Seven

1.7K 128 7
                                    

Alur mundur~



*

*

*

Kim Seokjin tidak melepaskan pandangan matanya barang sedikitpun dari Yerin. Sedangkan yang ditatap hanya menyibukan diri memakan desert yang tersedia dihadapannya dengan cuma cuma alias gratis.

"Jadi, kau putus." Ucap Jin.

Yerin menghentikan suapan makannya.

"Iya mungkin, Molla." Yerin kembali mengunyah makanan.

Kedua mata Jin berbinar, ia tersenyum lega namun itu luput dari pandangan Yerin. "Aku sudah bilangkan padamu, semua laki-laki itu tidak ada yang sebaik aku."

Yerin mencibirkan bibirnya, "Oppa, kau sedang memuji dirimu sendiri eoh. Dasar narsis."

"Aku serius Yerin-ya. Coba kau ingat-ingat lagi tentangku. semuanya kebaikan kan?"

Yerin menengadahkan kepalanya sejenak, ia memikirkan segala yang Jin berikan padanya, yang telah Jin lakukan untuknya.

"Iya kau benar sih. Oppa sangat baik padaku, pada oranglain juga."

"Apa kau tidak merasa perbedaannya?"

"Hm?" Yerin menatap Jin tidak mengerti.

"Hal yang kulakukan kepadamu, kau tidak merasa berbeda?"

Yerin tersenyum lebar. "Kau sudah menganggapku seperti adikmu sendirikan?"

Jin mendengus kasar, "Pabbo." Suara Jin yang pelan bagaikan angin lalu, karena Yerin kini mengalihkan kembali obrolan mereka pada kisah cintanya yang kandas.

Selama Yerin bercerita Jin hanya memperhatikan wajahnya saja. Wajah Yerin saat tersenyum, pandangan yang menerawang memikirkan hal bahagia yang pernah dilaluinya, wajah sendunya, raut emosi saat ia menceritakan tentang para netizen lalu sahabatnya dan Jun, cara ia mengernyit yang terlihat lucu, hingga saat menangis pun Jin betah memandangnya padahal wajah Yerin saat menangis bisa dikatakan sangat aneh, ia seperti anak umur 5 tahun yang merengek pada ibunya.

Jin menopang wajahnya dengan tangan kanan yang berdiri tegak dimeja.

Jin tenggelam dalam pesona Yerin yang secara alami muncul.

"Sekarang aku akan fokus pada karir saja Oppa, aku tidak ingin menjalin hubungan dulu." Yerin menatap Jin yang hanya diam memandangnya, 'Kenapa?' pikir Yerin.

Jin tersadar saat melihat Yerin yang kini hanya diam memandangnya dengan tatapan aneh.

"Aku mendukung apapun yang membuatmu nyaman saat ini."

Yerin senang mendengarnya, memang setiap ia bercerita pada Jin laki-laki itu irit ekspresi bahkan kata-kata yang ia keluarkan pun tidak banyak. Tapi itu selalu membuatnya tenang dan nyaman.

"Gomawo Opaa. Sudah mendengar ceritaku dan memberiku banyak makanan manis."

"Ini tidak gratis yaa."

"Jadi kau minta imbalan?"

"Iya, aku ingin-"

Ucapan Jin terpotong oleh suara ponselnya yang nyaring. Ia mengangkat ponselnya. "Yeoboseyo?"

Sambil menunggu Jin berbicara, Yerin kembali memakan desert strawberry yang masih utuh.

"Ikut aku sekarang." Pinta Jin yang sudah berdiri dari duduknya.

"Hm? Kemana?"

"Ayo cepat!" Jin pergi meninggalkan Yerin lebih dulu, membuat Yerin buru-buru menyusulnya .

Cinta yang tersembunyi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang