Hai, di sini aku mau kasih pengumuman. Kalau adegan-adegan di Teluk Alaska ga bakal aku ulang di LUNAR. Kenapa? Kalo ngulang adegan TA ya kalian tinggal baca lagi aja TA iya ga sih? Wkwk
Di sini aku bakal ceritain adegan versi Bulan, dan adegan yang udah ada di novel TA aku skip, aku ganti yang baru, menyesuaikan alur cerita dari sudut pandang Bulan. Sampai sini ngerti ya?
Aku update lagi besok kalo komentarnya udah banyak, selamat malam minggu para jomblo kesepian💕
.
.
.Happy reading...
Bulan menatap lurus ke arah lapangan di mana Ayahnya berada, tapi dia kembali risih dengan tatapan cowok yang ada di sampingnya, tatapannya yang tajam membuat Bulan tidak bisa berkutik.
Iqbal katanya? Iqbal yang tadi malam berbeda dengan Iqbal yang dia kenal sekarang. Bulan terus mengalihkan pandangannya dari Iqbal, semoga dengan begitu bocah itu bisa berhenti menatapnya.
"Nggak usah grogi gitu, santai aja."
"Yaudah nggak usah lihat-lihat!" Bulan berdecak kesal, sembari bertanya-tanya dalam hatinya, kapan upacara ini akan selesai?
"Lo lupa ya sama yang gue bilang tadi malem? Kalau kita satu sekolah—"
"Lo lupa ya sama gue bilang barusan? Gue nggak mau ada urusan lagi sama lo," sanggahnya.
Iqbal mengangkat alisnya tak peduli, siapapun yang berurusan dengan Ana pasti akan berurusan dengannya, termasuk teman-temannya. Maka dari itu Iqbal datang agar dia bisa aman.
"Lo..." ucap Iqbal tertahan, "Jangan ada urusan sama temen-temen gue, mereka bahaya."
"Bahaya tapi ditemenin!"
"Gue serius. Terutama Alister dan Tasya."
Bulan mengembuskan napasnya lalu tersenyum miris, senyum yang terkesan meremehkan, "Lo nggak tahu kan sekolah lama gue kaya gimana? Gue... udah biasa ketemu anak-anak kaya mereka."
Tatapan Bulan mulai serius, Iqbal yang melihat matanya bisa merasakan kalau di dalam sana ada rasa sakit yang dia sembunyikan.
Tak lama, pemimpin upacara membubarkan barisan. Dan tak butuh waktu lama bagi Bulan untuk keluar dari barisan upacara. Dia ingin mencari Ana, tapi sayang, para siswa terlalu banyak berlalu lalang bahkan saling dorong untuk cepat keluar dari lapangan.
"Bulan, lo salah jalan," teriak Iqbal.
"Terserah gue!"
"Bulan?" panggil Ana membuatnya langsung berhenti, dia menengok dan melihat cewek itu tengah tersenyum padanya.
"Kita ke kantin dulu ya, sebentar?" ajaknya pada. Bulan membuat Bulan mengangguk, entah kenapa Bulan seperti buaya bertulang lunak saat berasama Ana.
Tapi yang membuat buaya itu sangar kembali adalah cowok yang tidak mau diam dan terus mengikutinya. Tidak bisakah dia mengerti kalau Bulan benar-benar tidak ingin diganggu?
"Ngapain lo ngikutin gue?" bentak Bulan pada Iqbal yang terus mengikutinya dari belakang, "Mau nyakitin Ana?" tanya Bulan terus terang.
Gelak tawa pun terjadi, Ana dan Iqbal tertawa melihat Bulan yang sangat terlihat khawatir, "Iqbal sodara aku, Bulan. Dia baik, kok."
"Preeetttt! Lo hasut dia ya?" tunjuk Bulan pada Iqbal penuh amarah.
"Bulan, dia sodara aku. Beneran, dia baik."
"Contohnya?" tanya Bulan tidak percaya.
"Kamu nggak percaya? Dia selalu lindungi aku dari belakang—"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNAR (Side Story Teluk Alaska)
Teen FictionBulan Edeline, cewek cantik bertubuh mungil tapi bisa membuat preman langsung babak belur dalam sekejap. Semua orang takut padanya, cowok-cowok langsung kabur hanya dengan melihat tatapannya yang penuh aura mematikan. Kejuaraan taekwondo dan bela di...