Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menunggu. Waktu yang kuhabiskan untuk berpasrah, entah mengapa justru membuatku merasa tak cukup layak untuk berharap.
Aku punya keinginan untuk berhenti, menjauh dari seluruh angan di kepala. Tapi hatiku enggan beranjak, ia menolak untuk dipulihkan dari harapan yang keliru.
Aku tidak menyalahkan kamu yang memilih menjauh, aku hanya tidak pernah berhasil menemukan jawaban mengapa saat itu kamu tidak melarang aku menunggu.
Serinh sekali aku bertany; apakah kamu mampu menjalani hari-harimu dengan tenang, saat kamu tahu di luar sana ada seseorang yang setiap hari membalut hatinya dengan penantian-penantian yang sebenarnya adalah luka? Apakah kamu pernah berpikir untuk kembali, dan meminta aku untuk berhenti? Apakah kamu tidak pernah berdoa kepada Tuhan agar menghapus seluruh perasaanku kepadamu?
Aku tidak tahu apa-apa, bahkan pada diriku sendiri aku juga tidak mengerti.
Setiap hari aku menghabiskan waktu untuk berpura-pura sibuk. Tapi selalu ada celah bagi jari-jariku untuk mengetikkan namamu di menu pencarian beberapa media sosial. Demi Tuhan, aku selalu ingin tahu kabarmu. Entah bagian mana yang penting, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja.
Aku kerap memaki rindu, mengutuk cemas yang membuatku semakin tidak tahu diri. Tapi aku selalu patuh, meski tahu kenyataan yang kutemukan adalah kenyataan yang sama sekali tidak aku harapkan. Aku tetap ada, berharap kamu berbalik dan menyadari bahwa tidak ada yang berhasil menghilangkan aku—tidak juga pergimu.
Aku menolak menyebut kebetulan setiap kali kamu mengirim pesan, setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Bagiku kamu adalah keajaiban, kebaikan-kebaikan yang dihadiahkan Tuhan atas sabarku menunggu dan berdoa.
Aku berharap semoga aku tidak pernah lagi patah hati dan terluka. Aku berharap semoga caraku mencintaimu tidak salah. Aku berharap bisa bahagia setiap kali melihat senyum bahagiamu bersama siapa pun yang berhasil membuatmu jatuh cinta.
Jangan terlalu mengasingkan diri. Aku memang mencintaimu, tapi aku juga tahu ada batas yang harus kujaga.
Katamu, kita adalah teman.
Dan sepengetahuanku, tidak ada teman yang saling menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahun-Tahun Penantian
Poetryatas nama tahun-tahun penantian; aku menunggu. 15.18