Tanpa sadar bibirku menyungging senyum tipis melihat potongan-potongan kehidupan orang lain di aplikasi Enstagram. Sembari menunggu multigrain bread dalam toaster matang aku semakin larut ke dalam dunia maya yang sebenarnya cukup membosankan. Namun aku punya kebutuhan buat memperbarui pengetahuan perkembangan dunia luar melalui berbagai macam sumber meski harus menyaringnya supaya menjadi informasi yang lebih berguna. Pandangan mataku terkunci oleh foto yang baru diunggah oleh Aulia, teman SMA-ku beberapa menit lalu.
Terima kasih suamiku tersayang untuk kado satu tahun pernikahannya.
Begitu tulisan yang Aulia unggah bersama foto satu set perhiasan dari Gartier, satu tas Mermes exclusive edition, satu buah jam Audemars Pibuet Grande dan sertifikat kepemilikan rumah di California. Aku hanya bisa menghela napas mengingat kejadian dua hari lalu. Aku melihat suami Aulia makan malam romantis bersama seorang perempuan di private fine-dining The Empire Hotel milikku, yang kebetulan sedang aku datangi bersama Bryan karena ada acara keluarga. Padahal aku nggak kenal dengan suami Aulia secara personal tapi karena Aulia sering suka rela mengunggah foto suaminya–I can't help but notice her husband right away.
Saat itu aku berusaha berpikir positif, mungkin perempuan itu cuma rekan kerja. Tapi... Ada ya rekan kerja sampai pegangan tangan, tatap-tatapan genit? Tergelitik perasaan ingin memberi tahu Aulia tapi segera aku urungkan. Mungkin Aulia tahu perilaku suaminya, hanya aja dia menolak buat peduli karena yang orang-orang perlu tahu Aulia dan suami adalah pasangan paling romantis sedunia.
I mean...
Aku juga demikian....
"Gue berangkat," suara Bryan membuyarkan lamunanku.
Aku berjalan ke sumber suara yang udah jauh, Bryan udah menyalakan mobil bersiap berangkat ke kantor. Aku kembali ke dapur lalu menatap dua buah sunny side up egg dengan baby spinach, dua gelas kosong dan satu teko keramik berisi teh chamomile hangat yang aku siapkan sedari tadi. Tanpa sadar aku menghela napas lagi nyaris bersamaan dengan bunyi suara rotiku yang muncul dari toaster. Kalau sedang ada waktu seperti pagi ini, aku menyiapkan sarapan untukku dan Bryan. Meski sejak menikah dua bulan lalu kami belum pernah sarapan berdua.
Bukan kok, bukan karena Bryan sibuk.
I believe no one is ever too busy. You know, It's just about priorities.
Aku emang bukan prioritasnya.
Dan dia juga bukan prioritasku.
Aku menarik kursi bar dekat meja dapur lalu menuang teko berisi teh ke gelas kosong, ku hirup aroma teh chamomile sambil mengecek jadwalku pagi ini.
10.00 - 11.00 : Opening speech. New building, Intercont School Yayasan Widjaya
12.30 - 15.00 : Cek interior, Interflorist and Boutique
16.00 sd selesai : Meeting with consultant, E' Bridal Boutique
Aku mengetik pesan, memberi tahu Bryan kemungkinan aku bisa pulang larut malam. Biasanya meeting dengan consultant memakan waktu lama. Namun mendadak aku teringat sesuatu, membuat ibu jariku melayang di udara.
Sejak kapan kami bertukar kabar?
Bryan dan aku kan hanya dua orang manusia nggak mau saling mengenal yang kebetulan suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridal Show-erggh!! (Under Revision)
ChickLitPernikahan yang diatur oleh orang tua demi bersatunya dua keluarga terpadang? Ah, Klasik! Nggak mungkin masih ada! Tapi nggak bagi Elea Kirana Dharmawan yang terpaksa hidup satu atap dengan Bryan Ashle Widjaya pengusaha muda berbakat bertangan d...