Chapter 3 - Dia yang sempurna

68 3 0
                                    

Erlisa yang mendengar suara itu langsung membalikkan badannya ke belakang dan mendapati Jenica dan Agata yang menunjukkan cengiran andalannya.

"Jenica nggak nolak kok, Lis. Nih buat Jenica aja," kata Ervin seraya memberikan botol air putih dingin yang tadi diberikan oleh Erlisa padanya.

"Ehh jangan, Vin. Gue tadi cuma bercanda doang, hehe," kata Jenica seraya menggaruk leher belakangnya yang tak gatal dan menyungingkan senyuman.

"Ohh, oke," kata Ervin seraya menarik kembali tangannya.

"Lis, btw ntar lo balik pake go-jek aja ya. Gue anterin Agata dulu ke caffe Jhonez. Nanti kalo urusan lo udah selesai, lo langsung ke caffe itu aja yak," kata Jenica kemudian langsung menarik Agata keluar dari lapangan basket indoor.

***

"Yakin nih, Ta? Beneran mau ke sana?" tanya Jenica seraya menghidupkan mesin mobil.

"Iyalah, di sana ada Manuel. Gue pengen ketemu Manuel. Kira-kira dia tambah ganteng nggak ya?" tanya Agata seraya menerawang keluar jendela.

"Maybe, yes. Maybe, no," jawab Jenica kemudian menjalankan mobilnya.

"Buka maps, cuy. Gue nggak tau tuh caffe ada di mana," kata Jenica pada Agata. Sedangkan Agata menganggukkan kepalanya, kemudian membuka aplikasi maps di ponselnya.

"500 meter lagi, anda belok kiri dan masuk ke jalan Ahmad Yani," suara yang berasal dari maps ponsel Agata.

"Sumpret, dah. Gue kesel banget sama suara Mbak-mbaknya, kek, kek, kek apa ya?" kata Jenica seraya membelokkan stir mobilnya.

"Kek bidadari kesleo," kata Agata dengan nada datar.

***

Motor Ninja milik Melvin berhenti tepat di depan halaman rumah Adelina dan kawan-kawan. Adelina pun langsung turun dari atas motor Melvin dan melepas helm bogo miliknya yang ia kenakan. Adelina, Agata, Erlisa, dan Jenica memang menyimpan beberapa barang yang kemungkinan besar bisa membantu ketika keadaan mendesak. Contohnya seperti, helm, jaket, kaos kaki, sandal, sepatu formal dan kets, dan juga satu stel pakaian yang bisa dipakai saat keadaan formal dan santai.

"Makasih ya, Vin," kata Adelina seraya tersenyum pada Melvin. Sedangkan Melvin hanya menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Adelina.

"Btw, gue langsung pulang ya," kata Melvin yang diangguki Adelina.

"Hati-hati di jalan," kata Adelina yang membuat Melvin kembali menyungingkan senyumannya.

"Aduh, manis," kata Adelina tanpa sadar.

"Kenapa?" tanya Melvin yang membuat Adelina gelagapan dan langsung mencari alasan.

"Ehh, enggak. Itu tadi ada anak kecil senyum ke gue," jawab Adelina seraya menunjuk jalan yang berada di depan rumahnya.

Melvin yang mendengar jawaban dari Adelina langsung menengok ke arah jalan itu dan tak mendapati siapapun di sana. Sedangkan Adelina langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

"Mana?" tanya Melvin kemudian menengok ke tempat Adelina yang tadi berada di sampingnya.

"Lah, tuh orang kemana?" kata Melvin seraya mengerutkan keningnya bingung. Beberapa detik kemudian ia menghidikkan bahunya dan menhidupkan mesinnya. Kemudian ia menjalankan motornya meninggalkan halaman depan rumah Adelina dan kawan-kawan itu.

***

"Ini caffe-nya, Ta?" tanya Jenica pada Agata.

"Mungkin. Skuy, turun," jawab Agata yang diangguki Jenica.

Perfect Bestie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang