"Dek, katanya mau cerita alesan kamu ngejauhin virza, kamu janji malem ini loh inget!" benar-benar manusia menyebalkan, untung bukan mbak kandung."baru aja sholat magrib mbak, ini juga masih sore belum malem, langitnya aja masih biru gitu" sambil ku tunjuk keluar jendela. "Nanti aja mbak abis isya', aku mau ke rumah temen sebentar." lanjutku.
Aku melangkah keluar dari rumah nenek, tiba-tiba dari belakang terdengar suara mas denis "mau kemana dek?" setelah mendengar itu aku langsung memutar tubuhku kebelakang untuk memastikan bahwa itu benar-benar mas denis. "Mau kerumah temen mas".
"Perempuan malem-malem kok masih keluyuran." aku mengendus kesal,"ini baru selesai magrib mas!, lagian aku kesana cuma sebentar kok, orang cuma ambil barang yang ketinggalan".
"Segitu pentingnya ya barangnya, sampe harus malem ini juga diambil"
"Iya! Penting banget."jawabku kesal
"Mau dianterin nggak" tawar nya dengan nada jailnya. Aku berfikir sebentar, mungkin jika diantar mas denis dengan motor akan lebih cepat. "Yaudah,boleh!" lalu dibalasnya dengan cengiran.~~~
"Udah pulang dari rumah temenmu?" tanya mbak Nisya mengagetkanku yg sedang berbaring di kasur.
"Baru nyampek juga ditanya lagi"
"Kan embak cuma tanya, lagian cepet banget udah pulang, ini juga belum isya'."
"Itu mas denis, mburu-mburuin aja, jadi ngga bisa lama-lama disana" gerutuku kesal.
"Yaa, seperti itulah pria"
"Tapi tadi itu dia sendiri yang nawarin, aku mau lah daripada jalan kaki kan capek. Kalo tau gini juga tadi mending aku berangkat sendiri" aku semakin kesal pada mas denis. Padahal niatku kesana ingin bercerita sebentar dengan temanku, temanku itu namanya farah memang temenku dari kecil tapi baru akrab-akrabnya masuk MI(madrasah ibtidaiyah) aku memang sering cerita beberapa hal padanya."Terus nggak lupakann!" ucapnya memastikan ku tidak menipunya lagi.
"Iya aku nggak lupa, jadi gini masalahnya...."
Semua sudah ku jelaskan pada mbak Nisya dengan jujur."jangan-jangan kamu udah mulai suka ya sama virza?"
"Nggatauu!" jawabku singkat.
"Mmm...! Tapi sekarang udah baikan kan"
"Iya udah!, tapi atinya masih sakit"
Mbak Nisya tidak menjawab apa-apa hanya memutar bola matanya kesal padaku.