19. Professor Jeon

2.1K 357 81
                                    

Choi Soobin, termenung di tempatnya dengan beberapa tetes air mata yang sudah memenuhi pipinya. Ia sungguh pasrah, sangat pasrah jika hari ini malaikat maut akan menjemputnya, lalu menjebloskannya ke dalam neraka karena perbuatan kejam yang telah dilakukan olehnya.

Semua ini salahnya. Jika bukan karena dirinya Beomgyu tidak akan terluka, Taehyun tidak akan diserang oleh zombie, dan Hueningkai serta Yeonjun tidak akan menderita. Dirinya hanyalah hama yang sangat tidak dibutuhkan. Ia merasa sangat buruk, dan tidak pantas lagi untuk hidup.

Suara ledakan tiba-tiba terdengar, yang membuat lelaki itu secara refleks menutup kedua telinganya. Jantungnya berpacu lebih cepat karena merasa terkejut saat mendengar suara itu. Setelah itu, bau asap tercium jelas oleh indra penciumannya.

Soobin melebarkan kedua matanya. Ia sangat yakin bahwa suara ledakan itu bukan berasal dari si profesor tua, sebab profesor tua itu sudah mengirimkan puluhan zombie ganas untuk membunuhnya. Jika ledakan itu bukan berasal dari prosefor gila tersebut, lantas siapa pelakunya?

Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya yang membuatnya seketika bingung. Siapa, dan apa tujuan si pelaku melakukan hal ini sangat membuatnya kebingungan sekaligus penasaran.

Soobin terus berpikir keras, sampai tak menyadari bahwa saat ini sebagian rumahnya sudah hangus terbakar oleh api. Saat kesadarannya kembali, lelaki itu terlihat panik.

Ia segera berdiri dari duduknya, sambil melihat ke sekeliling, berusaha untuk mencari celah agar bisa melarikan diri. Matanya lalu tanpa sengaja melihat sebuah jendela yang sebagian dari kacanya sudah pecah akibat zombie-zombie tersebut. Namun, tidak mungkin dirinya melarikan diri lewat jendela itu, sementara masih banyak zombie-zombie diluar sana.

DOR! DOR! DOR!

Suara tembakan terdengar beberapa kali, dan tampak dari jendela transparan itu beberapa zombie jatuh tak berdaya dengan darah merah yang mengalir deras dari kepala mereka. Melihat hal tersebut, membuat Soobin mengerutkan dahinya. Ia lalu berpikir, apakah si penembak itu pelakunya?

Belum sempat untuk beradu argumen pada pikirannya sendiri, seseorang kemudian mendobrak pintu belakang rumahnya. Dari luar sana, tampak jelas seorang lelaki dengan sebuah senapan yang berada pada salah satu tangannya.

Soobin mendadak mematung. Jantungnya mendadak seperti berhenti sesaat, saat melihat siapa orang yang barusan mendobrak pintu tersebut.

"Taehyun?" ucapnya dengan pelan.

Taehyun menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman tipis yang tak dapat dilihat oleh Soobin. Matanya lalu menatap leader kesayangannya itu dengan perasaan campur aduk.

"Hyung... Ikut aku. Kita akan pergi dari sini secepatnya, dan membicarakan beberapa hal." Soobin mengangguk dengan cepat, dan segera berlari kearah Taehyun tanpa berpikir apa yang akan dirinya bicarakan pada Taehyun.

○○○

Gadis itu memandangi bulan purnama dibalik jendela rumah kecil ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu memandangi bulan purnama dibalik jendela rumah kecil ini. Cahaya bulan yang berfungsi untuk menerangi gelapnya kehidupan di malam hari, seolah tak berpengaruh bagi bumi saat ini. Seolah tak ada siapapun yang dapat menyelamatkan bumi yang hancur ini dari kegelapan.

Sesaat, Jihee larut dalam pikirannya. Sebenarnya nyawa memang tidak berarti lagi untuk saat ini, dan mungkin cepat atau lambat manusia akan punah dari muka bumi, dan digantikan dengan zombie-zombie yang akan menguasai seluruh permukaan bumi. Namun, tidak ada salahnya 'kan ia ingin tetap hidup walaupun keadaan sudah sehancur ini?

Kedengarannya itu memang sangat tidak mungkin, tapi memang itulah harapannya. Tetap bisa bertahan hidup, sampai ada seorang pahlawan yang akan mengeluarkannya dari kegelapan kota ini.

Ting! Ting! Ting!

Beberapa suara lonceng yang terdengar seperti suara notifikasi ponselnya, membuat lamunan gadis itu pecah. Dengan cepat ia menyusupkan tangannya ke dalam saku rok miliknya, lalu mengambil benda pipih itu dari dalam sana. Seketika matanya membulat saat melihat layar ponsel miliknya yang terdapat banyak notifikasi dari keluarganya.

"Apa ini? Tiba-tiba ada sinyal setelah beberapa hari?" ucapnya dengan pelan.

Tanpa berlama-lama lagi, ia segera membuka aplikasi chatting, dan melihat satu persatu pesan yang masuk. "Wah, ini pertama kalinya aku mendapatkan banyak notifikasi seperti ini," celetuknya kemudian.

Di tengah semua itu, sebuah pesan dari seseorang menarik perhatiannya.

Shin Ryujin
| Jihee... kamu dimana?
| Barusan banyak pria berseragam hitam yang masuk ke setiap kelas di sekolah ini
| Mereka membawa senjata
| Dan mereka juga menyuntikkan secara paksa sebuah cairan kepada murid-murid dan juga guru-guru
| Aku sangat takut, oleh karena itu aku melarikan diri lewat jendela, dan sekarang aku sedang berada di dalam toilet.

Jihee mengernyitkan dahinya. Pesan Ryujin dikirim pada tanggal 10 Desember lalu, hari dimana penembak-penembak itu datang ke sekolahnya. Namun, Ryujin mengirimkan pesan ini pada pukul 13.00, sedangkan suara tembakan dari penembak-penembak itu terdengar satu jam setelahnya.

Rasa bingung tak dapat dielakkan lagi. Gadis itu berusaha untuk memutar otaknya, agar rasa penasarannya terjawab. Namun di tengah semua itu, suara seruan seseorang mengalihkan atensinya.

"Gadis bodoh! Siaran televisi tiba-tiba muncul dan menayangkan berita yang cukup mengejutkan!" seru Beomgyu sembari berlari kearah Jihee.

Walaupun ia sedikit merasa kesal, namun kekesalan Jihee tertutupi oleh rasa penasarannya. Ia lantas mengangkat salah satu alisnya, seolah meminta Beomgyu untuk menjelaskan sesuatu.

"Zombie-zombie ini hanya berada di Korea! Dan kemungkinan, tim penyelamat dari negara lain cepat atau lambat akan datang untuk menyelamatkan orang-orang yang masih hidup!"

Saat mendengar kalimat yang Beomgyu ucapkan, maniknya melebar. Ini artinya mereka dapat hidup lebih lama lagi.

"A-apakah kamu serius?" ucap Jihee meyakinkan.

Beomgyu menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Itu benar-"

"Tapi tidak semudah itu untuk keluar dari sini. Tuan Jeon tidak akan sebodoh itu." Hoseok tiba-tiba muncul dari arah belakang, dan membuat suasana disekitar mereka menjadi hening.

Seperti baru sadar apa yang telah diucapkan olehnya, Hoseok mendadak salah tingkah dan memukul kecil kepalanya. Tidak seharusnya ia mengatakan hal ini.

Beomgyu mengernyitkan dahinya. Lelaki itu sama sekali tak mengerti maksud perkataan Hoseok. Siapa itu Tuan Jeon?

"Hoseok-hyung? Apa maksudnya?" tanya Beomgyu dengan cepat.

Hoseok menggigit bibir bawahnya. Ini merupakan hal terbodoh yang pernah ia lakukan. Padahal mereka telah membuat kesepakatan, agar tak akan memberitahu sepasang remaja ini tentang apa yang terjadi. Karena, ini bukan saatnya.

Merasa sedikit kesal karena pertanyaannya tak kunjung dijawab, Beomgyu kembali membuka suara. "Tolong jelaskan sesuatu apa yang kamu ketahui."

Bertepatan setelah itu, suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi ketiganya. Dari balik pintu itu, tampak dua orang lelaki yang sangat mereka kenal. Salah satu diantara mereka, terlihat dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Astaga! Jungkook, apa yang terjadi pada Hueningkai?"

-tbc-

CHAOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang