Pagi-pagi sekali, di saat matahari baru menampakkan diri, Rangga sudah beranjak dari tempat tidurnya. Tempat yang tidak layak, namun cukup untuk beristirahat menghilangkan rasa penat. Ranting yang terbakar sudah padam, hanya sisa asap tipis yang mengepul bercampur kabut. Cahaya mata hari pagi yang hangat mulai menguak kabut disekitar Hutan Krambang.
"Paman...!" Rangga tersentak kaget begitu menyadari Patih Giling Wesi sudah tidak berada di tempatnya lagi. Bergegas Pendekar Rajawali Sakti itu beranjak bangkit. Sebentar dia memandang ke sekeliling, menembus kabut yang mulai memudar. Semalam tidurnya memang nyenyak sekali, sehingga tidak mendengar suara apa pun. Rangga mulai diliputi kecemasan. Semalam Patih Giling Wesi mengatakan akan ke Istana Galung, hendak meng usir orang-orang berhati iblis yang kini menguasai istana itu.
"Celaka, kalau dia datang sendiri ke sana!" gumam Rangga dalam hati.
"Paman...! Paman Patih...!" teriak Rangga memanggil. Tapi tidak ada sahutan. Suara Rangga yang keras disertai pengerahan tenaga dalam sempurna itu menggema menyelusup ke seluruh Hutan Krambang ini. Beberapa kali Rangga memanggil, tapi tetap tidak ada sahutan. Rangga semakin cemas, kemudian bergegas meninggalkan tempat itu.
"Hutan ini cukup jauh dari Kerajaan Galung. Mungkin satu harian penuh baru sampai di sana," gumam Rangga berkata sendiri.
Pendekar Rajawali Sakti itu memandang berkeliling. Tempat dia berada sekarang ini cukup terbuka, meskipun tidak seberapa luas. Paling tidak cukup untuk pendaratan Rajawali Putih. Rangga bersiap-siap mengerahkan siulan saktinya untuk memanggil burung rajawali raksasa itu.
"Suiiit...!"
Satu siulan melengking tinggi bersuara kecil, namun bernada aneh itu terdengar dari mulut Pendekar Rajawali Sakti. Cukup lama juga Rangga menunggu dengan kepala menengadah ke atas. Dan pada siulan yang kedua kali, terlihat satu titik kecil di angkasa. Semakin lama titik kecil itu semakin jelas bentuknya.
"Khraghk...!"
"Rajawali Putih, ke sini...!" seru Rangga keras. Burung rajawali raksasa berwarna putih keperakan itu meluruk turun, dan mendarat tepat di depan Rangga. Kepalanya langsung disodorkan ke depan. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Rangga segera melompat naik ke punggung Rajawali Putih. Dan tanpa diminta lagi, burung raksasa itu membumbung tinggi ke angkasa!
"Langsung ke Kerajaan Galung, Rajawali," kata Rangga sedikit keras.
Rajawali Putih kembali berseru keras. Dikepakkan sayapnya dengan cepat, sehingga terbangnya bagaikan kilat membelah angkasa. Angin terasa menderu-deru memekakkan telinga. Rangga terpaksa harus berpegangan erat pada leher Rajawali Putih, agar tidak terlempar oleh hempasan angin.
Dalam waktu tidak berapa lama, Rajawali Putih sudah berada di atas Istana Galung. Burung raksasa itu berputar-putar dengan ketinggian yang sukar dilihat dari bawah oleh mata biasa. Rangga menggunakan aji 'Tatar Netra' untuk melihat ke bawah agar lebih jelas. Keningnya agak berkerut juga menyaksikan suasana di sekitar Istana Galung kelihatan sepi-sepi saja. Bahkan tampaknya tidak ada satu kejadian pun di sana.
Rangga mengamati setiap jengkal tanah sekitar istana megah itu. Tidak terlihat seorang pun yang berpakaian prajurit di sana. Orang-orang yang terlihat berjaga-jaga di pos penjagaan, semuanya mengenakan pakaian biasa seperti layaknya kaum rimba persilatan.
"Rajawali Putih, barangkali Paman Patih Giling Wesi belum sampai ke sini," kata Rangga.
"Kreeekhgh...!"
"Kau menduga dia tidak ke sini? Lalu, ke mana perginya?" Rangga seperti bisa mengerti saja arti suara Rajawali Putih.
"Khraghk!"
Rajawali Putih segera melesat cepat bagaikan kilat menuju ke arah barat. Rangga tidak ingin menghalangi. Dia yakin kalau tujuan yang ditempuh Rajawali Putih akan membawanya pada Patih Giling Wesi, atau setidaknya sesuatu yang bermanfaat dalam menyelesaikan kemelut ini.
Cepat sekali Rajawali Putih terbang, sehingga dalam waktu tidak berapa lama telah melintasi batas Kerajaan Galung sebelah barat. Sekarang burung raksasa itu meluruk turun pada suatu dataran luas berumput. Manis sekali dia mendarat di pinggiran dataran rumput itu. Dan Rangga pun segera melompat turun dari punggung Rajawali Putih.
"Rajawali...."
Belum lagi Rangga bisa meneruskan ucapannya, mendadak sebuah bayangan hitam melesat cepat di atas kepalanya. Seketika itu pula, Rajawali Putih melesat naik mengejar. Begitu cepatnya dia terbang tahu-tahu sudah berada di depan bayangan hitam yang ternyata adalah seekor burung rajawali raksasa berwarna hitam.
Rajawali Hitam sangat terkejut melihat ada Rajawali Putih menghadang terbangnya. Dia langsung berhenti, dengan sayap mengepak pelahan-lahan. Sebentar kedua burung raksasa itu saling berhadapan, lalu sama-sama bergerak turun. Di punggung Rajawali Hitam bertengger seorang bertubuh ramping. Bajunya ketat berwarna hitam pekat. Di punggungnya menyembul gagang pedang berwarna hitam berbentuk kepala burung.
Rangga yang berada di bawah, tertegun sejenak begitu melihat dua burung raksasa mendarat perlahan-lahan secara bersamaan tidak jauh darinya. Tapi sebentar kemudian Rangga melangkah menghampiri Rajawali Putih. Orang yang berada di punggung Rajawali Hitam melompat turun dengan manis. Kini dua orang saling berhadapan dengan dua ekor burung raksasa yang juga berhadapan. Sesaat lamanya tidak ada yang membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
21. Pendekar Rajawali Sakti : Sepasang Rajawali
AcciónSerial ke 21. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.