🔒Marah?

3 2 0
                                    

Malam dimana Reina berlari dikehujanan sudah berlalu, hari ini mereka tetap masuk sekolah seperti biasa. Semua orang sudah berada dikelas kecuali geng David dan Fani,sahabat Reina.

Reina duduk dengan tegap dengan tatapan maut yang membuat teman satu kelasnya tak berani bertanya ataupun menyapa.

"Pagi semua"suara Fani mengisi seluruh ruangan. Diikuti dengan Danang dan teman-temannya, mereka masuk kedalam kelas.

Fani segera duduk disamping Reina, walau kursinya adalah kursi tunggal pasti 1 kursi disebelah Reina tersisa untuk Fani.

"Pagi Reinaaaa, gimana semalem?"tanya Fani dengan atusias.

Ekspetasi Fani gagal ketika mendapat anggukan sekali dari Reina.

"Eh gue tanya, bukannya jawab malah ngangguk doang"kesal Fani

Reina hanya memutar malas kedua matanya menghadap kedepan.

"Sshtt,"seorang anak laki-laki yang jarang bermain dengan mereka memanggil Fani.

"Apaan?"tanya Fani

"Dari tadi berangkat dia cemberut terus bikin merinding semua orang"gumam anak itu tanpa suara.

"Ohh thanks"

Pembelajaranpun dimulai semua orang fokus mendengarkan tuturan guru didepan. Tatapan Reina selalu menuju kedepan namun entah pikirannya pergi kemana. Padahal Bahasa Inggris menjadi pelajaran yang mudah menurut Reina.

"Reina maju! Jelaskan nomor 7"kata guru bahasa Inggris.

Reina melirik gurunya lalu berdiri, sampai dimeja teman didepannya. Reina menggeser buku milik temannya, lalu membacanya sebentar. Kemudian maju kedepan kelas.

"Buku kamu kemana?"tanya sang guru.

"Tas"

"Kenapa baca punya Nani, kenapa gak baca punya sendiri?"

"Ck, disuruh jelasin itu gak baca buku pak. Kalo baca ngapain jelasin"jawab Reina santai.

Karena nilai Reina yang tinggi walau tidak menonjol disetiap pelajaran, guru bahasa Inggris hanya mengalah.

"Yaudah jelasin nomor tujuh,pake Inggris"

"So,............ intinya banyakin belajar vocabnya."jelas panjang lebar Reina tanpa kesalahan sedikitpun.

"Minta poin berapa kamu?"tanya guru bahasa Inggris.

"Menurut bapak, saya jelaskan seperti ini saya pantas mendapat poin berapa?"tanya balik Reina.

"Okay, 100 buat kamu. Boleh istirahat dulu"

"Makasih pak"

Siswa didalam kelas bersorak bangga terhadap Reina, namun Fani hanya menatap Reina aneh.

"Padahal nomor 7 itu sulit, karena materinya belum saya jelaskan"ujar guru bahasa Inggris yang membuat semua siswa semakin bangga terhadap Reina.

"Eh Rein, boleh tanya yang soal ini gak?"tanya Dedi anak culun dan anti sosial dikelas.

Reina yang ingin beranjak istirahat, kembali lagi dan menuju meja Dedi.

"Yang mana?"tanya Reina dingin.

"Nomor 6"

"Lo tinggal kasi past present tensenya doang, lo gak perlu jawab sepanjang ini Ded,"jelas Reina sembari menghapus jawaban Dedi menggunakan penghapus.

"Ohh gitu okay makasih"

Reina segera meninggalkan kelas, sebelum salam kepada gurunya.

"Ada yang gak beres sama Reina"ujar Danang pada Fani.

Uncontrollably BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang