ketidakberdayaan, keputusasaan, dan berbagai emosi lainnya yang dia tidak mau tahu lebih dalam.

"Ayo bernapas bersamaku," perintahnya lembut. Kangin sudah bersiap akan mengambil napas panjang saat pria di depannya menggelengkan kepalanya cepat. Tangannya yang masih gemetar menunjuk dadanya sendiri.

Moira (Μοιρα) [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang