Dari Pagi hingga larut, ruangan penuh dengan kaca itu tak berhenti memantulkan beberapa penari yang melakukan gerakan lincah.
Di sudut kaca dengan pembatas dinding terdapat pemuda dengan lembaran kertas berserakan melingkari tubuhnya yang terduduk bersandar di dinding.
Dengan mata tajam mengamati ipad dihadapannya yang menunjukkan beberapa gerakan tubuhnya sendiri.
"Woojin-ah.. Istirahatlah. Jika kau lelah jangan dipaksakan"
"Hyungg.. 4 botol soju untuk kita. Bagaimana?"
Sang Leader Lim mengeryitkan dahi mencoba memahami situasi yang terjadi.
"Tidak lebih dari 2"
"Ahh Hyungg.." Merengek menolak
"Tidak. Waktu bebas jadwal bukan berarti bebas latihan anak nakal "
Disisi lain terdapat member lain juga menyudahi aktifitas sebelumnya kecuali Jeon Woong yang berlatih di kelas vokal hari ini.
"Akhh.. aku sangat laparr" Kim Donghyun mengambil beberpa barang dan juga ponsel di nakas samping pengeras suara.
"Dong-ie hyung.. katakan pada Youngmin hyung aku pulang telat"
dengan mata yang menatap ponsel dan berjalan menuju pintu keluar dengan langkah terburu.
"Dhaewi-ah jangan pulang larut malam" sedikit khawatir juga dengan salah satu Dongsaengnya itu, tidak biasanya.
Yang diserukan hanya memberi kode tangan menyetujui.Rembulan menampakkan diri dengan cahaya yang menyinari. Tepat didepannya.
Suatu kondisi dengan kesunyian, penerangan yang minim dan juga botol soju mempermudah mengeluarkan apa yang sedaritadi merancu pikirannya.
"Kuperhatikan sedari tadi ponselmu berdering, kau mengabaikan siapa kali ini?"
Youngmin tak melihat siapa yang menelepon, hanya menatap cahaya bulat sebagai salah satu penerang disana.
"Ada masalah?" lanjutnya dengan meneguk botol hijau ditangannya.
"Tidak" meneguk botol miliknya.
Sang leader paham. Begitulah anak busan mengawali pembicaraan serius dengan sesama pria.Ya Anak busan, apalagi sejenis Park Woojin
"Jihoon atau mina?" melirik pemuda disampingnya dengan wajah menggoda.
" Yak ! Kau ingin mati?"
Youngmin mengetahui tentang masa kelam Park Woojin dengan wanita itu.
Apapun masalah Woojin, selalu kepada Youngmin berbicara. Dan sebaliknya. Pertemanan kurang lebih dari 7 tahun dan kota kelahiran yang sama, membuat ikatan hyung dan Dongsaeng disandangnya.Terkekeh keras, ia berhasil menjahili dongsaengnya. Baiklah, menuju hal yang serius. "Mengapa dia?" yang dipastikan jihoon jawabannya.
"Guanlin"
Tersenyum getir memainkan botol yang masih berisi itu pada genggamannya."Apa kau melihat dengan kepalamu sendiri? Woojin-ah.. jangan terlalu gegab-"
"Aku mendengar dengan telingaku sendiri Hyung" menyela dengan nada naik juga.
"dan.. aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu" lanjutnya dengan nada yang lebih rendah.
Pemuda disampingnya masih diam tanpa kata, sesekali meneguk botol hijau itu. memberikan waktu adiknya untuk berbicara.
Mata elangnya memudar menjadi sedikit sendu dengan menatap purnama.
"Waktu aku pergi menemuinya untuk berkencan dadakan pada malam itu, aku hanya berdiri dipintu apartemennya. karena ada guanlin disana. Aku hanya mendengar apa yang jihoon katakan pada adikku sendiri itu. Dia mengatakan bahwa guanlin selalu ada untuknya. dan ia mengatakan sering kecewa terhadapku yang selalu membatalkan janji. Dia benci pengingkaran.."
"..Hanya. Hanya saja, dia terlalu sempurna untukku, dia membutuhkan seseorang yang selalu ada untuknya. Dan aku tak mau menjerat, mengikatnya dalam tali hubunganku sendiri "
Pemuda tan itu tersenyum miris merasakan bahwa telah gagal menjadi sosok yang dibutuhkan kekasihnya. meminum soju dengan beberapa tegukan, ada gerakan frustasi dalam tegukannya.
Merasa pemuda Park sudah menyelesaikan ucapannya, selang beberapa menit. Sekaranglah waktu yang tepat untuknya berbicara.
"Merasa kecewa hm?" Tak ada jawaban, pemuda itu memilih mendengarkan apa yang akan dikatakan hyungnya.
"Apa yang sebenarnya kau dengarkan Woojin-ah" Woojin mengeryit bingung. memilih diam mendengarkan pembicara mmenyelesaikan uacapannya.
Bukan. bukan pertanyaan tentu saja, tapi kalimat sarkasme yang dilontarkan.
"Bagaimana kau menilai ini. pertengkaranmu dengan manager-nim malam itu. Saat kau dengan keras kepala tengah malam pergi menuju apartemen jihoon, yang baru 5 menit mengabarimu karena dia sakit dan menginginkan kau memeluknya. Dan bagaimana dengan kau rela keluar di malam musim salju memesan makanan hanya dengan jihoon mengatakan ia lapar. Aku melihat semuanya. Apa kau bodoh? Aku melihat semuanya Woojin-ah. Ada ketulusan dimatamu, ada pengorbanan di setiap tindakanmu. Dan itu yang jihoon butuhkan"
"Coba lihat dulu dirimu sebelum melihat yang lain. Kau tahu cinta itu pengorbanan, tapi pengorbanan bukan hal ringan membalikkan telapak tangan. masalah guanlin yang selalu ada disana, atau entah.apa itu . Jauh berbeda dengan apa yang sudah kau lakukan pada Jihoon, Woojin-ah"
"Jadilah pendengar yang sebenarnya. Jangan menjadi pengecut dibelakang pintu. Tatap matanya, dengarkan apa yang mulut kecilnya katakan. Kaupun tahu, hubungan kalian bukan hanya main-main selama ini"
Pemuda park menggelengkan kepalanya, bibirnya terkekeh pelan ranpa suara tapi tetap menunjukkan gingsulnya.
merasakan geli dengan sesuatu yang tidak terfikirkan olehnya. Merasa lebih buruk dari beberapa saat lalu. Merasa bodoh dengan pikirannya sendiri beberapa waktu tadi.
"Hyung.. aku membencimu"
"Terimakasih atas pujianmu" tertawa panjang
Menatap ponsel dengan foto kekasihnya. Sedikit terperanjat, dengan ponselnya yang berdering. Bukan Jihoon, tapi Ha Sungwoon yang meneleponnya.
"Hallo Hyung.."
"Yak! Park chamsae apa yang kau lakukan?! Kekasihmu marah-marah aku tak bisa mengendalikannya"
"Wae? wae? waeee?" woojin juga sedikit terkejut mendengar hyungnya menaikkan nada di ponselnya
"Kau apakan ponselmu! Dia terus mengeluh padaku, kau tak mengangkat panggilannya. Padahal kau sempat membalas pesan yang lain di grub Wanna One. Dia terus mengatakan akan memukulmu dan memukulku"
"Wae.. wae.. kenapa dia memukulmu hyung?" Terkekeh lucu mendengar cerita hyungnya.
"Dia berfikir aku menyembunyikanmu, karena kau selalu sering bercerita padaku. Aish..anak itu benar-benar"
"Ahh.. begituu. maafkan kekasihku yang lucu itu hyung. baiklah aku akan berbicara padanya"
"Mau mati?? aku berkeringat dingin mendengarnya mengumpat kesana kemari, DAN KAU BILANG LUCU? "
"Ahh..maaf maaf maaff.. "
"Selesaikan dengan baik-baik, kau mengerti. hyung tutup dulu. Makanlah dengan baik" Seperti biasanya, suaranya turun 1 oktaf. Tidak sama seperti pertama terdengar.
"Nhe.." dengan suara lucu.
'haruskah aku telepon dia sekarang?'
'akh.. jangan'HAPPY READING