21. Mansion

2.2K 337 112
                                    

Hai, masih ada yang nunggu cerita ini tidak? Sudah lama sekali ya berdebu...



















"Yeonjun? Ada apa dengan Yeonjun hyung?!" Beomgyu sedikit meninggikan nada suaranya. Refleks, Jihee menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan karena suara melengking itu memasuki gendang telinganya dengan kuat.

"Bisa berbicara dengan sedikit pelan tidak? Suaramu itu membuat telingaku sakit." Jihee mendengus sebal. Bibir merah mudanya ia majukan ke depan—membentuk ekspresi cemberut.

"Oh, jadi sekarang kamu sudah berani kepadaku ya?! Dasar gadis bodoh!" Beomgyu tak terima dikatakan seperti itu, oleh sebab itu ia membalas perkataan Jihee dan makin meninggikan suaranya. Perkataan Jihee sungguh melukai harga dirinya. Katakan saja bahwa Beomgyu sangat berlebihan, tetapi memang ia sangat tidak terima jika kalimat itu keluar dari gadis bodoh seperti Jihee.

Jihee mendengus sebal. Kedua bola mata hazel itu berotasi. Memangnya sepintar apa Beomgyu sampai berani memanggilnya gadis bodoh?

"Ya, terserah kamu saja, 'pemuda pintar'. Sekarang, kembali ke kode biner ini," ujar Jihee dan menekankan kalimat 'pemuda pintar' untuk menyindir Beomgyu.

"Kamu sedang meledek—"

Ucapan Beomgyu terjeda kala pintu kayu ruangan ini terbuka hingga menimbulkan bunyi seperti di film horor. Keduanya menoleh ke asal suara, dan menangkap sesosok pria tampan tengah berdiri dengan wajah seriusnya.

"Kalian sedang apa?" Jungkook bertanya dengan suara yang mengintimidasi—cukup menyeramkan bagi Jihee. Suara itu bahkan sampai membuat atmosfer di sekitar mereka berubah. Jihee tidak tahu apakah sebenarnya ini sifat asli Jungkook atau tidak. Tetapi entah mengapa ekspresi serius yang tercetak di wajahnya cukup membuat dirinya menjadi tegang.

"Hai, sunbaenim. Kami sedang membicarakan kode biner yang ada di telapak tangan Hueningkai," jawab Beomgyu dengan wajah polos dengan suara yang sedikit gugup. Tanpa ditanyapun, Jihee sudah tahu bahwa kedatangan Jungkook juga membuat Beomgyu menjadi tegang—sama seperti dirinya. Sebab aura Jungkook yang berada bersamanya saat ini terlihat sangat berbeda dengan diri Jungkook yang selama ini terlihat di depan kamera.

Kedua alis hitam itu tertaut. "Kode biner? Apa maksudmu?"

Jari telunjuk panjang milik Beomgyu bergerak dan menunjuk ke arah telapak tangan Hueningkai—dimana kode itu tertulis.

Jungkook berjalan mendekati ranjang—tempat Hueningkai tertidur. Badannya sedikit membungkuk agar dapat melihat kode tersebut dengan jelas. Sepersekon kemudian, kedua netranya melebar.

"Sial, apa yang mereka lakukan?" monolog Jungkook tanpa sadar—melupakan dua anak remaja yang tak tahu apa-apa itu.

"Ada apa, sunbaenim?" tanya Beomgyu terheran-heran.

Jungkook tidak mengacuhkan pertanyaan Beomgyu. Ia hanya terdiam dengan ekspresi wajah sulit ditebak. Sebenarnya, apa yang terjadi? Apakah Jungkook mengetahui arti dari kode biner tersebut? Pertanyaan-pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benak Beomgyu. Ia berharap akan segera mendapatkan jawabannya.

Dengan gerakan cepat, Jungkook berjalan keluar kamar dan mengabaikan seruan dari Beomgyu yang terus memanggil namanya agar pertanyaan yang ia lontarkan dijawab sesegera mungkin. Namun kedua telinga Jungkook seakan tuli.

Beomgyu mendengus. Pasti sesuatu yang buruk telah terjadi. Sikap Jungkook setelah melihat kode biner di telapak tangan Hueningkai cukup mencurigakan.

"Ah, sialan!" umpat Beomgyu.

Lelaki itu memangku dagunya sembari menatap kosong lantai putih di ruangan ini. "Kenapa aku terlihat seolah-olah tidak tahu apapun?" monolog Beomgyu.

"Itu tandanya kamu sama bodohnya seperti diriku," jawab Jihee.

Beomgyu berdecak. "Berhentilah menyindirku. Kamu seharusnya berterimakasih karena telah aku selamatkan dari zombie yang kamu panggil sebagai 'Jaeyoo' saat di perpustakaan waktu itu."

Jihee menatap Beomgyu dengan pandangan tak suka. "Kenapa kamu tiba-tiba mengungkitnya?!"

"Karena kamu bodoh."

"Aish, menyebalkan sekali," ucap Jihee pasrah.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak menyusul sunbaenimmu saja, dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi?" usul Jihee di tengah-tengah lamunan Beomgyu.

Beomgyu menjentikkan jarinya. "Benar juga. Kenapa aku tidak memikirkannya?" seru Beomgyu sebelum akhirnya lelaki itu beranjak dari duduknya, dan menghilang saat pintu ditutup.

○○○

Mobil berhenti di halaman sebuah mansion yang tidak begitu mewah. Setelah melakukan perjalanan yang di setiap sisinya dipenuhi oleh pepohonan tinggi, akhirnya Taehyun dapat bernapas lega. Sejujurnya perjalanan yang ia lalui sedikit mengerikan.

Pintu mobil dibuka, dan halaman luas dengan rerumputan hijau yang sudah dihimpit oleh salju menyambut dirinya. Disini benar-benar tidak ada zombie—sesuai yang Taehyung katakan. Tak heran, sebab tempat ini sangat terpelosok, dikelilingi hutan, beserta pagar kokoh menjulang—yang mengelilingi mansion ini yang akan membuat zombie kesulitan untuk masuk ke dalamnya. Kemungkinan profesor Jeon tidak mengetahui tempat ini.

"Apakah benar disini tidak ada zombie?" Taehyun bertanya sekali lagi—untuk memastikan.

Taehyung menoleh sebentar kearah Taehyun yang berada di belakangnya, lalu mulai berjalan dan disusul oleh Taehyun. "Jika maksudmu di dalam pagar mansion ini, tentu tidak. Jika maksudmu diluar pagar ini, tentu saja ada," jawab Taehyung yang kemudian mendapatkan anggukan tanda mengiyakan. Selama perjalanan kesini memang Taehyun tak sengaja melihat beberapa zombie—meskipun tidak sebanyak di tengah kota.

Taehyun mengira bahwa Taehyung akan mengajaknya untuk memasuki mansion ini melalui pintu yang menjulang tinggi dan berwarna coklat tua itu. Tetapi kenyataannya, Taehyung malah berjalan melewati sisi samping mansion, dan akhirnya mereka tiba di halaman belakang.

Di halaman belakang mansion ini, Taehyun dapat melihat banyak senjata yang tergeletak di atas salju-salju putih. Papan-papan yang biasanya digunakan orang untuk latihan membidik berjejer rapi.  Hal itu lantas membuat Taehyun sedikit kebingungan.

"Sunbaenim?" Taehyun bertanya dengan nada polos.

"Panggil saja aku hyung." Taehyung berujar.

"Baiklah, hyung. Apa maksud dari semua ini?" tanya Taehyun ingin memastikan sesuatu yang ada di pikirannya.

Taehyung menghela napasnya. Tangan kekarnya beralih untuk menepuk pundak Taehyun. "Tentu saja untuk berlatih, Taehyun. Kamu harus mengasah pengetahuan dasar yang telah kamu ketahui tentang menembak saat menjadi anggota gangster," jelas Taehyung dengan serius—dan sesuai dengan tebakan Taehyun.

Terjadi keheningan sesaat setelah perkataan Taehyung. Namun dengan cepat, Taehyun meruntuhkan keheningan tersebut dengan mengangguk pelan dan mengucapkan kata 'baiklah'.

Ia mengambil salah satu senapan yang berada di atas salju putih, dan berniat untuk menghabiskan harinya dengan mengikuti instruksi Taehyung. Bagaimanapun juga, Taehyun harus mengikuti latihan ini sesuai dengan keinginan seniornya. Kemampuan seperti ini tentu akan sangat dibutuhkan mengingat bahwa keadaan dunia yang ditempatinya sudah sangat kacau.

-tbc-

CHAOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang