Chapter 6 - Coming home

44 4 0
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Jenica dan Erlisa segera keluar dari ruang kelasnya dan langsung menuju toilet sekolah. Salah satu kebiasaan aneh geng Violent adalah ketika mereka pulang sekolah, mereka akan berkumpul di toilet wanita terlebih dahulu.

"I'm coming home, I'm coming home. Tell the world I'm coming home," gumam Jenica seraya berjalan santai bersama Erlisa yang ada di sebelahnya.

"Mereka kemana? Kok nggak ada," tanya Erlisa yang dijawab gelengan kepala dari Jenica.

"Oii, I'm coming everybody!!" teriak Adelina seraya berlari mendekat pada Jenica dan Erlisa dengan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Wahai rakyatku!!" teriak Agata dari ujung pintu toilet wanita seraya menunjukkan cengirannya.

"Ni orang pada ngapa sih? Gila semua perasaan," kata Erlisa seraya menyerngitkan dahinya bingung.

Saat keadaan hening, ponsel milik Jenica berdering lembut. "Bip bip bip bip."

Setelah melihat ID Caller, Jenica lantas menggeser icon hijau yang berada di layar ponselnya. Kemudian ia menempelkan ponselnya pada telinga kanannya.

"Hallo, Ma," sapa Jenica pada orang yang menelponnya itu.

"Hallo, Sayang. Ver, Mama hari ini pulang dari German sama Mamanya Adelina, Agata, sama Erlisa. Tapi Mama nggak bisa lama-lama di Indonesia. Kita masih harus ngurus bisnis butik dan kuliner. Tapi tenang aja, nanti kalo udah sampai Indonesia kita langsung ke rumah kalian," kata wanita di seberang sana. Sedangkan Jenica sudah menghela napas berat.

"Ma, Verda sudah bilang sama Mama. Kalo Mama nggak bisa pulang, nggakpapa. Mei wen ti," kata Jenica dengan nafas yang sedikit memburu.

"Verda bisa ngerti kalo Mama sibuk sama pekerjaan Mama. Verda tau, Mama senang sama pekerjaan Mama ini. Tapi Verda nggak suka kalo Mama relain waktu luang Mama buat ke Indonesia, dan setelah itu langsung balik lagi ke German. Verda nggak mau Mama sakit. Tolong Mama ngertiin Verda," lanjut Jenica dengan nafas yang semakin tak beraturan, pelipisnya pun sudah mengeluarkan banyak keringat.

"Jen," kata Agata pada Jenica seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tujuan untuk menyudahi panggilan itu daripada keadaan semakin runyam.

"Ver, Mama cuma kangen sama kamu. Apa kamu nggak kangen sama Mama?" tanya wanita yang dipanggil Mama oleh Jenica itu dengan lirih.

"Bip," panggilan telepon langsung diputuskan sepihak oleh Jenica. Setelah itu tubuhnya merosot ke lantai, wajahnya terlihat pucat pasi.

"Jen, lo nggakpapa?" tanya Erlisa seraya memeriksa suhu badan Jenica. Sedangkan Adelina langsung mengambil tisu dan membersihkan wajah Jenica yang berkeringat.

"Kayanya lo nggak enak badan. Kita pulang aja yuk," kata Agata yang diangguki oleh Erlisa dan Adelina, tetapi Jenica menggelengkan kepalanya.

"Hari ini waktunya ekskul basket putri latihan. Gue sama Adel udah ditunggu sama Raefal dan Ervin. Kalian balik aja, biar gue sama Adel latihan dulu," kata Jenica kemudian mencoba untuk berdiri, dan berhasil.

"Biar gue yang jaga Jenica. Tenang aja, kalo ada apa-apa ntar gue langsung kabarin lo pada," kata Adelina pada Agata dan Erlisa. Sedangkan Agata dan Erlisa hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ayo ke lapangan, gue ambil baju ganti dulu di loker," kata Jenica yang diangguki Adelina.

***

"Delina!!" teriak seseorang pada Adelina yang kini sedang berjalan bersama Jenica untuk menuju ke lapangan basket indoor.

Perfect Bestie [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang