Pagi yang indah tak membuat Jenica terusik dari tidurnya. Ia masih saja mengguling-gulingkan tubuhnya kesana kemari untuk mencari kenyamanan di atas ranjangnya.
Saat ini Jenica masih bermanja di alam mimpi, berbeda dengan Agata yang sudah bertempur dengan alat-alat masak yang ada di dapur rumah mereka. Ya, mereka tinggal bersama, bahkan tanpa orang tua. Maka dari itu mereka terlihat sangat bebas. Tidak, sebenarnya bukan bebas, tapi lepas.
Pagi ini jadwalnya Agata yang memasak sarapan pagi. Oleh karena itu, pagi-pagi begini ia sudah bertempur dengan alat-alat dapur.
Setelah selesai membuat nasi goreng sosis untuk sarapan pagi, Agata berniat untuk membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Saat Agata akan menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua, ia melihat Adelina yang turun dari tangga seraya tersenyum manis.
"Morning, Babe," sapa Adelina seraya mengerlingkan matanya kepada Agata.
"Wihh udah rapi aja, lo. Wangi lagi," kata Agata seraya mengendus-enduskan hidungnya.
"Iya dong, Adelina," balas Adelina seraya menunjukkan senyum songongnya.
"Jadi pengen nimpuk," kata Agata seraya memutar bola matanya malas.
"Udah, lo mandi sana. Bau terasi badan lo," kata Adelina seraya menjepit hidungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk kanannya.
"Anjay, berasa hina banget gue," kata Agata seraya melirik Adelina sinis.
"Permisi, permisi!! Aer panas, aer panas!!" teriak seorang perempuan seraya berlari dan menerobos Agata dan Adelina yang menutupi tangga.
"Buset tu anak, pengeng ini kuping gue. Kalo teriak kagak kira-kira," kata Agata seraya mengusap telinganya yang terasa sakit.
"Lo yang ngajarin juga," kata Adelina seraya berjalan menuruni tangga untuk mencapai lantai dasar.
"Gata!! Kalo ke atas bangunin Nica juga yak!! Nica belom bangun noh!!" teriak perempuan yang tadi berlari di tangga.
"Oke!!" balas Agata juga dengan teriakan.
***
"Tumben lo udah beres. Biasanya juga Erlisa itu yang paling lama," kata Adelina kepada perempuan yang tadi berlari di tangga itu dan kini sedang duduk di kursi makan seraya meminum susu vanilla yang dibuatkan Agata tadi.
"Yoi, dong. Gue mau dijemput sama mantan doi," jawab perempuan yang dipanggil 'Erlisa' itu setelah menghabiskan susu vanillanya.
"Siapa?? Raefal??" tanya Adelina seraya mendudukkan dirinya di kursi makan.
"Yoi," jawab Erlisa seraya menaik turunkan alisnya.
"Serius lo, Lis?" tanya Adelina lagi untuk memastikan.
"Iye, Adel!!" jawab Erlisa dengan menaikkan volume suaranya.
"Lisa!! Mendingan lo aja deh yang bangunin kembaran lo ini!! Heran gue susah banget dibangunin," teriak Agata dari lantai dua kepada Erlisa.
"Gue harusnya yang heran, kenapa lo lo pada kagak bisa bangunin Jenica. Padahal Jenica paling gampang dibangunin," kata Erlisa seraya berjalan ke arah tangga.
"Emang gimana caranya?" tanya Adelina setelah menelan sesuap nasi gorengnya.
"Sentil aja ginjalnya," jawab Erlisa kemudian berlalu menuju lantai dua.
"Ajarannya Agata tuh, jadinya rada," kata Adelina seraya menatap Erlisa yang masih berjalan menaiki tangga.
"Rada gila," lanjut Adelina seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Bestie [HIATUS]
Teen FictionKisah tentang empat gadis yang bersahabat. Hari yang mereka lalui tidaklah selalu baik, tapi mereka selalu berusaha mewarnai hari-hari mereka. Mengobrolkan tentang lelaki yang dipuja, musuh yang masuk ke daftar blacklist, dan juga segala kebodohan y...