Chapter 7

6.5K 700 57
                                    

Hari ini Jungkook mulai kembali bekerja setelah 3 hari cuti pernikahan. Walau sebenarnya ia tidak menghabiskan waktu bersama Yeri.

Ia menghabiskan 3 hari full bersama Jimin di apartemen. Jungkook merasa tak pernah menikah dengan siapapun.

Ia mengabaikan Yeri begitu saja dan hanya memikirkan Jimin dalam hidupnya.

Perjanjian adalah perjanjian. Ia tak masalah jika Yeri akan bagaimana menanggapi hal ini.

Pernikahan memang tak boleh di permainkan dan di sepelekan. Tapi ini permasalahan yang berbeda.

Ia tak menginginkan pernikahan ini dan membenci segala hal di hari pernikahannya.

Ia hanya ingin menikah dengan Jimin, tidak mau dengan yang lain.

Tok tok tok

Jungkook yang tadinya masih berkutat dengan laptop dan berkas di mejanya refleks menoleh pada pintu ruangannya.

Ia adalah manager hotel yang di miliki ayahnya, hotel bintang lima di pusat Seoul dengan 500 kamar. Setiap hari hotelnya selalu ramai pengunjung walau harga semalamnya bisa sampai 4 juta.

"Masuk." Ucapnya santai lalu kembali pada kesibukannya. Baru ia tinggal 3 hari dan pekerjaannya benar-benar menumpuk. Kemungkinan besar ia bisa lembur jika begini.

Cklek.

"Permisi manager Jeon." Jungkook bergumam kecil menyaut suara lembut yang ia yakin adalah Steffany. Sekertaris cantik yang bekerja selama dua tahun dengannya.

"Ada yang ingin menemui anda." Jungkook mengerutkan keningnya saat mendengar suara sang sekertaris sedikit lirih.

Seperti segan untuk berbicara padanya.

"Siapa? Memang aku ada janji pertemuan?" Ucap Jungkook masih dengan kesibukannya, tidak menatap sama sekali sang sekertaris yang sepertinya berada di dekat pintu.

"Tidak ada Tuan."

"Lalu jika tak ada kenap-

Jungkook mengerutkan keningnya bingung saat mendongkak untuk menatap ke arah pintu.

Sekertarisnya berdiri dengan sopan dan kepala menunduk disana. Dan di sebelahnya, ada sosok cantik dengan kotak bekal di tangannya.

"Hey Jungkook-ah." Jungkook mengeram kesal disana lalu berdiri dari duduknya.

"Kau! Mau apa kesini?!" Pekik Jungkook dengan nada marah sambil menunjuk sosok itu dengan kesal.

Yeri, datang dengan gaun hitam dan riasan menawan di wajahnya.

Sayang, Jungkook tak tertarik bahkan sedikitpun tidak.

"Aku datang membawakanmu makan siang.." lirih Yeri dengan tatapan yang sayu. Di tambah pipinya yang merona membuat ia makin terlihat cantik.

Sekali lagi. Jungkook tak tertarik.

Jungkook berdecih disana, menatap tidak suka bekal yang Yeri bawa dan wajah cantiknya bergantian setelahnya ia menghela nafas pasrah.

"Aku membuatnya untukmu Jungkook-ah.. Aku memang tidak pandai memasak, aku baru pertama kali memasak dan itu untukmu." Ucap Yeri dengan senyuman kecil. Berharap jika Jungkook akan luluh dengan perkataannya.

"Ck. Dasar merepotkan." Yeri hanya bisa tersenyum mendengar Jungkook berdecak dengan kesal disana.

Ia yakin Jungkook menyukai kejutannya. Memasak makanan spesial untuk makan siang.

"Kau pasti akan suka masakanku Jungkook-ah."

Bukankah biasanya pria selalu luluh jika wanitanya memasak dengan sepenuh hati?

Jungkook berdecih lagi disana mendengarnya, namun terlihat sedetik kemudian tatapannya berubah, menatap dengan tatapan hangat dan senyuman menawan yang tampan.

Yeri ikut tersenyum disana, perlahan kaki jenjang yang memakai sepatu merah berhak itu melangkah mendekati Jungkook.

Jungkook makin melebarkan senyumannya dengan kekehan lembutnya dan ikut melangkah maju.

Jantung Yeri berdebar. Jungkook luluh! Jungkook ma-

Sret

Deg

Yeri yang tadinya sudah dekat jaraknya dengan Jungkook refleks menghentikan langkahnya saat Jungkook berjalan melewatinya begitu saja.

"Sayang!" Yeri menoleh ke belakang, mendengar nada gembira Jungkook dan kekehan manis di belakangnya.

Park Jimin.

Pria manis itu disana, ia bahkan tak bisa menyadari keberadaannya tadi.

Jimin memakai sweeter biru laut dan celana putih dengan sepatu berwarna senada dengan sweeternya.

Terlihat manis dengan rambutnya yang hitam dan wajahnya yang terpoles make up tipis.

"Hey Jungkook-ah." Yeri mengeram kesal disana. Sialan kau Park Jimin.

Ia mengepalkan tangannya dan melangkah dengan hentakan kesal ke arah Jungkook dan Jimin.

"Jeon Jungkook! Aku istrimu! Kenapa kau memeluk orang lain di depanku?! Tak cukup kau sudah menyaki-

"Sayang, disini berisik. Ayo kita makan siang di kantin saja hm?" Yeri menelan kembali perkataannya dan menghentikan langkahnya saat Jungkook berujar lembut disana.

Pria tampan itu berbalik dan menubruk bahu Yeri untuk kembali ke meja kerjanya.

Jungkook menutup laptopnya dan mengambil ponsel juga dompetnya.

Yeri terdiam disana, menatap Jimin dengan geram dan tangan yang gatal ingin menampar Jimin.

Jimin sendiri hanya bisa tertawa meremehkan dengan dengusan mengejek melihat Yeri.

Bruk

"Ayo sayang." Yeri meringis kecil saat Jungkook kembali menubruk bahu kecilnya sampai ia hampir terjatuh.

Jungkook melewatinya kembali seperti ia benar-benar tak ada disini.

Yeri merasakan matanya memamas, tenggorokannya mulai kering dan bibirnya bergetar menahan tangisan yang siap meledak.

Jungkook merangkul Jimin disana, melangkah menjauhinya di belakang.

Sekilas, Jimin menoleh kebelakang. Menatapnya dengan tatapan merendahkan dan bibirnya seperti mengucapkan-

"Rasakan itu jalang."

I'm Not The Only One [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang