Bab 2

1.5K 257 67
                                    

2 hari sebelum pertemuan


@kampus

Duduk paling sudut ruangan bukan pilihan, tapi sebuah keharusan. Tak menyukai perhatian yang tak perlu,atau tatapan yang menilai..menurut jisoo itu sangat tidak penting. Lagipula, tak banyak hal yang ia lakukan selain belajar sebagaimana pelajar yang tauladan meski hanya tampak luarnya saja, lantaran dia juga kadang melewatkan pelajaran dengan melamun.

Beberapa bulan belakangan ini, jisoo lebih sering merenung. Mungkin lebih tepatnya meratapi. Mulai menyadari betapa hidupnya terlampau biasa. Biasa dalam artian konstan.

Hidup monoton membuat siapa saja lelah. Bergerak pada rotasi yang sama sepanjang waktu. Melewatkan setiap hari dengan hal yang sama. Seakan tanpa warna. Tanpa ada sesuatu yang bisa membuat kau menantikan hari esok seperti orang gila.

Perasaan itu cenderung kosong.

Jika pada dasarnya orang2 akan mencurahkan isi hati kepada siapa saja ;  yang secara teknis rela mendengarkan. Tapi jisoo tidak menyukai gagasan itu sebab ia tahu bahwa semua itu tak ada gunanya.

Sebuah fakta pernah menjelaskan bahwa sekian dari banyak orang yang diajak curhat, hanya sekitar 25% yang benar2 perduli sedangkan sisanya hanya memenuhi rasa penasaran mereka. Tapi untuk kasus jisoo, jangankan memiliki 25% nya, 0% pun digaris silang pada daftarnya. Disamping tak membutuhkan,dia pun tak punya minat.

Harinya diperburuk ketika orang terdekat satu-satunya melewatkan kelas. Suzu baru saja mengirimnya pesan yang mengatakan jika dirinya sedang demam menyebabkan perasaan jisoo bertambah suram. Rasa kesepiannya semakin nyata.

Suzu – “mianhae,aku sedang demam,jadi tidak bisa menemanimu hari ini. Tapi kau tidak usah khawatir. Aku masih baik-baik saja. Semangat nee. hwaiting !”

Apakah dia khawatir? Mungkin sedikit. Tapi lebih banyak perasaan kesal. Ketika ditinggal seperti ini, jisoo benar-benar merasa hidup sendiri didunia. Mungkin ia akan memarahi gadis itu nanti. Itulah mengapa dia benci bergantung pada orang lain, jika tahu seperti ini dia pasti lebih memilih untuk hidup sendiri saja sejak awal.

Tapi untuk saat ini , pilihan itu sudah tak berlaku sebab secara tak sadar ia sudah bergantung.

Sisa kelas ia lewatkan dengan melamun. Kini tubuh lelahnya ia dorong pelan menuju lorong. Menatap lurus kedepan,kemudian berbelok kearah pintu keluar.

Sekelompok mahasiswa masih terlihat berbincang-bincang disekitar lorong maupun halaman kampus..dengan suara cekikikan yang menyusul,yang jika diperhatikan belum ada tanda-tanda akan pulang segera. Jisoo membiarkan benaknya bertanya hal apa yang membuat mereka bertahan berlama-lama. Mungkinkah rela membuang waktu hanya untuk menggosipkan namja2 tampan?atau rencana untuk kencan pada malam minggu?.

Memikirkan itu membuat jisoo menggelengkan kepalanya. Kenapa dia bahkan perduli. Mungkin karena dia tidak tahu, kadang hal kecil dan sederhana mampu menciptakan tawa lepas,seolah tanpa beban...yang dia sendiri tak pernah merasakannya.

Ketika kakinya sudah berjalan agak jauh,sebuah mobil familiar tiba. Langkahnya praktis terhenti ketika mobil tersebut menepi. Menarik pintu disisi penumpang, jisoo merasakan tatapan seseorang lewat sudut matanya. Tapi tak repot-repot mencari tahu, ia masuk begitu saja.

Mobil melaju perlahan, dalam proses itu secara naluriah, mata rusa jisoo melihat melalui spion mobil tapi sosok tersebut sudah tak terlihat. Mungkin halusinasi.

tiba dirumah, dia disambut keheningan yang memekkan telinga. Ketukan tumit sepatu adalah nada satu-satunya.

Tanpa ada wajah yang tersenyum hangat. Bertanya bagaimana harinya..atau memberitahu bahwa makanan sudah siap.

Do Something 'Wron6' [Jensoo] [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang