TWO: FAMILY {part 1}

86 10 2
                                    


Ara's story

  Ara pov.

   Saat aku keluar dari ruangan CEO, pak Kim menyuruh seseorang untuk menemaniku melihat lihat isi kantor, ternyata dia adalah yang akan menempati posisi sebagai sekretarisku-
Laura jung
Perempuan berparas manis yang ku perkirakan umurnya sekitar 25 tahun iya, lebih tua dari ku makanya setelah berbincang bincang dengannya aku memutuskan untuk memanggilnya eonni.
Ngomong-ngomong mungkin kalian bingung gadis berusia 23 tahun yang baru lulus kuliah, melamar kerja dan langsung menerima posisi sebagai manajer?
Oke akan aku jelaskan
    
   Setelah lulus SMA aku menerima beasiswa untuk kuliah di Canada, S1 jurusan managemen bisnis
Sesuai apa yang diinginkan Papah ku.
Sebenarnya aku ingin mengambil jurusan psikolog, namun papah bersikeras menyuruhku untuk mengambil jurusan managemen bisnis dengan alasan

'Kakak mu sudah mengambil jurusan dokter hewan, lalu nanti kalau kamu ambil jurusan psikolog siapa yang akan meneruskan usaha papah ini?'

    Papah memang punya usaha sendiri, namun aku memilih untuk bekerja di perusahaan orang lain sebelum melanjutkan usaha papah.
Aku lahir tanpa pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibu pergi tepat ketika ia melahirkanku, meninggalkan aku, papah dan kakak. Aku memang merasa kesepian, tapi itu tidak sepadan dengan rasa bersalah ku pada papah dan kakak karena telah membuat ibu pergi. Kakak yang saat itu berusia 5 tahun dan membutuhkan kasih sayang seorang ibu harus rela ibunya pergi. Begitupun papah yang harus mengurus dua orang putrinya seorang diri. Papah tidak menikah lagi setelah kepergian ibu, tak pernah sekalipun papah melupakan ibu. Pernah aku dan kakak menyarankan papah untuk menikah lagi agar papah tidak sendirian, karna pada akhirnya aku dan kakak tidak bisa selalu bersama papah. Namun, papah menolak itu karena sudah mencintai ibu terlalu dalam sehingga tidak bisa melepaskannya.
    
    Papah mendidik anak anaknya dengan tegas, disiplin dan tidak manja. Aku dan kakak mewarisi kepintaran papah, dari dulu aku dan kakak selalu memenangkan olimpiade olimpiade, lemari penuh dengan piala, dan piagam aku dan kakak. Papah selalu bilang bahwa pendidikan yang terpenting apalagi untuk anak perempuan, agar derajat perempuan tidak dianggap rendah lagi katanya. Maka dari itu aku dan kakak bisa melanjutkan kuliah diluar negri dengan beasiswa penuh dan lulus dengan cumlaud. Walau begitu aku tau bahwa papah kecewa karena tidak memiliki anak laki-laki yang dapat melanjutkan usahanya namun, papah selalu menutupi itu dan selalu mengatakan bersyukur karna telah mempunyai kami.
 
   Karena rasa bersalahku yang telah membuat ibu pergi itulah, aku selalu menuruti semua perintah papah. Perintah papah itu mutlak bagi anak anaknya, tidak bisa di bantah. Mulai dari membatasi main, mengikuti les, sekolah di tempat yang papah suruh dan kuliah dengan jurusan yang papah setujui. Sulit memang tetapi, aku juga masih punya rasa bersalah terhadap papah. Toh, semua yang dikatakan papah tidak pernah membuatku ke suatu hal yang buruk.
Well, menjadi anak pandai tidak semenyenangkan itu. Selama aku duduk dibangku sekolah, mereka yang katanya seorang 'teman' hanya datang karna butuh saja setelah mereka tidak membutuhkan ku aku di buang. Namun aku tidak pernah lupa pertemanan ku semasa SMP, teman ku hanya sedikit memang namun, justru itu yang membuatnya spesial. Mereka tak hanya datang ketika membutuhkan ku, mereka juga datang ketika aku membutuhkan mereka.
Aku jadi rindu mereka,
Kalian apa kabar?

*************************************
Tata's story

Tata pov.

Flashback sebelum tata pergi ke jakarta

  Gue aletta biasa dipanggil tata sama bapak dan ibu. Lahir di purworejo 23 tahun yang lalu. Anak semata wayang bapak-ibu yang pualliingg cantekkk. Dulu pas umur 12 bapak dipindahkan kerjanya ke Bogor, jauh memang. Sempet ga rela juga ninggalin kota kelahiran. Tapi akhirnya kudu manut karena gue anak semata wayang yang paling disayang. Sempet takut juga ga bisa nyesuain diri karena logat bener bener medok, tapi pas masuk sekolah dan ketemu temen baru udah mulai bisa menyesuaikan diri. Temen temen gue di bogor juga asik, ga masalah walau gue ngomong masih ada logat jowo nya.
 
     Setelah lulus SMP, bapak naik jabatan jadi direktur dan dikembalikan kerjanya ke purworejo. Sedih memang harus ninggalin temen temen di bogor. Tapi yowes lah gue kudu manut lagi sama bapak. Sempet terjadi perpisahan yang amat sangat cringe pada gue dan temen temen yang pada saat itu baru lulus SMP. Peluk-pelukan erat, nangis tiga hari tiga melem, kemana mana harus berempat sebelum akhirnya kita pisah.

    Dan sekarang gue lagi ada di stasiun kereta dengan bapak ibu di depan gue sambil bawain koper dan keperluan gue selama di Jakarta. Iya, setelah cukup lama nunggu, minta izin sama bapak dan ngeyakinin bapak kalu gue udah gede dan mau mandiri. Akhirnya gue diizinin untuk pergi merantau di jakarta, buat ngejalanin bisnis cafe gue. Sebenernya gue udh bilang sama bapak, modal biar gue yang tanggung tapi bapak maksa ngasih modal buat cafe biar gue tinggal kelola.

  Gue sama bapak udah peluk pelukan mulu dari tadi, bapak yang masih ga rela lepasin gue dan gue yang kebawa suasana sedih dari bapak
"Ndokk kamu nanti di jakarta ati-ati, jaga diri, kamu tuh perempuan masih jomblo blom punya bojo jangan macem macem disana" nasihat bapak buat gue yang bikin gue ngerasa bapak nyindir gue.
"Iya pak wes toh nanti aku jadi mo nangis lagi" ucap gue seenggukan sambil ngusap air mata dan ingus. Sedangkan ibu cuma liat kami dengan tatapan sedih, sebenernya gue tau ibupun ga rela gue pergi meski bilangnya oke oke aja. Gue pernah mergokin ibu yang nangis di kamar sehabis gue bilang mau ke jakarta. Gue tau ibu cuma ga mau nambah suasana sedih dan malah makin ga ngerelain gw buat pergi. Gue meluk ibu erat sambil bilang
"Bu aku pergi ya, makasih udah izinin aku buat pergi ke jakarta aku janji bakal sering pulang kok" ibu cuma ngangguk ngangguk sambil netesin air mata yang ga bisa di bendung lagi
"Iya ibu percaya sama kamu, jangan sering sering bagadang disana, makan yang taratur sama jaga diri, kalau ada apa apa kabarin ibu bapak"

   Setelah itu ada pemberitahuan bahwa kereta yang akan gue tumpangi sudah datang, gue yang buru buru ambil koper dan lari ke arah kereta, bapak sempet sempetnya teriak kearah gue sambil bilang
"NDOKK JANGAN LUPA BAWA PACAR KALO PULANG KESINI, BAPAK PENGEN CEPET CEPET GENDONG CUCU" sambil lambaiin tangan ke arah gue. Kalau kalian mau tau suara bapak tuh kenceng banget sampe buat orang orang disekitar nengok kearah bapak dan membuat gue super duper malu. Gue cuma senyum canggung ke arah orang orang dan nengok ke bapak sambil ngomong tanpa suara
'Bapak ihh! Apaan sih' lalu kembali berlari ka arah kereta.

Sedangkan bapak setelah kembali dari stasiun dan sampai dirumah masih nangis sambil pelukan sama ibu.
"Anak kita sudah besar ya bu... bapak hampir ga rela ngelepasnya" kata bapak sambil ngeluarin air mata
"Iya pak, ibu juga sedih perasaan baru kemarin tata masuk SD sekarang udah berani ke jakarta sendiri" kata ibu yang ga kalah sedihnya
  Bapak ngambil foto anak semata wayangnya sambil ngomong "Ta bapak kangen cepet pulang"  padahal baru beberapa jam bapak nganter tata ke stasiun.

STORY OF HALOO TEAM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang