Hujan lebat yang mengguyur wilayah Jakarta Timur membuat Jenica harus tertahan di bawah halte SMA Jupiter. Ia masih berharap Adelina akan kembali dan menjemputnya untuk pulang. Tadi selepas latihan basket, ia segera menghubungi Adelina tetapi sampai sekarang tak ada jawaban dari Adelina. Ketika ia akan menghubungi Agata, Erlisa, atau bahkan supir rumah orang tuanya, ternyata baterai ponselnya sudah low batt.
Jenica hanya bisa duduk terdiam seraya menekuk dan memeluk kedua lututnya. Badannya menggigil kedinginan, wajahnya pucat pasi. Bagaimana tidak? Ia masih menggunakan jersey basketnya yang tanpa lengan itu. Ditambah dengan celana basketnya yang panjangnya di atas lutut. Ia juga tak membawa jaket, jaketnya ia tinggalkan di mobil Violent.
Lama menunggu dan badannya yang semakin menggigil, ia kemudian menelungkupkan kepalanya di atas lipatan kedua kakinya.
Sorot lampu mobil yang keluar dari gerbang SMA Jupiter pun tak membuat Jenica mendongakkan kepalanya. Mobil tersebut berhenti tepat di depan halte, sang pengendara langsung menurunkan kaca mobilnya untuk melihat siapa yang duduk di halte itu.
"Jenica," panggil pengendara dengan lirih. Kemudian pengendara itu langsung melepas seat belt-nya dan berlari keluar dari mobilnya untuk menuju ke halte.
"Jenica," panggil lelaki pengendara itu seraya mengelus rambut Jenica dengan lembut. Jenica yang bisa merasakan elusan lembut di kepalanya langsung mendongakkan kepalanya dan terpaku melihat Keitaro yang berdiri di hadapannya.
"Kei," kata Jenica yang membuat Keitaro tersenyum tipis.
"Lo ngapain di sini?" tanya Keitaro yang membuat Jenica menggelengkan kepalanya linglung.
"Adel mana?" tanya Jenica dengan polos.
"Nggak ada Adel di sini. Ayo, gue anter lo pulang," jawab Keitaro dan menarik kedua pergelangan tangan Jenica dengan lembut sehingga Jenica bisa berdiri tegak.
"Anter ke rumah geng Violent aja. Jangan ke rumah orang tua gue," kata Jenica yang membuat Keitaro menganggukkan kepalanya dan membantu Jenica masuk ke dalam mobilnya.
***
"Ting tong."
Suara bel rumah geng Violent berbunyi, Agata yang mendengarnya langsung berlari ke pintu utama rumah itu dan membuka handle pintunya."Mama," panggil Agata seraya mengembangkan senyumnya senang. Kemudian ia langsung memeluk Ibunya yang berada di depannya.
"Mama ke sini sama siapa?" tanya Agata seraya menguraikan pelukannya pada Ibunya.
"Sama Tante Leonny dan Tante Melanny," jawab Margaretha, ibu Agata seraya menunjuk pada dua wanita yang berdiri di dekat mobil Chevrolet Captiva berwarna hitam itu.
"Verda mana, Ta?" tanya Leonny pada Agata seraya mendekat kepada Agata dan Margaretha.
"Verda belum pulang, Tan. Mana ini mau hujan lagi," jawab Agata seraya menatap langit yang sudah terlihat mendung.
"Emangnya dia pergi kemana?" tanya Leonny pada Agata yang kini berada di depannya.
"Katanya sih, dia latihan basket, Tan," jawab Agata seraya menyalami Leonny.
"Sara ada kan di dalem?" tanya Melanny pada Agata yang langsung diangguki oleh Agata.
"Ada, Tan. Masuk aja," jawab Agata seraya menyalami Melanny dan memberi jalan pada ketiga wanita itu agar bisa masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," kata mereka bertiga seraya memasuki rumah Violent satu persatu.
"Waalaikumsalam," jawab Agata kemudian menutup pintu utama rumah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bestie [HIATUS]
Teen FictionKisah tentang empat gadis yang bersahabat. Hari yang mereka lalui tidaklah selalu baik, tapi mereka selalu berusaha mewarnai hari-hari mereka. Mengobrolkan tentang lelaki yang dipuja, musuh yang masuk ke daftar blacklist, dan juga segala kebodohan y...