(24) Truth

894 71 30
                                    

Trigger warning : mention of suicide attempt (menceritakan upaya bunuh diri).

Heechul berdiri di depan sebuah bangunan apartemen yang asing baginya. Karena dia jarang sekali pergi ke daerah tersebut. Menghela napas, dirinya memasuki gedung apartemen yang anehnya tidak ada resepsionis maupun security di bagian depannya. Mengangkat bahu tidak peduli, dirinya meneruskan langkah menuju lift.

Bahaya sekali jadi penghuni apartemen di sini. Tidak ada penjagaan sama sekali, batinnya.

Menekan tombol lantai 6, dia menunggu lift tersebut membawanya ke lantai yang dia tuju.
Setelah sampai, Heechul kemudian mencari nomor apartemen tujuannya, yang ternyata ada di pojok lorong. Menghela napas kembali, dirinya memencet bel apartemen itu yang terlihat jadul–Heechul mulai berpikir kalau sewa di apartemen itu murah mungkin karena benar-benar kuno–beruntung dia masih menemukan lift.

Lama tidak ada jawaban maupun pintu yang terbuka. Karena kesal, beberapa kali dia membunyikan bel berturut-turut. Dia hampir meninggalkan apartemen itu saat teringat perkataan Kangin bahwa penghuni apartemen itu tidak bisa dihubungi. Walaupun temannya Kangin adalah orang asing baginya, tak urung dia takut juga terjadi sesuatu dengannya.

Saat akan memencet bel untuk yang–mungkin–kedua puluh kalinya, pintu apartemen terbuka dengan kasar. Hampir saja dia akan terantuk daun pintu itu kalau tidak langsung menghindar. Heechul akhirnya menatap penghuni apartemen yang ternyata sudah dikenalnya dekat.

"J-jungsoo?"

Yang dipanggil terkejut, tidak menyangka bahwa tamunya adalah mantannya sendiri. Namun, tatapannya berubah datar. Dia tidak berkata apa pun maupun bertindak apa pun. Berinisiatif menjelaskan duduk perkara kejadian ini, Heechul membuka mulut.

"A-aku diminta-"

"Mau mampir?" Heechul sedikit terkejut mendengar pertanyaan Jungsoo. Namun, refleks dirinya mengangguk.

Bergeser sedikit dari ambang pintu, Jungsoo mempersilakan Heechul masuk. Dan apa yang dilihat Heechul, sungguh membuatnya heran. Mungkin Jungsoo sadar kalau tamunya sedang bingung karena dirinya berbalik dan menatap Heechul.

"Maaf, kalau kamu keberatan dengan apartemenku yang kotor dan berantakan, lebih baik kembali beberapa hari lagi. Walaupun aku tidak tau masih bisa membukakan pintu untukmu atau tidak." Heechul mengerutkan dahinya tidak mengerti. Tiba-tiba perkataan Jungsoo di novelnya terlintas di pikirannya, dalam sekejap saja dia mengerti maksudnya. Tapi Heechul lebih memilih untuk membuang jauh-jauh asumsinya.

"M-maksudnya?" Jungsoo hanya mengangkat bahu. Dia kembali berjalan ke arah ruang tamu yang masih berserakan sisa-sisa makanan take away, kaleng-kaleng kopi, bahkan di ujung meja terlihat ada obat di sana. Heechul mengikutinya dari belakang.

"K-kamu tinggal sendiri, Jungsoo?"

"Ya."

Keheningan yang menyesakkan menyelimuti mereka. Heechul hanya melihat Jungsoo yang bolak-balik dapur-ruang tamu untuk membuang sampah-sampah di meja ruang tamunya.
Setelah bersih, Jungsoo berbalik dan menatapnya.

"Silakan duduk. Mau minum apa? Walaupun selain air putih aku hanya punya kopi, sih."

"Kopi boleh. Terima kasih, Jungsoo." Sang penghuni berbalik dan berjalan menuju dapurnya.

Dari ruang tamu, Heechul bisa melihat Jungsoo yang sedang berkutat di pantry untuk membuatkannya kopi–karena ruang tamu dan dapur ada di satu garis lurus. Keningnya berkerut saat melihat Jungsoo ingin menyingsingkan lengan bajunya, tapi tidak jadi. Kenapa?

Tak lama, Jungsoo kembali dengan dua cangkir kopi dan mendudukkan diri di sofa di seberang Heechul.

"Tau alamatku dari mana?"

Moira (Μοιρα) [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang