(25) Revelation

903 64 18
                                    

Trigger warning : mention of rape

"Untuk makan malam kita pesan makanan?" Aku melihat Jungsoo mengangguk.

"Kamu nggak masak?" Jungsoo hanya menggeleng. Mungkin kalau hubungan kami masih seperti dulu, aku akan ngambek karena dijawab hanya dengan jawaban nonverbal. Ingin rasanya aku memaksa Jungsoo menjawab pertanyaanku secara langsung. Tapi, keadaan sekarang ini berbeda.

"Kenapa kamu nggak masak?"

"Malas." Aku melihat Jungsoo beranjak ke arah dapur, entah ingin apa. Baru saja aku ingin menyahuti pernyataan Jungsoo, dia kembali melanjutkan perkataannya.

"Lagipula tidak ada bahan makanan di kulkas."

Bingung harus menimpali apa–karena takut perkataanku menyakiti Jungsoo, aku memilih untuk diam.

Jungsoo kembali dari dapur dengan membawa dua gelas berisi air dan mendudukkan dirinya di sampingku. Refleks, aku menyandarkan kepala di bahu kokohnya. Tapi, dia diam saja, tidak seperti dulu yang berusaha merengkuhku agar lebih dekat.
Aku tidak peduli. Aku tetap bertahan dengan posisiku sekarang–walaupun nanti mungkin leherku akan sakit karena postur duduk Jungsoo yang kaku. Tanganku bermain dengan jemari Jungsoo–yang baru aku sadari sangat dingin.

"Kamu kedinginan?" Dia tidak menjawab. Tapi dia juga tidak menarik tangannya dari genggamanku.

"Remot penghangat ruanganmu di mana? Biar a-"

"Tidak perlu."

Aku terdiam. Pegangan tanganku pada tangan Jungsoo bertambah erat.

"Kamu mau makan apa?"

"Ada daftar menu di bawah meja," ujar Jungsoo sambil menunjuk kolong meja ruang tamunya dengan tangannya yang bebas. Aku–tanpa melepaskan genggaman tanganku–mencoba meraih daftar menu yang dimaksud Jungsoo. Sebenarnya aku bingung kenapa jawaban dari Jungsoo tidak nyambung dengan pertanyaanku. Seolah dia tahu kalau aku akan memesan makanan yang dipesan dia juga.

"Kamu pesan duluan." Aku mengangguk sambil membuka daftar menu dengan satu tangan. Bagaimanapun, aku tidak mau melepaskan genggaman tanganku.

"Susah kan? Lepas aja dulu." Aku tidak menjawab. Aku tetap berusaha membolak-balik halaman dengan satu tangan.

"Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Chul." Perkataannya membuat gerakan tanganku berhenti.

"Benar?"

"Iya." Dengan sedikit tidak rela, aku melepaskan genggaman tanganku.

"Yang enak apa, Jungsoo?"

"Aku hanya pesan makanan itu-itu saja." Aku menggumam.

"Aku Jajangmyeon saja satu." Dari ekor mataku, aku melihat Jungsoo bersiap untuk bangkit berdiri. Refleks, tanganku memegang pergelangan tangannya, menahannya untuk tidak pergi.

"Mau kemana?"

"Ambil ponsel di kamar."

"Aku ikut."

"Kamu di sini aja. Aku nggak ngapa-ngapain kok." Sebenarnya aku sedikit ragu. Tidak, lebih tepatnya takut. Tapi, tak urung aku melepaskannya pergelangan tangannya.

Tak lama, dia memang kembali lagi ke ruang tamu, dengan membawa ponselnya, dan kembali duduk di sampingku. Langsung saja aku kembali dengan posisiku semula, bersandar kepada Jungsoo. Sedangkan dia sibuk mengutak-atik handphonenya.


"Jungsoo."

Tidak ada jawaban. Tapi aku tau dia mendengarkanku.

Moira (Μοιρα) [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang