Catatan Ke-Empat

1.1K 80 40
                                    

Layaknya merindu hujan saat kemarau, penantian cukup melelahkan. Jika hujan adalah tujuan akhir, maka perlu menghabiskan ratusan sampai ribuan jam berkutat dengan panasnya sinar mentari untuk mendapatkannya. Sebesar apapun ketidaksetujuan dan ketidaksukaan manusia terhadap terik panas yang menyengat tetap saja mereka harus melewati itu, entah lebih cepat atau lebih lama. Hukum alam dan rimbanya manusia, mereka selalu membuat cara lain untuk mencapai tujuan walau tahu hanya ada satu jalan. Ada banyak manusia yang tidak sabar dan tahan menjalani proses menyakitkan baginya seperti bermesraan dengan terik mentari. Lalu, saat hujan datang menyapa manusia dengan sejuknya mereka mulai lupa. Ketika manusia mendapatkan hujan yang didambakan, mereka melupakan sesuatu yang penting. Bukannya menikmati dan menyambut kedatangan sang hujan, manusia justru mencemooh karena hujan menghalangi segala aktivitas mereka. Mulailah mereka mengeluh dan meminta kemarau datang kembali. Begitulah manusia dengan segala ketamakan tanpa kesyukuran, makhluk paling tidak bisa sabar, dan monster penghancur paling berbahaya untuk semesta.

Hari ini, Mustofa akan kembali ke rutinitasnya sebagai seorang artis yang sedang banyak tawaran pekerjaan. Selesai menikmati sunset di pantai dia kembali ke penginapan dan tentu saja bersama asisten cantiknya, Clara. Asisten yang dalam pekerjaannya merangkap sebagai sekretaris, manager, bahkan bodyguard untuk Mustofa. Sebagai artis yang multitalenta, kehadiran Mustofa menyita banyak perhatian. Dia menjadi idola baru semenjak novel karangannya menjadi viral. Dia yang sudah mempunyai followers di sosial media yang sangat banyak membantu dalam memperkenalkan karyanya. Selain itu, cerita yang diangkatnya cukup menguras emosi dan perasaan pembaca. Cerita yang saat ini sangat dia sesali karena telah menulis dan membukukannya. Cerita itu bertajuk "Sisi Bayang Lainnya". Cerita bergenre romance ini menceritakan kisah seorang laki-laki dengan kekasihnya. Kisah cinta mereka akhirnya harus direnggut oleh orang ketiga. Ada laki-laki lain yang secara diam-diam mendekati kekasihnya dan merebut sang perempuan dari laki-laki tersebut. Tidak hanya itu, setelah membangun rajutan kisah cinta yang begitu indah selama 8 tahun akhirnya sang laki-laki tahu ternyata perempuan itu sama sekali tidak menaruh hati padanya. Cerita itu dikemas dengan bahasa yang menarik dan sad ending yang membuat banyak orang cukup kesal dan sangat bersedih ketika membacanya. Namun, satu kesalahan yang Mustofa buat saat itu. Pada acara peluncuran buku yang diadakan di sebuah acara gathering penulis pada penerbit yang meaunginya, Mustofa mengatakan kepada media bahwa sebagian besar cerita merupakan kisah hidupnya. Tidak lama kemudian pengakuan Mustofa itu, membuat semua orang terkejut apalagi semua teman dekatnya. Pada akhirnya semua sadar, cerita itu tidak lebih hanya kisah Mustofa dan Unin. Hal yang cukup membuat teman dekat Mustofa kecewa adalah analogi Udin yang ada di cerita itu terlalu buruk untuk menggambarkan sahabat terbaik. Walaupun Mustofa berkali-kali menjelaskan kalau itu hanya fiksi dan murni dari imajinasinya, tetap saja itu fiksi yang terlalu tinggi kesamaannya dengan kejadian sebenarnya dan mustahil bisa membuat temannya percaya.

Mustofa berjalan gontai dengan sesekali menghela nafasnya. Dia yang awalnya periang bermain air dengan Clara mendadak terdiam. Kejadiaan beberapa hari yang lalu masih terngiang di kepalanya. Acara menjenguk yang ia harapkan menjadi reuni mengharukan hancur seketika saat dia datang. Uji, Mahmud, dan Bopila mungkin bisa menyembunyikan ketidaksukaan mereka, tetapi Sinta dan lainnya tidak akan pernah bisa menyimpannya dengan rapi.

"Please deh Mus, apa sebegitu perlunya elu jadi kayak gini di saat kita liburan ?" Senggol Clara dengan sikunya mendarat tepat di lengan Mustofa.

Tanpa menjawab, Mustofa hanya tersenyum. Seperti biasa, senyum yang jelas dipaksakan. Tanpa menggubris Clara, Mustofa melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya bermain di pantai. Satu dua orang yang sadar dengan kehadiran Mustofa pun meminta foto dan dengan cepat Mustofa berlalu.

Butuh dua puluh menit bagi Mustofa dan Clara untuk sampai ke hotel. Sekali lagi tanpa satu kata keluar dari mulutnya, Mustofa berlalu dengan cepat menuju ke kamarnya. Clara hanya menggelengkan kepala. Dia mengikuti Mustofa dengan membawa beberapa barang. Kamarnya hanya bersebelahan dengan Mustofa. Untuk kesekian kalinya, Mustofa masuk kamarnya dan mengunci tanpa satu kata pun keluar dari mulutnya. Clara yang hendak mengawali obrolan dengan Mustofa akhirnya mengurungkan niatnya.

Catatan Ke-Dua Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang